***Terlahir sebagai seorang perempuan di tengah-tengah masyarakat yang sangat mengedepankan para pria,yatim piatu, miskin...membuat daftar "ketidaklayakanku" menjadi lengkap. Tidak layak untuk bermimpi tentang sebuah masa depan yang gemilang, bermimpi setinggi bintang di langit. Tetapi untunglah, untuk bermimpi tak diperlukan biaya, alias gratis.. hehehehe, jadi aku bisa bebas merajut mimpiku tanpa seorangpun yang berhak untuk memprotesnya bahkan untuk menghapusnya..hihiii..;p
Kalau aku tidak suka satu mimpi & menginginkan mimpi yang lain, tinggal 'delete' aja mimpi yang lama lalu lukis lagi mimpi yang baru.hoohoo..asyeeek kan?^^,
Meskipun kehidupanku sangat sederhana tetapi aku sangat bersyukur untuk seorang Paman yang mengasuhku sejak dari kecil dengan penuh cinta. Sehingga sekalipun aku tak memiliki orangtua pun saudara, aku tak pernah kekurangan cinta. Paman membesarkan & mendidikku dalam nilai-nilai keagamaan yang sangat ketat sehingga aku...lambat tapi pasti bertumbuh menjadi seorang gadis yang percaya diri (tidak minder dengan segala keterbatasan yang aku miliki), gadis yang berani bermimpi mengatasi segala kemustahilan dalam hidupku & gadis yang peka serta peduli dengan sesama. Paman benar-benar adalah orangtua yang luar biasa bagiku. Hidup ku jalani dengan rasa syukur serta keyakinan bahwa hari esok akan selalu lebih baik dari hari kemarin & hari ini.
Dan...tak sia-sia aku meyakini hal seperti itu, ketika suatu hari Paman datang membawa kabar yang sangat besar, besar dalam kemustahilannya & besar dalam kedahsyatan yang akan kualami serta ku peroleh andai mimpi itu suatu saat menjadi nyata.
"Putriku yang cantik, Paman memintamu untuk mengikuti satu kontes kecantikan anakku, kontes yang tidak biasa, kontes yang istimewa sebab hadiah yang ditawarkan sangat...sangat besar& tinggi anakku!"
Jujur...aku hanya melongo saja ketika Paman menceritakan dengan penuh semangat tentang kontes tersebut. Apakah,aku bisa mengikutinya & menjadi pemenang? Tetapi, melihat wajah serta mata Paman yang berbinar seperti sinar bintang di langit malam itu, akupun yakin, kalau Paman tidak salah menaruh harapan & bermimpi besar tentang diriku. Dengan keyakinan penuh, kepalaku kuanggukkan tanda setuju kepada Paman. Tidak ada persiapan istimewa yang ku lakukan, karena akupun tak punya biaya untuk melakukan hal ini & itu ketika audisi itu ku ikuti. Aku hanya percaya pada Tuhanku & hatiku yang selalu ku jaga (hehehehe kan aku termasuk penganut paham 'inner beauty' lho..)
Audisipun berlangsung & Puji Tuhan, aku terpilih untuk masuk ke tahap seleksi berikutnya & berikutnya lagi. Hingga akhirnya, aku tiba di tahap yang amat menentukan. Bersama dengan para finalis lainnya, kami ditempatkan di tempat khusus (di karantina) & mengikuti pelatihan ini & itu. Diperlakukan benar-benar seperti seorang 'ratu' dengan segala layanan ini & itu. Persaingan semakin ketat. Tetapi aku tidak mau fokus kepada 'lawan-lawanku' sebab aku hanya fokus kepada tujuan akhirku,"menjadi ratu sejagad".. hahahahaha..
Dan.............Paman tak salah dengan mimpinya yang ia tularkan padaku, sebab dari begitu banyaknya perempuan cantik yang mengikuti kontes itu, aku terpilih untuk mengenakan "mahkota ratu sejagad"..wooowww,,amaziiiiiiiiing!!
Berakhirkah kisahku? Tidak!
Memenangkan kontes itu hanyalah awal dari perjuangan beratku berikutnya.
Berawal dari berita yang amat meresahkan hatiku, tentang sebuah rencana untuk menghapuskan bangsa darimana aku berasal. Paman dengan penuh duka menyampaikannya padaku,
"Putriku yang cantik, meskipun sekarang kamu telah meraih mimpimu & berada di puncak, tetapi darimana kamu berasal tetaplah tak bisa dihapus anakku, titah tentang penghapusan bangsa kita tentulah juga menyangkut dirimu, artinya engkapun takkan luput dari hal itu. Paman berharap sekali, kamu mau melakukan sesuatu anakku, agar titah itu dibatalkan!"
Sama seperti harapan sebelumnya –yang besar juga dalam kemustahilan untuk mewujudkannya- aku sangat menyadari bahwa Paman tak salah dengan harapannya padaku, juga tak salah dengan impiannya akan diriku sebagai 'penyelamat' untuk bangsa kami. Maka, meskipun aku tahu resikonya sangat besar, tak hanya soal kemungkinan melepaskan mahkota ratu sejagad, tapi juga soal melepaskan nyawa, aku bertekad akan melakukan sesuatu, bukan...bukan hanya untuk Pamanku, untuk membalas semua jasa baiknya padaku,tetapi juga untuk bangsaku yang amat ku cintai.
