Dear kamu...
Nyadar ga kalau kemarin itu tanggal 21 April? Nyadar ga kalau kemarin itu Hari Kartini? Pasti nggak! Mana pernah kamu inget hal-hal seperti ini. Kamu kan yang selalu bilang, buat apa ikut berpartisipasi dalam acara yang belum tentu benar kita pahami maksudnya. Ah, kamu!
Dan suer, kamu pasti akan ngakak kalau aku bilang, kemarin aku ikut perayaan Hari Kartini di gereja bersama para ibu-ibu lainnya. Tuh, kan, ngakak kan? Tenang, bukan perayaan besar-besaran kok, cuma makan bareng di pantai. Katanya sih ini cara kita menghargai jasa ibu kartini. Peringatan atas tercetusnya emansipasi oleh kaum kita. Blah!
Apa gak nyadar ya kalau kita belum benar-benar mendapatkan pengakuan itu? Di negara tercinta kita ini, masih banyak perempuan sebagai objek. Masih ingat tentang UU Anti Pornografi? Menurut kamu, itu mendiskriminasikan perempuan gak sih? Aku sih gak keberatan kalau pemerintah mengatur pendistribusian majalah dan kaset-kaset porno, tapi kalau sampai mengatur tata busana (yang sayangnya, perempuan), itu bikin aku gerah. Ah iya, contohnya lagi, banyak pelecehan seksual di sekeliling kamu dan aku, dengan korbannya tentu saja dong kaum kita.
Eh, ga usah jauh-jauh deh.. Kamu dan aku saja, yang sedang berada di puncak kesuksesan *tsaaaahh*, justru susah mendapatkan pasangan kan? Hihihihiii.. Dengan banyak alasan, yang intinya karena kita dianggap terlalu kelas tinggi. Dari situ saja kita udah tahu, kita belum benar-benar menerima pengakuan kan? Padahal biarpun kita ini keren, berkarir cemerlang, tapi kan tetap saja kita bisa masak, bersih-bersih rumah, dan melakukan tugas lainnya kan? Hehehehe..
Kamu sering lihat di tivi gak? Artis sebut saja namanya bunga, di sisi lain, emansipasi yang dia lakukan justru membuatnya kehilangan banyak hal. Keluarga, suami, bahkan anaknya sendiripun tak mampu dia pertahankan. Dan semua terjadi karena dia memperjuangkan apa yang dia sebut sebagai emansipasi.
Eh, bentar bentar bentar.. Menurut kamu, apa benar yang Kartini inginkan itu adalah emansipasi dan kesetaraan gender? Mungkin ga, kalau katau-kata emansipasi, kesetaraan gender dan hal-hal seperti itu, kita sendiri yang ciptakan? Bisa jadi yang diinginkan Kartini bukan seperti itu. Bukan pula semakin banyak wanita berpendidikan tinggi, berkarir cemerlang, tapi banyak juga di antaranya yang justru mengabaikan kodratnya sebagai perempuan.
Oh, tapi yang jelas aku tahu, yang kita inginkan adalah sama. Kita hanya ingin menjadi perempuan yang lebih baik, untuk melahirkan anak-anak bangsa yang lebih baik di tengah bangsa yang semakin hari semakin mengenaskan ini. Kalau aku bilang ini inti dari emansipasi, kira-kira kamu setuju gak?
Aduh, udah ah! Semakin aku nulis panjang lebar, semakin aku merasa pusing. Rasanya semua terlalu rumit. Benar katamu, tak mudah memahami makna dari sesuatu, makanya lagi-lagi, aku juga heran. Kenapa hari ini aku nulis panjang lebar tapi gak jelas begini yah?
Selamat melanjutkan aktivitas Senin soremu, teman!
Jangan lupa, April ini sudah hampir habis. Emansipasi tak akan membuat kamu berhenti belajar memasak dan berdiskusi tentang hal-hal penting dan gak penting di dunia ini kan? *wink-wink*
Dari,
Aku
"Sampai sedemikian jauh, Kartini disebut-sebut di berbagai peringatan lebih banyak sebagai tokoh mitos, bukan sebagai manusia biasa, yang sudah tentu mengurangi kebesaran manusia Kartini itu sendiri serta menempatkannya dalam dunia dewa-dewa. Tambah kurang pengetahuan orang tentangnya tambah kuat kedudukannya sebagai tokoh mitos. Gambaran orang tentangnya dengan sendirinya lantas menjadi palsu, karena kebenaran tidak dibutuhkan, orang hanya menikmati candu mitos. Padahal Kartini sebenarnya jauh lebih agung dari pada total jenderal mitos-mitos tentangnya."
