skip to main | skip to sidebar

Search Here

...tentang Grace...

Foto Saya
Grace Hasibuan
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Just an ordinary girl with EXTRAORDINARY GOD... A girl who lives her life with hope, faith and love. A girl who believes in God and His wonderful journey. A girl who is passionate in children, human right, poverty, and environment. She is crazy about the idea of being a traveller... And, she'd love to express all about her and her life in music, photography, and just simple words...
Lihat profil lengkapku

Archivo del blog

  • ► 2015 (3)
    • ► Juli (2)
    • ► Januari (1)
  • ▼ 2014 (4)
    • ▼ Agustus (1)
      • Asam Garam Perjodohan
    • ► Juni (1)
      • Mari Rayakan Perakmu!
    • ► Januari (2)
      • Single Traveller - Lajang Kelana
      • It's started from you, Kak ^^
  • ► 2013 (44)
    • ► Desember (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (4)
    • ► April (4)
    • ► Maret (8)
    • ► Februari (10)
    • ► Januari (15)
  • ► 2012 (6)
    • ► Desember (2)
    • ► Juni (1)
    • ► April (1)
    • ► Januari (2)
  • ► 2011 (16)
    • ► November (3)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (5)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)

Teman-teman

See this :)

  • Home
  • About Me
  • Facebook
  • Twitter
  • About This Blog

Letter from God

Letter from God
gracehasibuan. Diberdayakan oleh Blogger.

God is good all the time

God is good all the time

Ordinary Grace

Ordinary Grace

Popular Posts

  • Pelajaran dari pembuangan Babel :)
    4 Desember 2013. Hari paling bersejarah. Untuk kedua kalinya saya menangis karena hal yang sama. Untuk kesekian kalinya saya merasakan uj...
  • (bukan) FILOSOFI KETAPEL
    Orang-orang yang hidup di fase modern seperti sekarang ini mungkin sudah jarang melihat ketapel. Tapi bagaimana dengan kamu? Pernahkah mem...
  • Kupanggil Kamu, ILALANG
    Lalu, begini. Kini saya ada di belakang netbook ini dan menulis tentangmu. Saya harap kamu tidak merasa keberatan dengan nama barumu dan ...
  • FRIENDS, LOVERS OR NOTHING
    FRIENDS, LOVERS OR NOTHING Wow its been a while since my last blog. Jadi weekend ini saya memang tidak kemana-mana. Minggu lalu udah...
  • Makan, Berdoa, dan Jatuh Cintalah pada Negeriku!
    Holaaaaaaa.. Kemana saja belakangan ini? Saya sudah kemana-mana. Ok, ini lebay! Lama sekali tidak menulis blog. Dua minggu yang l...
  • Aku, Kamu, Hati, dan Logika
    Kenalkan, namanya Logika. Dia yang menemani aku selama ini sementara Hati melanglang buana. Logika ini sungguh baik padaku. Perhatiannya t...

Categories

semacam curhat (36) random thinking (25) me and my GOD (17) (bukan) cerpen (bukan) puisi (14) opini (12) untuk sahabat (12) tentang mimpi (8) cinta dan perasaan (7) lagu (7) surat (7) Keluarga (6) Kisah Kita (5) kicauan pagi (5) pekerjaanku (5) 8-years-story (3) tentang ilalang (3) idola (2) TRAVELLING (1) feature (1) film (1) liputan (1)

What Date is Today?

Quote of The Day

Visit BrainyQuote for more Quotes

Hear This.. :)

When God Writes My Whole Life Story

...tentang warna-warninya hidup ketika ALLAH yang menulisnya... So, Let God be God in your life, dear

Jumat, 08 Agustus 2014

Asam Garam Perjodohan

“For you and all those people who said there’s other fish in the sea, here’s a question… What if you’re stuck in a pond?”


Langsung saja: apakah anda setuju pada perjodohan atau tidak setuju?
Kata pepatah lama: asam di gunung, garam di laut, bertemunya di belanga. Saya yakin mereka bicara tentang perjodohan (bukan cara masak sayur asem deh kayaknya). 