Maka, bersama Paman, aku mengajak mereka untuk "berperang" secara rohani, berperang lewat doa-doa mereka khususnya untukku, agar aku diberi keberanian, waktu yang tepat, perkataan yang tepat untuk membongkar rencana pemusnahan bangsaku itu kepada orang yang telah memberiku mahkota ratu sejagad, sebab beliau adalah orang yang paling berkuasa untuk hal itu.
Hari-hari puasa di mana aku,Paman & seluruh bangsaku 'berperang" lewat doa-doa kami sungguh adalah hari-hari yang amat berat dalam hidupku, jauh lebih berat dari ketika aku mengikuti kontes untuk meraih mahkota yang ku kenakan sekarang. Aku harus berjuang mengalahkan diriku sendiri, egoku, segala kenyamanan yang kini menjadi milikku & ketakutanku akan hukuman yang akan ku peroleh nanti, andai peperangan kami gagal.
Tibalah hari di mana aku 'memutuskan' untuk menghadap beliau, hari dimana aku akan berbicara tentang nasib bangsaku & hari di mana –mungkin- mahkota dengan segala kenyamanan hidup akan kulepas.
Jantungku berdegup jauh lebih kencang dari biasanya. Tetapi, aku tahu, bukan sebuah kebetulan aku ada di sini, di tempat di mana nasib bangsaku dipertaruhkan.
Tuhan yang menghendaki aku sampai di puncak ini agar lewat aku, kehidupan & masa depan bangsaku DIA jamin.
Berbekal doa & keyakinan, ku langkahkan kaki, berharap mendapat "perkenanan" hati dari beliau yang amat sangat ku hormati. Dan, puji Tuhan, beliau berkenan menerimaku. Tetapi bukan hal mudah untuk segera berbicara, sesegera deguban di dadaku. Betapapun pentingnya hal yang ingin ku sampaikan, aku harus mampu berjalan setenang mungkin agar aura yang kupancarkan tetap menyejukkan hati beliau.
Dapatkah engkau membayangkan seperti apa rasa dihatiku saat itu?
Detik demi detik berlalu dengan amat lambat & setiap detik adalah tusukan yang amat menyakitkan di hati & seluruh tubuhku, "seperti mau mati rasanya". Tetapi, ku arahkan pandangan tetap ke depan, kepada tujuan akhirku –kehidupan bagi bangsaku- maka ku tepis segala hal yang akan membuatku gentar. Hingga akhirnya, DIA memberiku waktu & perkataan yang tepat untuk menyampaikan "beban" di hatiku.
Dahsyat....betapa Tuhan amat dahsyat!!!! Bangsaku diselamatkanNya :-)
Hmm...Ester, betapa kisahmu semakin meyakinkan aku akan,
Pentingnya HIDUP MEMILIKI IMPIAN & betapa berharganya impian itu,
Pentingnya SEBUAH PERJUANGAN & PENGORBANAN untuk meraih impian itu,
Pentingnya SEBUAH KEYAKINAN akan setiap hal yang DIA taruhkan dalam diri,
Pentingnya SEBUAH HUBUNGAN dengan orang lain demi impian itu,
Pentingnya sebuah KEBERANIAN untuk tetap maju,
Pentingnya....begitu banyak hal yang kau teladankan lewat hidup & perjuanganmu Ester,
Sehingga sekalipun engkau hanya seorang perempuan biasa, tetapi Tuhan juga berkenan atas dirimu,
Berkenan untuk memakaimu menjadi alatNya,
Berkenan untuk melakukan perkara besar lewat dirimu...perkara yang rasanya amat mustahil,
Betapa...sekali lagi, aku diyakinkan,
Bahwa bagi Tuhan...tak soal seorang laki-laki atau perempuan,
Ketika aku MENGAMINKAN ke-MAHAKUASAANNYA
Dan...TAK SEKEDAR MENGETAHUI ke-MAHAKUASAANNYA saja,
Aku dapat merasakan, mengalami & menyaksikan kedahsyatan dari tiap ke-Mahakuasaan itu,
bagiku...caramu menjalani hidup seperti "ilmu angsa"..hehehehe..
"terlihat tenang di atas, tapi di bawah kakinya mengayuh dengan cepat"
Hidup & perjuanganmu benar-benar menjadi inspirasi & motivasi bagiku,
Yang...juga seorang perempuan seperti dirimu,
Yang..meskipun aku bukan seorang 'ratu sejagad' hanya "ratu di rumahku" hehehehe
Tapi aku tahu..."AKUPUN ADALAH TULANG RUSUK PILIHAN, seperti dirimu"
*didedikasikan untuk "Ester-Ester masa depan"
selamat meraih mimpimu dan selamat berkarya dan berjuang bagi bangsa ini......:))
0 komentar:
Posting Komentar