Kapan postingan blog terakhir, Grace?
Kemana saja selama 2014 ini? Sibuk apa malas?
Ketika 31
Desember menghampiri, aku menyadari bahwa 2014 sedang berlari. Aku kira tidak
hanya diriku yang kaget kala penghujung tahun sudah ada di hadapan mata.
Tentu saja
banyak yang masih ingat bagaimana kita memulai awal tahun 2014, entah dengan
berpesta, atau dengan waktu bersama keluarga, atau justru mengerjakan tugas
bersama kolega. Lalu sekarang kita tertegun karena kita telah melewati lagi satu
penghujung tahun: persis seperti 364 hari yang lalu. Adakah yang seperti diriku
yang bertanya-tanya, kemana perginya 365 hari itu ?
Kalau kata
orang bijak kehidupan memang ibarat uap air, yang hari ini ada esok sudah
tiada. Pernah menghitung berapa detik uap air akan habis di tengah udara? Tak
sampai hitungan menit! Oleh karena itu, metafora uap air dipakai untuk
menekankan betapa singkatnya waktu-waktu yang ada.
Mazmur 90: 12 berkata "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami agar kami beroleh hati bijaksana" --> yang kata seorang abang, ini ayat Krisdayanti banget.
Diberi kesempatan menyadari hal itu, kuputuskan untuk membuang
rasa enggan dan kembali merangkai resolusi untuk tahun yang akan datang. Kenapa
harus buat resolusi?
“A New Year resolution is a commitment that an individual makes
to one or more lasting personal goals, projects, or the reforming of a habit.”
-Wikipedia.
Jawabnya sederhana saja, supaya waktu-waktu ini tak terbuang
percuma. Tradisi membuat gol ini sangat membantu untuk memberi fokus pada
hal-hal yang ingin di capai di tahun berikutnya. Lalu apa gunanya membagi
resolusi kita di dunia maya kepada orang-orang yang mungkin tak kita kenal
secara nyata? Entahlah. Tapi kurasa itu bisa membantu kita untuk senantiasa
diingatkan bahwa kita memasuki tahun baru ini dengan sebuah resolusi.
Dan tema
resolusi 2015-ku adalah: MOVE ON!
Move on
atau bergerak maju memberi makna tersendiri bagiku. Selama 2014 aku menyadari
bahwa aku telah cukup lama tinggal diam dalam satu posisi. Saking lamanya,
kadang aku berpikir apakah aku sudah mati? Seperti kata orang bijak, “Hanya
ikan mati yang ikut arus.” Dan seperti itulah kondisiku, ikut arus kemalasan,
kemarahan, mood, kesedihan dan rupa-rupa kondisi tak baik lainnya.
Untuk itu, di tahun yang baru ini di depan Tuhan dan jemaat
(halah), saya hendak berjanji untuk: Move On.
Move On
dari Kubungan Duka
Ketika 2014 akan berakhir, ada sejumlah meteor masalah yang
melanda, menyisakan sejumlah kubangan duka. Mengambil waktu untuk berduka
memang manusiawi. Kita semua punya hati yang bisa merasa dan bisa terluka. Akan
tetapi memilih untuk berendam dalam kubangan duka bukanlah pilihan yang bijak
dalam hidup yang teramat singkat ini. Pasalnya kubangan duka membuat kita
melihat dunia secara gelap. Bahkan indahnya purnama ataupun surya tak lagi
menarik hati dan kita lihat seolah-olah gerhana sepanjang hari.
Kupikir sudah saatnya aku untuk bergerak dengan lebih positif,
optimis dan kembali menjadi diriku yang ceria dan penuh semangat! Doakan saya.
Move On
dari Rasa Malas
Meskipun berat untuk mengakuinya, rasa malas merupakan tantangan
terberat pada 2014. Keinginan untuk hidup nyaman dan keengganan untuk memaksa
kapasitas telah menjadi batu sandungan bagi diri dan orang lain. Rasa malas
telah menghalangiku untuk mencapai berbagai kesempatan melihat lebih banyak,
mengecap berbagai rasa dan terbang lebih tinggi. Saatnya bergerak dan memecut
diri untuk belajar lebih banyak dan bergerak lebih cepat! Karena kenyamanan bukanlah untuk anak muda.
Move On dari Kebiasaan Mengeluh
2015 akan
menjadi sarana belajar untuk melihat bahwa Allah telah menganugerahkan
berbagai-bagai berkat dan karunia. Ada banyak pengalaman, kebahagiaan, teman,
persahabatan, kenyamanan, pekerjaan, keluarga yang jutaan orang di luar sana
mungkin tidak punya. Aku harus lebih banyak mengucap syukur untuk setiap
kebaikan yang Tuhan izinkan dalam hidupku.