Djaman doeloe? Jadi ketinggalan jaman? Eits, nanti dulu. Jaman kuda gigit besi perjodohan diperlukan karena jarak yang susah ditempuh (masa mau ngapel harus naik kuda dulu 3 hari 3 malam?), wanita yang selalu tinggal di rumah (ingat Ibu kita Kartini yang dipingit? Atau Rara Mendut? Atau Malin Kundang? *eh ini bukan ya*) dan tentu saja karna belom ada facebook/blackberry messenger/ twitter/ whatsapp/ path/ instagram/miRc (*masih ada yang pake ini?) dan socmed-alay-lainnya. 

Jaman sekarang, perjodohan masih dilakukan justru akibat tidak sempat bersosialisasi! Para lajang di New York melakukan pesta lajang yang disebut ‘eye-gazing party’ dimana para tamunya duduk berhadapan dengan lawan jenisnya selama 1 menit, saling melihat hanya untuk merasakan apakah diantara mereka ada ‘chemistry’.

Ini belom termasuk iklan baris dan website matchmaking. 

“P/26th mencari W. Lajang. Menarik. Pinter masak, bersih-bersih rumah dan nyuci. Pembantu soalnya lagi pulkam,”
“W/27 th, lajang gemar dangdut. Cari P yang jenggotnya mirip Rhoma,”
“W/55 th/janda. Mencari P/sebaya/duda. Dulu suami saya keren, sexy dan foto model. Sekarang yang penting tidak encokan, tidak kentut sembarangan dan tidak alergi pampers.”
 “P/30 th. Bankir. Mencari akuntan yang bisa diajak merger.”
“P/29 th. Maniak bola dan dugem cari W/sebaya yang rumahan dan bisa main catur/PS2″
“P/25th/sarjana komputer. Cari W/dibawah 20th yang bootingnya gak lama”
“W/25 th suka bepergian. Mendamba P/dibawah 35th yang punya pesawat jet pribadi”
“P/30th/pasrah sempurna nikmat penuh ga dapet-dapet W, jadi yang P juga gak apa-apa. No spesific criteria needed.”

Intinya, perjodohan hanyalah memperluas lahan pencarian. Kalau kerjaan kita itu-itu saja, berkutat dari jam setengah 8 sampai jam 5, pulang, nonton TV dan tidur, kapan ketemu teman kencannya?

Jadi, networking alias dikenalin ama temen, tante, tetangga, atau iparnya sepupu kedua dari paman menantu adek ya bisa dicoba lah. Apa salahnya menambah ‘jaringan’? Mungkin dengan begini, kita bisa ‘mengaudisi kontestan’ lebih banyak dan mendapat yang terbaik.

Tapi, apa efek sampingnya?
Ada teman saya (atau saya? Maap, bukan saya kok), sebut saja Cinta (25) yang selama setahun belakangan dikenal-kenalin Emaknya ke pria-pria lajang yang diketahuinya lewat koneksi sebagai ibu rumah tangga yang ekstensif. Bukannya cepet dapet pacar, Cinta justru jadi ketemu dengan cowok-cowok super garing dan nggak nyambung berat. Karena pria-pria ini, menurut Cinta, bersikap ‘pasti cewek ini mau karena Emaknya aja sudah desperate gitu’. 

Dengan kata lain, sistem ini bikin cewek jadi dilabeli ‘nggak laku dan hampir kedaluwarsa. Diskon 70%! Cuci gudang!’. Nggak separah itu sih emang, tapi entah secara sadar atau tidak, si cowok terkesan PeDeKaTenya terburu-buru, dan kalau salah satu tidak tertarik, si cowok berpikir “Dia aneh sih. Pantesan selama ini belom dapet pasangan,”.

Ada juga efek samping yang lebih ringan tapi pasti terjadi dalam setiap perjodohan: kecanggungan. Karena tidak bertemu dalam situasi normal (kerja, sekolah, klub kebugaran, di tempat ibadah, dan sebagainya), maka dua orang yang dijodohkan atau dikenalkan akan bersikap kaku, berlebihan atau setengah mati salah tingkah kalo ternyata yang dikenalin ‘berprospek’. Kita jadi ekstra hati-hati dalam bersikap dan cenderung tidak wajar, nggak apa adanya. Kita juga akan menilai orang tersebut dengan standar kita sendiri.

Ngomong-ngomong soal penilaian, perjodohan juga ajang penjurian yang tidak adil. Jujur saja deh, kalo kita sudah naksir berat sama seseorang, mau dia garuk-garuk ketek atau ngupil pake jempol kaki ya semuanya tetap mempesona. Betul kan, iya kaaan, ngaku deeeeh? 