**Pramoedya Ananta Toer dalam kata pengantar Panggil Aku Kartini Saja
Nyadar ga kalau kemarin itu tanggal 21 April? Nyadar ga kalau kemarin itu Hari Kartini? Pasti nggak! Mana pernah kamu inget hal-hal seperti ini. Kamu kan yang selalu bilang, buat apa ikut berpartisipasi dalam acara yang belum tentu benar kita pahami maksudnya. Ah, kamu!
Dan suer, kamu pasti akan ngakak kalau aku bilang, kemarin aku ikut perayaan Hari Kartini di gereja bersama para ibu-ibu lainnya. Tuh, kan, ngakak kan? Tenang, bukan perayaan besar-besaran kok, cuma makan bareng di pantai. Katanya sih ini cara kita menghargai jasa ibu kartini. Peringatan atas tercetusnya emansipasi oleh kaum kita. Blah!
Apa gak nyadar ya kalau kita belum benar-benar mendapatkan pengakuan itu? Di negara tercinta kita ini, masih banyak perempuan sebagai objek. Masih ingat tentang UU Anti Pornografi? Menurut kamu, itu mendiskriminasikan perempuan gak sih? Aku sih gak keberatan kalau pemerintah mengatur pendistribusian majalah dan kaset-kaset porno, tapi kalau sampai mengatur tata busana (yang sayangnya, perempuan), itu bikin aku gerah. Ah iya, contohnya lagi, banyak pelecehan seksual di sekeliling kamu dan aku, dengan korbannya tentu saja dong kaum kita.
Eh, ga usah jauh-jauh deh.. Kamu dan aku saja, yang sedang berada di puncak kesuksesan *tsaaaahh*, justru susah mendapatkan pasangan kan? Hihihihiii.. Dengan banyak alasan, yang intinya karena kita dianggap terlalu kelas tinggi. Dari situ saja kita udah tahu, kita belum benar-benar menerima pengakuan kan? Padahal biarpun kita ini keren, berkarir cemerlang, tapi kan tetap saja kita bisa masak, bersih-bersih rumah, dan melakukan tugas lainnya kan? Hehehehe..
Kamu sering lihat di tivi gak? Artis sebut saja namanya bunga, di sisi lain, emansipasi yang dia lakukan justru membuatnya kehilangan banyak hal. Keluarga, suami, bahkan anaknya sendiripun tak mampu dia pertahankan. Dan semua terjadi karena dia memperjuangkan apa yang dia sebut sebagai emansipasi.
Eh, bentar bentar bentar.. Menurut kamu, apa benar yang Kartini inginkan itu adalah emansipasi dan kesetaraan gender? Mungkin ga, kalau katau-kata emansipasi, kesetaraan gender dan hal-hal seperti itu, kita sendiri yang ciptakan? Bisa jadi yang diinginkan Kartini bukan seperti itu. Bukan pula semakin banyak wanita berpendidikan tinggi, berkarir cemerlang, tapi banyak juga di antaranya yang justru mengabaikan kodratnya sebagai perempuan.
Oh, tapi yang jelas aku tahu, yang kita inginkan adalah sama. Kita hanya ingin menjadi perempuan yang lebih baik, untuk melahirkan anak-anak bangsa yang lebih baik di tengah bangsa yang semakin hari semakin mengenaskan ini. Kalau aku bilang ini inti dari emansipasi, kira-kira kamu setuju gak?
Aduh, udah ah! Semakin aku nulis panjang lebar, semakin aku merasa pusing. Rasanya semua terlalu rumit. Benar katamu, tak mudah memahami makna dari sesuatu, makanya lagi-lagi, aku juga heran. Kenapa hari ini aku nulis panjang lebar tapi gak jelas begini yah?
Selamat melanjutkan aktivitas Senin soremu, teman!
Jangan lupa, April ini sudah hampir habis. Emansipasi tak akan membuat kamu berhenti belajar memasak dan berdiskusi tentang hal-hal penting dan gak penting di dunia ini kan? *wink-wink*
Dari,
Aku
"Sampai sedemikian jauh, Kartini disebut-sebut di berbagai peringatan lebih banyak sebagai tokoh mitos, bukan sebagai manusia biasa, yang sudah tentu mengurangi kebesaran manusia Kartini itu sendiri serta menempatkannya dalam dunia dewa-dewa. Tambah kurang pengetahuan orang tentangnya tambah kuat kedudukannya sebagai tokoh mitos. Gambaran orang tentangnya dengan sendirinya lantas menjadi palsu, karena kebenaran tidak dibutuhkan, orang hanya menikmati candu mitos. Padahal Kartini sebenarnya jauh lebih agung dari pada total jenderal mitos-mitos tentangnya."
**Pramoedya Ananta Toer dalam kata pengantar Panggil Aku Kartini Saja