Move On
dari Kebiasaan untuk Tidak Berpikir Jangka Panjang
Haaiiaaa, kadang aku berpikir, perencanaan jangka panjang bukanlah
untukku. Aku terlalu terbiasa untuk menerima apapun yang hidup sediakan
untukku. Di satu sisi itu baik, karena hidup memberikan jutaan kejutan manis
dalam setiap perjalanan yang tak direncanakan. Tapi aku menyadari setiap
perjalanan yang tak direncanakan justru membuatku tak bergerak ke mana-mana.
Move On dari Karakter-karakter Tidak Menyenangkan
Baiklah, aku manja, egois, sentimental, pragmatis, perhitungan, pelupa, cuek, dan cenderung moody. Karakter-karakter ini telah menjadi akar
pahit bagi sejumlah orang di sekitarku. Maka di 2015 aku akan berusaha untuk
menghilangkannya dengan menjadi seorang yang lebih tegar, rendah hati, berkomitmen, seorang murah hati, dan penuh kasih mesra.
Oh ya, murah hati. Aku sangat menghargai karakter yang satu ini.
Murah hati identik pada sifat mementingkan orang lain dibanding diri sendiri,
tidak perhitungan dan pelit. Orang-orang yang murah hati biasanya mereka yang
merasa cukup dengan dirinya dan senang berbagi. Terutama mereka yang mampu
berbagi sekalipun kondisi mereka sendiri dalam keadaan terjepit.
Ada sensasi nikmat yang kurasakan ketika kesenanganku dibagi
bersama. Tapi aku harus jujur, kadang ketika kepentingan bersama atau orang
lain berhadapan dengan kepentinganku aku masih sering berlaku egois dan
meletakkan kepentinganku sebagai yang utama.
Penuh kasih mesra bagaimana lagi tuh bentuknya? Mengutip ucapan salah satu orang kesayangan, "Semoga makin disayang dan makin menyayangi orang-orang tersayang"
Move On dari Kebiasaan Memandang Rendah Diri
Nah, setelah puas mengkritisi diri, salah satu sifat yang juga
harus move on adalah terlalu keras dan rendah menilai diri sendiri. Membuang segala bentuk ketidakpercayaan diri. Dan tetap mempertahankan sifat supel yang melekat pada diri.
Move On
dari Menunda-nunda untuk Belajar.
Jadi mulai hari, detik ini, aku udah bertekad akan belajar 2 jam setiap hari, di luar mengerjakan tugas. Titik! Masih ada pertanyaan?
Move On dari Kekristenan yang suam-suam kuku
Ini mungkin akan menjadi salah satu tantangan terberat di 2015.
Menjadi Kristen itu gampang, menjadi pengikut Kristus berarti mati. Ya, mati
untuk dosa dan keinginan daging. Menjadi pengikut Kristus dituntut untuk
mengasihi Allah dengan segenap hati, kekuatan, pikiran dan akal budi. Menjadi
pengikut Kristus berarti harus siap untuk mengasihi orang lain sama seperti
mengasihi diri. Berat bukan?
Di sepanjang 2014, aku menyadari betapa munafiknya diriku yang
berdiri di atas dua kaki: Kekristenan dan gaya hidup berlandaskan pemikiran
sendiri. Move on untuk menjadi seorang Kristen sejati adalah tantangan seumur
hidup, tapi atas seizin Allah, tangan kita yang lemah akan dikuatkanNya.
Menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan rancangannya akan
menjadi fokus utama di 2015. Karena Allah hidup kita tidak bisa dipakai jika
kita masih memegang kemudi. Ego harus bisa dibuang untuk berjalan dalam
ketaatan. Kekudusan harus dikejar untuk bisa berkenan di hadapan Allah. Impian,
citai-cita, kekhawatiran harus diletakkan di bawah kaki Allah yang maha
pemurah.
Dan biarlah lagu di bawah ini bisa menjadi tema untuk melangkah di tahun 2015 ini:
There is a place, high in my mind,
Where lofty thoughts, ideals fly high.
But in that place, Lord You must reign,
And I must cease to think I’m wise.
Where lofty thoughts, ideals fly high.
But in that place, Lord You must reign,
And I must cease to think I’m wise.
There is a place, locked in my will,
Where I would move as I would choose.
But in that place, Lord You must reign,
And I must loose my will for Thine.
There is a place hid in my heart,
Where secret dreams and hopes I guard.
But in that place, Lord You must reign,
And I must lay them down to die.