Kita sama sekali tidak bisa objektif dalam hal cinta. 

Masalah dalam perjodohan adalah: kita menilai potensi untuk menjadi pasangan dari orang yang tidak kita kenal. 

Seperti pepatah (lagi) bilang, tak kenal maka tak sayang. Maka kecenderungan untuk menilai seorang yang dikenalkan adalah menilai dia dari label-labelnya. Melihat orangnya. 
Sialnya, kalau orang ini sebenernya baik dan keren tapi kebetulan lagi lupa beli pisau cukur atao deodoran, ato PAMnya lagi macet sehingga gak bisa mandi or PLN lagi mati listrik sehingga pake bajunya terbalik ato nggak matching blas, rusaklah susu sebelanga! Kalo kesan pertama sudah tidak begitu menggoda, dia salah belahan nyisir rambut aja bisa jadi masalah.


‘Dikenalkan’ memang nggak ada salahnya. Sama seperti pekerjaan dan semua kesempatan hoki-hokian yang lain, terkadang ‘koneksi dan kenalan’ akan sangat amat membantu. Lagipula, kita tidak pernah tahu dimana bakal ketemu jodoh, lewat orang lain itu pun namanya juga takdir. Dunia juga makin sempit sejak ditemukannya internet sebagai keajaiban dunia ke-8. 


Tapi jujurly speaking saja ya, saya ini type wanita yang ingin cari pasangan dari orang yang saya kenal kesehariannya, yang kita tahu watak baik-buruknya, kebiasaannya, kesukaannya, dirinya yang sebenarnya. Yang bukan cuma display saat kita ‘dijodohkan’. Aaaahhh...

Apa pendapat teman-teman? Apakah memacari orang dekat adalah skenario terbaik untuk mencari jodoh?
Konon katanya pepatah (lagi), kadang-kadang kita sibuk nyari yang jauh-jauh, padahal sesungguhnya dia ada di dekat kita.*eeeeaaaaakkk

Nah, bagaimana kalau pergaulan kita sendiri terbatas? 

Memang banyak ikan lain (bahkan paus dan cumi) di Samudera Atlantik...

tapi bagaimana kalau kita terjebak dalam aquarium hias?

>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Jumat, Agustus 08, 2014 0 komentar
Label: random thinking

Selasa, 24 Juni 2014

Mari Rayakan Perakmu!


HORE! Akhirnya saya sampai di usia 25 tahun. Akhirnya saya mendapat gelar jomblo perak juga. Oh sepanjang hari kemarin bahkan sampai hari ini, ucapan selamat ulang tahun dan doa dari teman-teman masih mengalir di timeline saya. Terima kasih untuk kebaikan teman-teman semua.

Kenyataannya tanggal 10 kemarin, usia saya pas 25. Kenyataannya doa saya di tahun lalu kalau pengin terus berumur 24 tidak dikabulkan Tuhan. Waktu yang terlalu cepat berjalan ataukah saya yang terlalu tidak sadar pada setiap detik, menit dan jam yang saya lalui? 
 
Beberapa pertanyaan yang muncul pada akhirnya seperti:
Jadi bagaimana rasanya ada di usia 25? 

Jadi, apa yang saya harapkan di umur yang ke-dua puluh lima? 

Apa yang pernah saya impikan ketika saya melangkahkan kaki di angka dua puluh lima?

Tentunya saya memiliki banyak mimpi, saya mulai menulisnya di balik Alkitab, mulai mendoakan mimpi itu, salah satunya adalah mulai mendoakan bertemu dengan seseorang yang tepat. :)

Apa yang saya harapkan ketika memasuki umur yang ke dua puluh lima? Menikah? Mungkin belum. Karena masih ada banyak hal yang ingin dikejar. Ada mimpi yang begitu tinggi, yang selalu saya  visualisasikan sebelum tidur.

Angka dua puluh lima, mungkin adalah sebuah perjalanan panjang. Tapi yang pasti umur dua puluh lima adalah angka yang sangat istimewa. Dua dan lima. Tujuh. Karena saya selalu menyukai angka tujuh, angka sempurna. Karena memasuki umur ini, saya belajar banyak; belajar banyak soal iman, pengharapan, dan kasih.

