Dari
judulnya aja udah aneh. yang ada juga homesick, kangen rumah.. Lah ini malah
going-home-sick, istilah yang saya ciptakan setiap kali mo mudik..hihihiii.. Maksa?
biarin…
Apa itu going-home-sick? Menurut kamus pribadi dari otak kanan saya bagian agak belakang, going home sick ini sejenis sindrom yang menghinggapi saya setiap kali mau mudik. Kenapa saya tidak menyebut pulang? Karena biasanya yang saya sebut pulang adalah perjalanan dari kantor selama 5 menit ke arah perkotaan untuk menuju ke rumah mungil di lingkungan sepi dengan kamar yang didalamnya cuma berisi kasur dan lemari dengan dinding putih.. halahh.. Nah, klo ritual yang saya sebut going-home-sick ini, perjalanan yang ditempuh dengan 3 jam perjalanan darat yang memabukkan, plus 2 kali naik pesawat, dengan rute bks-cgk-mes, menuju suatu rumah yang dihuni oleh kedua orang tua tercinta, seorang kakek, tante, dan 3 orang adik. Gejala going home sick ini yakni gelisah, pengen ke kamar kecil terus menerus, suka melamun dan bengong-bengong, serta panas dingin.. hihihihiii. boong, gak separah itu kok..
Tapi memang sih, tiap kali saya mau pulang, saya jadi merasakan hal - hal aneh yang membuat semuanya jadi ga nyaman. Bukannya saya tak mau pulang, uuhh..saya ingin sekali pulang, tapi yah itu..ada sedikit rasa ga nyaman, jantung berdebar kencang, dan gelisah, ahh mungkin saking membuncahnya kebahagiaan di dada ini.. #ngiiiiiiiiik
Tiap kali pulang ke rumah orang tua, saya seakan-akan harus berperan menjadi seseorang yang berbeda dari biasanya, gak sepenuhnya karakter baru sih, tapi ada beberapa hal dari kebiasaan saya yang harus dipangkas, hihihi..setidaknya dikontrol untuk tidak terlalu liar. Biarpun orang tua saya itu termasuk orang tua yang demokratis dan tidak pernah memaksakan kehendak ke anak2nya, tp beliau juga masi sangat "kejawen". (Eh bener ga sih ini saya make istilah kejawen?) à masih sangat memperhitungkan norma2 yang berlaku di masyarakat, masih mempedulikan omongan tetangga serta saudara2 sekitar. Dan yang paling parah, masih menganggap saya ini anak kecil, huhuhuuu.. Maklum juga sih, secara saya tidak tumbuh bersama mereka. Lulus SMP, saya sudah mendapat hak sepenuhnya untuk mau memutuskan kemana selanjutnya, dan saya memilih untuk sekolah hengkang dari Medan, hingga saat ini bekerja pun diluar kampung halaman tercinta. Jadi, kemungkinan memori orang tua saya terputus sampai disitu, dan tak pernah menyangka kalo waktu itu terbang, dan saat itu sudah lebih dari 8 tahun lalu..Fuuuihhh...
Dan selama 8 tahun itu, tentu saja ortu tak selalu menyaksikan apa saja yang sudah terjadi dengan saya. Melewatkan kelulusan demi kelulusan saya, melewatkan hari pertama saya kerja, melewatkan makan2 saat saya ulang tahun, melewatkan ekspresi saya saat mendapatkan SK mutasi di hari ulang tahun, melewatkan saat saya jatuh cinta, dan melewatkan kebandelan2 saya yang laen. . Tak pernah juga melihat saya pulang pagi setelah capek 'beredar' saat kuliah dulu.. Hihihihiii..
Saya dan kedua orang tua memang seakan hidup dalam dua atmosfir yang berbeda. Jadi ketika saya pulang ke mereka, saya harus sedikit menyetel gaya hidup saya untuk disesuaikan sama mereka.Saya yang terbiasa memutuskan segala sesuatu sesuai dengan apa yang ada di kepala saya tanpa ada yang protes, saya yang terbiasa untuk mandiri, ga begitu peduli hari ini sudah makan apa belum dan saya yang terbiasa untuk fight by my self, sekarang musti mulai sedikit mengontrol semua ego untuk melakukan hal-hal itu, dan menjadi anak baik - baik. Ahh, saya sebenarnya memang anak baik kok..ciyuuuzzz..hhiihihi.. Sarapan bareng ma kluarga, klo pergi harus izin orang dirumah dulu, slalu ada saja yang menyuruh saya makan, sehingga program diet saya kacau balau, dan tidak boleh pulang lebih dari jam 8 malam.. Keberatan? Kadang-kadang. Tapi sepertinya saya lebih banyak menikmati semua itu kok. .
