PERINGATAN PENULIS: Postingan berikut ini mungkin dapat menimbulkan rasa galau berlarut-larut. Tidak dianjurkan bagi para pembaca labil. Terlebih mereka yang berusia dua-puluhan dan berstatus single. Ehm.
Calon Pacar yang baik,
Kamu mungkin ada di dekatku. Mungkin juga jauh sekali, sejauh jarak Sabang ke Merauke. Tapi aku hanya tahu bahwa kamu ada, di suatu tempat entah di mana. Tidak perlulah rasanya aku menjadi agen Neptunus yang dengan radar mencari dan menemukanmu. Sebab iman sebesar biji sesawi yang aku punya ini yang akan mengantarkanku kepadamu sesuai janji-Nya. (Hey, bukan berarti aku tidak berusaha loh ya!) Aku pernah membaca di Kitab Suci bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan, jadi tidak mungkin ada orang yang seumur hidupnya menjomblo sampai kering, kecuali bahwa ia sendiri memutuskan untuk hidup selibat, atau tidak pernah berpartner secara tetap. Itu lain perkara.
Ketahuilah aku tidak seekstrim itu, Wahai Calon Pacar. Aku memang agak takut pada komitmen bernama pernikahan, maka dalam surat ini kusebut kamu 'Calon Pacar' dan bukan 'Calon Suami' sebab jujur saja kata 'suami' membuatku mulas (malas?) setengah mati - tetapi pada dasarnya aku ini kekasih yang baik.
Aku penyayang, jujur, dan rela berkorban. Memang kadang-kadang aku agak nakal, tetapi kalau kamu cukup cerdas untuk terus mempertahankan ketertarikanku padamu, aku tidak akan ke mana-mana. Aku akan selalu tergila-gila padamu, dan menjaga hubungan kita dengan penuh kasih sayang.
Calon Pacar, kamu tidak harus terlalu tampan. Cukuplah kamu berwajah seperti John Mayer, dengan mata teduh dan senyum yang manis, dengan ekspresi bandelnya yang seksi dan petikan gitar yang catchy. Atau Johnny Depp saat memerankan Mort Rainey, dan bukan Willy Wonka.
Aku sangat menyukai pria yang kalau tersenyum maka di sudut-sudut matanya akan terbentuk kerutan. Itu imut sekali, Calon Pacar, atau 'unyu' kalau kata anak-anak sekarang. Ngomong-ngomong, kata Goenawan Mohamad 'unyu' itu bahasa Sansekerta yang artinya anjing, tapi kamu tahu yang kumaksud bukan itu. Aku bukan Rengganis yang memacari anjing, bukan?
Dan tentang kerutan di sudut mata, itu tidak berarti kamu harus benar-benar berkerut di mana-mana. Aku mencari kekasih yang tidak terlalu tua untuk kuajak pergi ke disko, dan masih kuat pergi sampai pagi jika diperlukan. Kalau kamu terlalu tua, Wahai Calon Pacar, aku kuatir kita harus sudah berhenti berkencan pada pukul sembilan malam, sebab lewat jam itu kamu sudah masuk angin dan mengeluh pegal-pegal.
Jangan salah pengertian, Calon Pacar. Badan kamu tidak harus kuat dan atletis seperti Denny Sumargo. Yang penting kamu tidak terlalu kurus, juga tidak terlalu gendut, dan sehat wal afiat. Apakah kamu merokok atau tidak, buatku sebenernya ada sedikit masalah, sebab aku hanya tidak tega melihat paru-paru dan bibirmu yang seksi itu tergerus dihantam asap rokok. Tapi, kembali lagi, itu pilihanmu, bukan?
Kamu boleh minum bir, atau anggur, pada prinsipnya minuman keras dalam bentuk apa pun, asalkan kamu tidak jadi alkoholik, sebab alkoholik cenderung mati mengenaskan, bukan? Kamu sudah dengar tentang Edgar Allan Poe? Ia pengarang ternama pada zamannya, tapi ia mati terperosok di selokan karena mabuk berat. Aku juga tidak mentolerir penggunaan narkoba. Maafkan kalau terdengar seperti Satpol PP, tapi ini untuk kebaikan kita bersama, Wahai Calon Pacar. Kita tidak ingin agenda pacaran kita ternyata tertangkap basah oleh BNN, seperti yang terjadi pada beberapa seleb akhir-akhir ini, bukan?
