4 Desember 2013. Hari paling
bersejarah. Untuk kedua kalinya saya menangis karena hal yang sama. Untuk
kesekian kalinya saya merasakan ujian di Kelas Padang Gurun. Bahkan beberapa
waktu belakangan saya berpikir kalau-kalau saya seperti bangsa Israel yang
sedang dalam masa pembuangan dalam kitab Yeremia. Keadaan yang menghimpit
sebagian besar kebahagiaan saya, tanpa orang-orang terdekat. Ketika apa yang
kau ingini tak semulus jalan orang-orang. Dan ketika saya merasa terdampar,
sampailah saya kepada suatu perenungan...
Ketika kau merasa Allah membuangmu...
Pernah baca kisah bangsa Israel
pada masa pembuangan di Babel?
Yeremia telah menubuatkan
pembuangan di Babel selama 70 tahun. Pesan Allah kepada Yeremia juga cukup
jelas. Orang Israel akan berada dalam masa pembuangan dan penguasaan Babel.
Namun terdapat hal yang penting untuk dicermati di mana Allah memerintahkan
mereka yang tidak ikut dalam pembuangan agar tetap menundukkan diri kepada
pemerintahan raja Babel, Nebukadnezar. Sementara kepada mereka yang terangkut
dalam pembuangan di Babel, Allah berpesan agar mereka hidup sebagaimana
mestinya: kawin, berumah tangga, bekerja, beranak cucu.
Dan lebih dari itu, Allah
menyuruh mereka bekerja mengupayakan kesejahteraan Babel! Wow!! Dalam Yeremia
29:7 tertulis, “Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang, dan
berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan: sebab kesejahteraannya adalah
kesejahteraanmu”
Kelihatan seperti paradoks bukan?
Dimana umat Israel tetap disuruh berdoa, berharap, dan bekerja di tengah masa
perbudakan dan kehancuran.
Mengapa??? It’s one of million
dollar question!!
Allah tidak pernah membiarkan
bangsa Israel dalam kondisi tanpa petunjuk. Ketika kembali saya membaca Yeremia
29:10-11, saya sadar Allah sedang memberikan penjelasan yang amat meneguhkan
kepada bangsa Israel. “Sebab beginilah firman Tuhan: Apabila telah genap tujuh
puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati
janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini. Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku, mengenai kamu, demikianlah
firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
Dalam kehidupan,
Allah mungkin menempatkan kita pada situasi dan kondisi yang tidak mengenakkan.
Kita seperti ingin lari. Bukan seperti, malah memang benar-benar ingin lari. Kita
mengupayakan segala cara untuk berusaha keluar dari situasi ataupun tempat
tersebut. Namun ingatlah bahwa tidak kebetulan Allah “membuang” kita ke tempat
itu, ke dalam situasi seperti itu. Mungkin terlihat pahit, terlihat tidak
menyenangkan, tapi masih ingat kan pesan
Allah dalam Yeremia tadi? Usahakanlah kesejahteraan di sana, berdoalah untuk
tempat dan situasi yang tidak menyenangkan itu. Buatlah perubahan!
Untuk kasus Israel, pelajaran menyakitkan itu
mungkin dimaksudkan agar mereka bertobat dari segala kejahatan mereka yang
mengerikan: agar mereka menyadari kedaulatan Allah atas sejarah kehidupan
bangsa mereka: serta segudang alasan lain yang banyak dikaji oleh para ahli
Perjanjian Lama. Hanya saja apapun alasan Allah, ada satu hal yang pasti,
rancangan Allah jauh melebihi rancangan kita. Allah tidak sedang coba
coba ketika membuang Israel ke Babel. Allah punya maksud mulia yang mungkin
sulit dipahami oleh nalar umat pada masa itu.
Demikian pula
dalam kehidupan kita, Allah tidak sedang bermain dadu ketika Dia mengizinkan
kondisi tak enak itu terjadi. Allah bukannya tak punya rencana ketika membuangmu
ke suatu tempat, ke dalam sebuah situasi, ke dalam sebuah kondisi. Mungkin
Allah sedang mengajar kita sesuatu, atau Allah sedang membentuk karakter kita,
atau Allah ingin kita melakukan sesuatu. Oleh sebab itu, berdoalah: agar kita
menjadi peka dan mengerti apakah yang menjadi kehendak Allah. Sampai Allah
sendiri yang akan membawa dan memanggil kita dari tempat itu. Hingga pengalaman
penyertaan Allah dalam masa-masa penantian itu menjadi pelajaran dan pengertian
bagi kita untuk terus menundukkan diri dalam kedaulatan Allah.
Ketika
menulis catatan ini, aku sendiri pun sedang bergumul dengan satu perasaaan
“terdampar” dalam sebuah tempat yang sangat jauh dari yang aku idam-idamkan,
dalam pekerjaan yang tak lagi memikat hatiku, dan seperti Allah tidak lagi
sedang mengantarku ke Tanah Kanaan. Didera oleh rasa bosan ini, aku merasa
Allah sedang membuangku. Aku merasa ‘terpenjara’ sehingga tak mampu memberi
yang terbaik dalam memaksimalkan seluruh talentaku. Aku ingin segera terbebas
dari tempat ini.
Pertemuan
dengan pasal ini mengubah pandanganku. Aku menyadari bahwa keberadaanku dalam
tempat pembuangan ini berada dalam kerangka kedaulatan Allah. Bagianku adalah
mengerjakan dengan setia dan mengupayakan ‘kesejahteraan’ di sana. Sampai Allah
sendiri yang membawaku keluar.
Ah, pemahaman
ini sungguh melegakanku. Bahwa di tengah tengah masa yang tidak mengenakkan
ini, Allah berdaulat penuh. Dan penutup Yeremia 29 sungguh meneguhkanku secara
pribadi. Ia berujar: ”Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa
kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku,
kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan
memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan
keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala
tempat ke mana kamu telah Kucerai-beraikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku
akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu.” (Yeremia
29:12-14)
Selamat malam. Tuhan Yesus memberkati.. :’)