Saya selalu merasa angka tujuh punya daya tarik tersendiri. Seperti penutup sekaligus pembuka dari sesuatu. Angka tujuh adalah angka dimana Tuhan berisitirahat. Angka tujuh bagi saya, bicara soal bertumbuh, karena itu adalah masa dimana manusia ADA. Mereka kemudian saling mengenal, jatuh cinta, menguasai, dan mengelola banyak hal. Termasuk mengelola hati.
Mungkinkah Adam adalah pencinta yang baik? Hanya Hawa yang tahu. Tapi Adam dan Hawa sudah pasti bertumbuh di dalam cinta mereka.

Bertumbuh selalu membuat kau ADA.

Sepuluh tahun merantau di luar, bukanlah sesuatu yang mudah. Bahkan lebih dari sepuluh tahun tidak tinggal bersama orang tua adalah sesuatu yang selalu saya sebut dengan “pertumbuhan” yang sebenarnya. 

Kalau mau bertumbuh, pergilah dari rumah, bangun rumahmu sendiri. Itulah bertumbuh. Anggaplah kau sama sekali tidak punya pengalaman. Mulailah dari nol. Jangan takut salah. Peluk masalah. Ambil resiko. Bangun dari tempat tidurmu, pergilah mandi, bersahabat baiklah dengan air dingin. Anggap saja, itu pertama kalinya kau mandi.

Saya bosan dengan kue ulang tahun. Maka setahun belakangan menuju umur ini, saya diberikan  masalah, untuk ditiup sekaligus merayakannya. Karena bertumbuh adalah merayakan setiap masalah yang datang dalam hidupmu dan bilang terima kasih. Karena ketika masalah datang, kau banyak belajar, bersyukur, berpengharapan, dan bahkan masih tetap bisa menikmati kopimu di cangkir terbaikmu hari ini.

Bertumbuh, terkadang butuh istirahat, supaya esok, kau bisa memulai sesuatu yang baru kembali. Akhirnya, mungkin itu yang Tuhan lakukan di hari ketujuh setelah menciptakan manusia.

Jadi, bagaimana rasanya berada di usia dua puluh lima dengan status jomblo perak?
Ah, sudahlah.. :p

Selamat ulang tahun, wahai teman sahabat saudara serta orang-orang besar yang lahir di bulan Juni. Semoga sama seperti sajak Sapardi Djoko Darmono, selalu ada Hujan Bulan Juni yang menyirami hidupmu dan hatimu. Hingga akhirnya kita dapat bertumbuh dan berbuah.

Berapapun umur kita. Ah, sesungguhnya tidak ada bedanya. Sebab pertumbuhan bukanlah masalah umur, tetapi bagaimana saya dan kamu memaknai setiap hari dalam hidup.

Sekali lagi, rayakanlah hidupmu, sebab mungkin tahun-tahun mendatang yang entah kapan, kita mungkin akan begitu merindukan masa ini.

Mari rayakan!

>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Selasa, Juni 24, 2014 1 komentar
Label: (bukan) cerpen (bukan) puisi, semacam curhat

Selasa, 14 Januari 2014

Single Traveller - Lajang Kelana

Dulu, sebelum "Jomblo Perak" julukan secara main-main yang saya berikan sendiri terhadap diri saya, saya juga menyebut diri sendiri "Lajang Kelana".


Alasannya, ya, karena saya masih lajang, dan dalam hidup ini kita bagaikana pengelana-pengelana yang berjalan tanpa tahu pasti akan tiba di mana--setidaknya begitu menurut saya. Sebutan itu rasanya sekarang tak banyak berubah. Keadaan juga tak banyak berubah. Saya masih tetap lajang, dan saya masih berkelana. Bedanya, jika dulu pengelanaan saya anggap sebagai sesuatu yang menyenangkan dan seru, kini satu-dua kecemasan mulai hadir, tanpa bisa diusir.