Dan kamu juga harus cerdas, sebab aku tidak mengencani pria bodoh. Kedengarannya mungkin kejam atau sok pintar, tetapi percayalah ini sama sekali bukan seperti itu. 'Cerdas' di sini bukan berarti kamu harus memenangkan medali olimpiade Fisika, atau hafal rumus-rumus Kimia, tetapi keberanian untuk berpikir mandiri.
Aku sangat menghargai lelaki yang tidak sekadar ikut-ikutan dalam memandang dunia ini dan semua yang terjadi di sekitarnya. Lelaki yang berani punya pendapat sendiri, dan hidup berdasarkan pendapatnya itu. Lelaki yang tahu apa yang diinginkannya, dan bagaimana cara meraih semua itu.
Lelaki yang kuat, yang tidak mudah kehilangan dirinya sendiri, yang banyak membaca, yang suka mendengarkan musik-musik bagus, jenaka (jejaka?), dan tahu bagaimana cara bersenang-senang. Lelaki yang bisa kuajak pergi ke perpustakaan atau toko-toko buku loakan, tapi juga bisa kuajak pergi menonton konser musik punk favoritku dan yang menemani si gadis bawel ini backpacking keliling dunia. Lelaki yang bisa kuajak ngobrol tentang Tuhan, politik, ekonomi, sastra, musik, mimpi, keluarga, dan sepakbola, namun bisa pula mengoceh bersama tentang hal-hal paling remeh sedunia.
Calon Pacar, kamu bisa berprofesi apa saja. Aku tidak keberatan dengan pekerjaan apa pun, selama kamu menyukainya. Kalau kamu berprofesi sama denganku, semoga ketika kita bertemu nanti, menteri kita yang labil itu tidak jadi mengeluarkan aturan terbarunya yang membatasi cinta ya. Dan kalau bisa juga, ini kalau bisa, janganlah kamu datang dari kalangan pengarang. Seorang teman pernah berkata padaku bahwa amatlah berbahaya mengencani pengarang, sebab ia sering bersikap seolah-olah hidupnya adalah sebuah cerita panjang. Akibatnya, ia sering bersikap aneh-aneh untuk menimbulkan kejutan dan suspens dan intrik agar hidupnya (ceritanya?) selalu menarik. Dengan segala hormat, Calon Pacar, aku lebih suka hubungan yang stabil.
Calon Pacar yang baik,
Akan kututup tulisan ini dengan doa untukmu. Aku berdoa agar Tuhan menjagamu sampai nanti Ia mempertemukan kita yang sama-sama tengah berada di tangan-Nya. Aku terlalu yakin kisah kita nantinya tidak akan kalah mengharukan seperti kisah Ruth dan Boas, atau ketika Ishak melamar Ribka. Ketika saat itu tiba, aku akan mengurusmu baik-baik, menyayangimu sepenuh hati, dan memastikan hidupmu penuh warna. Aku tidak akan membuat kesalahan-kesalahan seperti yang pernah kulakukan dalam kehidupan cintaku sebelumnya. Ah, sejujurnya kamu harusnya bangga sudah jadi yang pertama. Tentang aku sudah jadi yang keberapa, tidak terlalu penting, yang pasti kita sama-sama yakin jadi yang terakhir, begitu bukan? Aku akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia di dunia, dan aku yakin engkau pun akan melakukan hal yang sama. Sebab tidak baik memang jika manusia itu seorang diri saja. Berdua kita akan jadi tim yang baik. Sekarang jalanilah kehidupanmu dengan rasa bahagia. Nikmatilah hidupmu dan bertumbuhlah di dalam-Nya. Ketika kita sudah sama-sama siap dan bersama, akan kupastikan kebahagiaan itu berlipat ganda. Karena kisah ini tidak hanya antara aku dan kamu, tetapi juga ada DIA, Penulis Kisah Kita
Sampai jumpa
0 komentar:
Posting Komentar