Apa itu going-home-sick? Menurut kamus pribadi dari otak kanan saya bagian agak belakang, going home sick ini sejenis sindrom yang menghinggapi saya setiap kali mau mudik. Kenapa saya tidak menyebut pulang? Karena biasanya yang saya sebut pulang adalah perjalanan dari kantor selama 5 menit ke arah perkotaan untuk menuju ke rumah mungil di lingkungan sepi dengan kamar yang didalamnya cuma berisi kasur dan lemari dengan dinding putih.. halahh.. Nah, klo ritual yang saya sebut going-home-sick ini, perjalanan yang ditempuh dengan 3 jam perjalanan darat yang memabukkan, plus 2 kali naik pesawat, dengan rute bks-cgk-mes, menuju suatu rumah yang dihuni oleh kedua orang tua tercinta, seorang kakek, tante, dan 3 orang adik. Gejala going home sick ini yakni gelisah, pengen ke kamar kecil terus menerus, suka melamun dan bengong-bengong, serta panas dingin.. hihihihiii. boong, gak separah itu kok..
Tapi memang sih, tiap kali saya mau pulang, saya jadi merasakan hal - hal aneh yang membuat semuanya jadi ga nyaman. Bukannya saya tak mau pulang, uuhh..saya ingin sekali pulang, tapi yah itu..ada sedikit rasa ga nyaman, jantung berdebar kencang, dan gelisah, ahh mungkin saking membuncahnya kebahagiaan di dada ini.. #ngiiiiiiiiik
Tiap kali pulang ke rumah orang tua, saya seakan-akan harus berperan menjadi seseorang yang berbeda dari biasanya, gak sepenuhnya karakter baru sih, tapi ada beberapa hal dari kebiasaan saya yang harus dipangkas, hihihi..setidaknya dikontrol untuk tidak terlalu liar. Biarpun orang tua saya itu termasuk orang tua yang demokratis dan tidak pernah memaksakan kehendak ke anak2nya, tp beliau juga masi sangat "kejawen". (Eh bener ga sih ini saya make istilah kejawen?) à masih sangat memperhitungkan norma2 yang berlaku di masyarakat, masih mempedulikan omongan tetangga serta saudara2 sekitar. Dan yang paling parah, masih menganggap saya ini anak kecil, huhuhuuu.. Maklum juga sih, secara saya tidak tumbuh bersama mereka. Lulus SMP, saya sudah mendapat hak sepenuhnya untuk mau memutuskan kemana selanjutnya, dan saya memilih untuk sekolah hengkang dari Medan, hingga saat ini bekerja pun diluar kampung halaman tercinta. Jadi, kemungkinan memori orang tua saya terputus sampai disitu, dan tak pernah menyangka kalo waktu itu terbang, dan saat itu sudah lebih dari 8 tahun lalu..Fuuuihhh...
Dan selama 8 tahun itu, tentu saja ortu tak selalu menyaksikan apa saja yang sudah terjadi dengan saya. Melewatkan kelulusan demi kelulusan saya, melewatkan hari pertama saya kerja, melewatkan makan2 saat saya ulang tahun, melewatkan ekspresi saya saat mendapatkan SK mutasi di hari ulang tahun, melewatkan saat saya jatuh cinta, dan melewatkan kebandelan2 saya yang laen. . Tak pernah juga melihat saya pulang pagi setelah capek 'beredar' saat kuliah dulu.. Hihihihiii..
Saya dan kedua orang tua memang seakan hidup dalam dua atmosfir yang berbeda. Jadi ketika saya pulang ke mereka, saya harus sedikit menyetel gaya hidup saya untuk disesuaikan sama mereka.Saya yang terbiasa memutuskan segala sesuatu sesuai dengan apa yang ada di kepala saya tanpa ada yang protes, saya yang terbiasa untuk mandiri, ga begitu peduli hari ini sudah makan apa belum dan saya yang terbiasa untuk fight by my self, sekarang musti mulai sedikit mengontrol semua ego untuk melakukan hal-hal itu, dan menjadi anak baik - baik. Ahh, saya sebenarnya memang anak baik kok..ciyuuuzzz..hhiihihi.. Sarapan bareng ma kluarga, klo pergi harus izin orang dirumah dulu, slalu ada saja yang menyuruh saya makan, sehingga program diet saya kacau balau, dan tidak boleh pulang lebih dari jam 8 malam.. Keberatan? Kadang-kadang. Tapi sepertinya saya lebih banyak menikmati semua itu kok. .
Hidup
sendiri itu tantangan, tapi memiliki orang-orang yang berada di sekeliling kita
dan menghawatirkan keberadaan kita itu lebih menyenangkan.
Ya, seperti yang bapak saya pernah bilang, "setua apapun kamu, sesukses dan semandiri apapun, kamu tetap anak kami, dan itu tak bisa berubah."
Ya, seperti yang bapak saya pernah bilang, "setua apapun kamu, sesukses dan semandiri apapun, kamu tetap anak kami, dan itu tak bisa berubah."
Huhuuhuhu,
terharu...