Mungkin benar bahwa pengelanaan selepas kuliah adalah "pengelanaan yang sebenarnya". Harus saya akui, rimba raya sejati ini memang melelahkan. Seakan-akan seluruh hidupmu ditentukan oleh seberapa banyak uang yang kamu miliki, seberapa tinggi gelar dari sekolah yang kau dapat, bagaimana jabatanmu di kantor, seberapa hebat rumah dan kendaraanmu, seberapa keren gandenganmu, kapan menikah bla bla bla dan seterusnya. Dan saya juga tidak bisa lagi berlindung di balik cemoohan superior khas mahasiswa, "Cih, itu semua hanya buai kapitalisme!" Yah, mau buai kapitalisme, mau buai komunisme, pada kenyataannya apapun rencana kita, ada kebutuhan akan uang di dalamnya.

Sebagai pengelana muda, saya penuh cita-cita. Saat kecil saya seperti sudah tahu apa profesi saya ketika besar nanti. Saya ingin jadi dokter! Dengan pasti saya berkata begitu tanpa sekejap pun saya ragu. Beranjak SMA, cita-cita itu banyak berubah, tidak lagi obsesi semata, mata saya semakin terbuka lebar, saya ingin kuliah setinggi-tingginya, keluar negeri, dan bekerja sesuai "passion". Tapi Tuhan berkata lain, saya bukannya berada di Hubungan Internasional kampus kuning UI, tapi justru malah sekolah di STAN. Pikir saya waktu, ah sudahlah, yang penting kuliah, toh kampus ini juga beken, lulus langsung kerja. Jaman sekarang tahu sendiri, susah cari kerja. Dan begitu melepas toga, saya melangkah tanpa setitik pun bertanya-tanya.

Tapi ada di mana saya sekarang? Sungguhkah ini yang saya inginkan?

Saya tidak pernah menyangka sesuatu yang dulunya begitu nyata, bisa menjadi kabur tiba-tiba. Buram. Mungkin itulah poin pertama yang hidup ajarkan pada saya: jangan pernah terlalu yakin dan merasa paham. Dulu saya merasa selalu bisa bersandar pada idealisme saya. Sekarang kurang lebih tetap sama, hanya si Pengelana Dewasa mulai menyentil dengan pertanyaan,

"Sejauh apa idealismemu bisa membawamu, dalam keadaan tetap dan terus bersyukur?"

Sejak SMA, saya selalu ingin jadi diplomat. Maka dari itu saya memilih jurusan yang berdekatan dengan profesi itu. Tapi sejak kuliah, pandangan saya banyak berubah. Saya telah di-setting dan dipersiapkan menjadi PNS di Kementerian Keuangan. Tapi, rasanya hingga kini, passion saya belum banyak berubah. Memang, saat ini tepat seperti itu saya telah bekerja. Pekerjaan yang banyak diidamkan orang. "Ah, sudahlah Grace, kerjamu udah enak, mapan, banyak uang, kurang apa lagi?"begitu yang teman lama katakan tiap bertemu. Iya, bekerja, tetapi ketika semua itu membuat saya harus terlalu banyak berkompromi, apakah yang harus saya lakukan? Saya bisa saja kan memilih pekerjaan sesuka hati kalau saja perut ini tidak butuh makan, badan ini tidak butuh pakaian, jiwa ini tidak butuh jalan-jalan, dan seterusnya. Tapi kalau saya bekerja sekadar untuk bisa makan, beli pakaian, dan jalan-jalan, mungkin saya akan malu pada diri saya sendiri. Setidaknya untuk saat ini, saya tidak tahu apakah itu hal yang tepat untuk dilakukan.

Saya sedang punya banyak rencana. Saya ingin sekolah lagi. Saya ingin mengecap pendidikan yang lebih tinggi. Saya ingin mengajar. Saya ingin mengunjungi beberapa tempat di dunia. Dan menuliskannya. Saya ingin berkontribusi pada isu-isu global tentang lingkungan, HAM, anak, dan budaya --hal-hal yang saya suka. Saya ingin menemukan lelaki yang tepat untuk diajak berbagi kehidupan, dan ingin meresmikan hubungan dengannya. Begitu banyak saya ingin, saya ingin, dan saya ingin. Dan semua rencana tersebut sekarang statusnya dalam masa tunggu. Saya benci menunggu. Kamu juga, kan?

