Menyebalkan….huuhuhuhuhuuuuuuu!!
Bunyi klakson terdengar amat riuh.. Padahal mereka tahu klakson yang berteriak-teriak itu lantas ga bakal bikin kendaraan yang ada di depannya menyingkir dan memberi jalan kepadanya..(yang bener ajaaa dong kalo itu terjadi..hehe). Mungkin karena pada saking kesalnya, jadinya itu kendaraan jadi rame-rame nekan klaksonnya, biar bikin ribut sekalian..hehehee..
Menekan-nekan klakson karena kesal..wew, itu mungkin salah satu respon orang yang terjebak dalam kemacetan. Dan kemacetan di kota sehiruk pikuk Jakarta ini bakalan terus ada, ga tau sampe kapan..(kalopun ibukota pindah ke Kalimantan juga kayaknya ga mengurangi macetnya Jakarta dehhh., hehe)
Tak jarang juga orang-orang yang terjebak dalam kemacetan tertimpa stress, bahkan depresi..(tuh kan, pantesan aja banyak orang gila di Jakarta ini..hahaa). Loh kok bisa? Mungkin karena dikejar waktu (waktu untuk sekolah, waktu untuk kerja, waktu untuk istirahat, waktu untuk makan, dan sebagainya). Ada juga yang mungkin dikejar “pengeluaran”. Kan kalo macet, mereka-mereka yang punya kendaraan bermotor harus merogoh kocek dalam-dalam karena si bensin itu mengisap kocek dengan amat sangat rakusnya. Kemacetan membuat nafas semakin terasa sesak oleh asap dan aroma yang beraneka ragam. Rasanya sulit sekali buat mencari udara yang segar.. Huffffhh..
Ketika kemacetan mendatangkan kekesalan dan menyebabkan wajah kehilangan senyumnya, namun di sisi lain, macet malah mengantarkan keuntungan bagi para penguasa lampu merah. Yaah si pengamen dan pedagang asongan, ada senyum merekah di wajah mereka, karena macet berarti rezeki. Air mineral..tissu..permen..laris manis dah.. Recehan demi recehan mengalir seiring dengan senandung para musisi jalanan itu.
Maceeeeet..ohhh maceeeet..
Terjebak dalam kemacetan Minggu siang kemaren membuatku tersenyum ketika pikiran membawaku pada “kemacetan di bagian dalam”. Kemacetan iman.. Nah lho, ada gtu kemacetan iman? Emang bisa? Ooh, tentu bisa doong.. Macet..karena Firman yang dia dengar tak pernah bergerak. Diam aja di tempat. Tampung dari sana sini, tapi ga pernah keluar dan berwujud dalam perbuatan.
Akibatnya?? Yaaa macet deh.. Dan kalo udah macet? Ga cuma jadi gampang stress dan depresi, tapi juga mati. Walaupun secara fisik hidup, tapi kerohanian yang mati. Mati rohani! Well, malah justru itu jadi situasi dan hal yang paling menguntungkan buat si para penguasa udara, iblis dan staf-stafnya. Karena dengan mudahnya, orang-orang kayak gitu akan diikat dan akhirnya terjerat..
Macet di jalan raya, jujurly speaking emang teramat sangat menyebalkan. Tapi sesungguhnya kemacetan di bagian dalam, kemacetan iman, ga hanya menyebalkan tapi juga berbahaya.
That’s why Tuhan berkata, ,
”jadilah pelaku Firman & bukan hanya pendengar saja”..
Bunyi klakson terdengar amat riuh.. Padahal mereka tahu klakson yang berteriak-teriak itu lantas ga bakal bikin kendaraan yang ada di depannya menyingkir dan memberi jalan kepadanya..(yang bener ajaaa dong kalo itu terjadi..hehe). Mungkin karena pada saking kesalnya, jadinya itu kendaraan jadi rame-rame nekan klaksonnya, biar bikin ribut sekalian..hehehee..
Menekan-nekan klakson karena kesal..wew, itu mungkin salah satu respon orang yang terjebak dalam kemacetan. Dan kemacetan di kota sehiruk pikuk Jakarta ini bakalan terus ada, ga tau sampe kapan..(kalopun ibukota pindah ke Kalimantan juga kayaknya ga mengurangi macetnya Jakarta dehhh., hehe)
Tak jarang juga orang-orang yang terjebak dalam kemacetan tertimpa stress, bahkan depresi..(tuh kan, pantesan aja banyak orang gila di Jakarta ini..hahaa). Loh kok bisa? Mungkin karena dikejar waktu (waktu untuk sekolah, waktu untuk kerja, waktu untuk istirahat, waktu untuk makan, dan sebagainya). Ada juga yang mungkin dikejar “pengeluaran”. Kan kalo macet, mereka-mereka yang punya kendaraan bermotor harus merogoh kocek dalam-dalam karena si bensin itu mengisap kocek dengan amat sangat rakusnya. Kemacetan membuat nafas semakin terasa sesak oleh asap dan aroma yang beraneka ragam. Rasanya sulit sekali buat mencari udara yang segar.. Huffffhh..
Ketika kemacetan mendatangkan kekesalan dan menyebabkan wajah kehilangan senyumnya, namun di sisi lain, macet malah mengantarkan keuntungan bagi para penguasa lampu merah. Yaah si pengamen dan pedagang asongan, ada senyum merekah di wajah mereka, karena macet berarti rezeki. Air mineral..tissu..permen..laris manis dah.. Recehan demi recehan mengalir seiring dengan senandung para musisi jalanan itu.
Maceeeeet..ohhh maceeeet..
Terjebak dalam kemacetan Minggu siang kemaren membuatku tersenyum ketika pikiran membawaku pada “kemacetan di bagian dalam”. Kemacetan iman.. Nah lho, ada gtu kemacetan iman? Emang bisa? Ooh, tentu bisa doong.. Macet..karena Firman yang dia dengar tak pernah bergerak. Diam aja di tempat. Tampung dari sana sini, tapi ga pernah keluar dan berwujud dalam perbuatan.
Akibatnya?? Yaaa macet deh.. Dan kalo udah macet? Ga cuma jadi gampang stress dan depresi, tapi juga mati. Walaupun secara fisik hidup, tapi kerohanian yang mati. Mati rohani! Well, malah justru itu jadi situasi dan hal yang paling menguntungkan buat si para penguasa udara, iblis dan staf-stafnya. Karena dengan mudahnya, orang-orang kayak gitu akan diikat dan akhirnya terjerat..
Macet di jalan raya, jujurly speaking emang teramat sangat menyebalkan. Tapi sesungguhnya kemacetan di bagian dalam, kemacetan iman, ga hanya menyebalkan tapi juga berbahaya.
That’s why Tuhan berkata, ,
”jadilah pelaku Firman & bukan hanya pendengar saja”..
:-)
biar hidupmu ga macet..hihiii..
0 komentar:
Posting Komentar