Tapi barangkali itulah yang kadang-kadang harus kita lakukan. Seorang pengelana yang paling berani pun pernah merasa ragu, cemas, takut, dan sedih. Ia tidak boleh terlalu keras pada dirinya sendiri. Ada kalanya ia hanya harus berhenti berjalan sejenak, lalu berteduh di bawah pohon untuk berpikir tentang perjalanannya... :)

Kerasnya kehidupan, tetaplah tertawa dan semangat wahai pengelana! Hap hap hap hap!!
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Selasa, Januari 14, 2014 0 komentar
Label: random thinking, semacam curhat, tentang mimpi

Jumat, 03 Januari 2014

It's started from you, Kak ^^

Selamat dini hari, kak..

Surat ini untukmu. Ini yang pertama kali aku tuliskanuntukmu. Semampuku. Surat pertama di tahun 2014. Dan, aku akan memulainya dengan kamu.

Ah, kakak tahu? Bukan hanya surat yang aku mulai dengan kakak, tapi hatiku pun aku mulai dengan kamu. *eeeaakk gombal dini hari*

Saat ini aku menulis ini ditemani sebuah lagu Endah n Rhesa.
Mau aku share liriknya gak kak? Kata anak gaul sekarang sih, "Jlebb banget".

I love you but it’s not so easy to make you here with me
i wanna touch and hold you forever but you’re still in my dream

and I can’t stand to wait your love is coming to my life
but I still have a time to break a silence


I used to hide and watch you from a distance
and i knew you realized
i was looking for a time to get closer
at least to say hello



When you love someone just be brave to say
that you want him to be with you
when you hold your love don’t ever let him go
or you will loose your chance to make your dream come true


I never thought that i’m so strong
i stuck on you and wait so long
but when love comes it can’t be wrong
don’t ever give up, just try and try to get what you want
cause love will find the way






Apa mungkin juga emosi ini masih belum stabil sejak kita bertemu terakhir kali kemarin? Ketika remang- remang lampu jalan di luar menyalakan kembali cahaya lampauku. Cahaya yang seluruhnya kamu. Ketika obrolan kita mengalahkan suara gemuruh jantungku. Ketika lambaian terakhir ke atas kepalaku, seolah kamu tahu aku masih belum rela berpisah. Maka lagi- lagi aku harus membiarkan diriku tersilaukan kenang yang  benderang demi merampungkan secarik surat ini. Menelanjangi rinduku sembari membayangkan senyummu.
*gleekk, gombalnya makin parah*

Kak, mungkin kamu perlu tahu. Menulismu selalu tak semudah yang terlihat. Butuh keberanian yang besar untuk menumpahkan asingku pada kata- kata. Sebab kemudian aku akan menyadari bahwa kamu telah benar- benar hilang dari hari- hariku. Betapa bencinya aku ketika harus mengakui bahwa aku menulismu hanya dengan bangunan karakter di kepalaku.

Biarlah aku menyelesaikan sejumput keberanian lain yang kukumpulkan, mendatangimu dengan segenap rindu dalam kata- kata resah yang panjang dan membosankan.

Apakah kakak masih ingat aku yang dulu? Si gadis di tahun-tahun pertama sekolah menengahnya. Perkenalan kita bermula ketika aku akan mengikuti ujian bersekolah di tempat yang sama denganmu. Sebagai senior pertama yang aku kenal, mana mungkin aku semudah itu melupakanmu. Entah mengapa, aku terlalu yakin kamu pun tidak melupakanku sejak itu, si gadis sombong dan arogan. Aku yang terlalu sibuk dengan persiapan ini itu hingga menanyakan namamu pun terlupa.

Kakak sadar si gadis sombong ini lulus di kelas yang diinginkan? Ucapan selamatmu membuatku tersipu. "Selamat ya dek, cita-citamu kesampaian." Ah, benar kan, kamu mengingat setiap detil kata-kataku dulu. Tapi aku sudah tidak searogan kemarin. Aku berubah menjadi gadis "culun" karena sistem sekolah kita.

Berada di atap yang sama tetap saja tidak membuatku jadi lebih berani. Tetap saja, aku hanya bisa menatapmu dari jauh, mencuri-curi pandang ke arahmu sekali waktu. Aku yang biasanya blak-blakan menjadi aku yang sembunyi-sembunyi menikmati canda tawamu. Aku yang pucat pasi tiap berpapasan denganmu. Aku yang begitu payah sehingga tak pernah berani berbicara banyak padamu dulu itu. Dulu, ketika melihat kepulanganmu dari lantai dua sekolah kita merupakan sebuah kebahagiaan yang sederhana dan cukup saja. Klasik.

Setiap kamu tanyakan kenapa aku selalu menghindar dan tak banyak omong dulu, aku hanya menjawab takut pada senior. Begitu saja pun, aku masih saja sering dihukum oleh senior putri, kak.

Di tahun kedua, Tuhan seperti berpihak padaku. Aku bisa melihat kamu minimal tiga kali sehari saat makan. Kamu seperti candu bagiku. Tapi, tetap saja, menggapaimu ibarat mimpi rasanya.

Aku lupa sejak kapan kita mulai dekat. Aku juga lupa sejak kapan aku mulai sanggup berpura-pura tidak kaku di depanmu. Hubungan "kakak-adik" tidak sah ini sungguh menyiksa, sekalipun aku menikmatinya. Sampai kapan ini akan bertahan, hanya Tuhan yang tahu, kak.

Aku setengah berharap kau melupakan semua hal- hal memalukan tentangku.
Setengahnya tidak.

Si adik-kelas-culun-yang menggemaskan. Hei, meski aku akan selalu menjadi seperti itu di matamu, bukankah akan sangat baik bagiku untuk tetap menempati satu bilik ingatan di benakmu? Jika ya, sungguh, aku lebih memilih untuk menjadi si-adik-kelas-payah ini.

Jadi, ingatan secuil apa yang kamu miliki tentangku, kak? :)

Kakakku tersayang, sembilan musim panas dan sembilan musim hujan telah berlalu semenjak dini hari pertama yang penuh dengan percakapanku dan kamu. Bagiku ini selalu tentang kamu, si kakak kelas dengan suara serak dan kulit eksotisnya. Kakak kelas manis dengan kerlingan nakal dan senyuman tengilnya. Kakak kelas yang dewasa dengan pemikiran-pemikiran dan ekspektasinya yang begitu besar pada dunia. Kakak kelas usil yang selalu aku mintai "snack malamnya". Kakak kelas yang diidolakan banyak wanita dan yang selalu aku rindukan panggilannya "Dedeeek.." sambil memegang kepalaku. Tanda sayang mungkin ya kak? Ah, tapi kau sudah membuatku terlalu ge-er.

Waktu berlalu dengan tega. Begitu cepat. Begitu menyakitkan.

Tidak semudah itu menghilangkanmu dari memoriku sebelum aku mengungkapkan rasa yang dulu pernah ada ini. Tapi, untuk mengungkapkan pun butuh keberanian. Keberanian untuk merusak hubungan manis persaudaraan kita selama ini.

Jadi kak, jangan hentikan aku untuk menyimpanmu dengan apik di geligi memoriku. Sebab di sana kau adalah apa yang hanya kukenal. Selalu kau yang seperti itu.

Kakak, ini adalah surat pertamaku dari entah berapa hari, bulan atau mungkin tahun-tahun ke depan. Meski telah kutulis beratus surat untukmu dari jauh hari yang lalu, meski akan masih ada yang lain setelahnya, jika ini adalah permulaan lain yang kudapat,

.

ketahuilah bahwa aku memulainya dengan kamu.

.
Akan lebih banyak surat datang untukmu, kak.

Memikirkannya saja dadaku bergemuruh. Aku tak ingin surat ini sampai kepadamu sebagai satu dari sekian yang berserakan di depan pagar dirimu, sementara kau masih tertidur di dalam mabuk oleh anggur yang tak lain adalah kekasih lalumu.

Mengutip ulang lirik lagu tadi, sungguh kak, I've never thought that I'm so strong that I stuck on you and wait so long. Love will find its way. Demikian pun surat ini akan menemukan jalannya sendiri untuk sampai kepadamu, kak, Semoga surat ini juga membawa serta gemetar jari- jari dan cekat di tenggorokanku yang tak mau pergi.

Berjanjilah, bila kelak surat- suratku sampai juga kepadamu, bacalah sampai habis. Sekali waktu rindu ini perlu teralamat. Bukankah kau yang paling mengerti soal itu?


Salam sayang, adikmu
Grace
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Jumat, Januari 03, 2014 0 komentar
Label: (bukan) cerpen (bukan) puisi, cinta dan perasaan, Keluarga, surat, tentang mimpi
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod | Distributed by Deluxe Templates