skip to main | skip to sidebar

Search Here

...tentang Grace...

Foto Saya
Grace Hasibuan
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Just an ordinary girl with EXTRAORDINARY GOD... A girl who lives her life with hope, faith and love. A girl who believes in God and His wonderful journey. A girl who is passionate in children, human right, poverty, and environment. She is crazy about the idea of being a traveller... And, she'd love to express all about her and her life in music, photography, and just simple words...
Lihat profil lengkapku

Archivo del blog

  • ► 2015 (3)
    • ► Juli (2)
    • ► Januari (1)
  • ► 2014 (4)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Januari (2)
  • ▼ 2013 (44)
    • ► Desember (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (4)
    • ► April (4)
    • ▼ Maret (8)
      • Aloha Dunia
      • Padang Gurun
      • Wajah Jakarta
      • Stop This Train
      • Sakit, Kopi, dan Pahit
      • Lima Puluh Tiga Tahun itu Seksi!!
      • Berhenti Hidup Berbasa-basi, Bisakah?
      • Selamat Kembali Merantau!
    • ► Februari (10)
    • ► Januari (15)
  • ► 2012 (6)
    • ► Desember (2)
    • ► Juni (1)
    • ► April (1)
    • ► Januari (2)
  • ► 2011 (16)
    • ► November (3)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (5)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)

Teman-teman

See this :)

  • Home
  • About Me
  • Facebook
  • Twitter
  • About This Blog

Letter from God

Letter from God
gracehasibuan. Diberdayakan oleh Blogger.

God is good all the time

God is good all the time

Ordinary Grace

Ordinary Grace

Popular Posts

  • Pelajaran dari pembuangan Babel :)
    4 Desember 2013. Hari paling bersejarah. Untuk kedua kalinya saya menangis karena hal yang sama. Untuk kesekian kalinya saya merasakan uj...
  • (bukan) FILOSOFI KETAPEL
    Orang-orang yang hidup di fase modern seperti sekarang ini mungkin sudah jarang melihat ketapel. Tapi bagaimana dengan kamu? Pernahkah mem...
  • Kupanggil Kamu, ILALANG
    Lalu, begini. Kini saya ada di belakang netbook ini dan menulis tentangmu. Saya harap kamu tidak merasa keberatan dengan nama barumu dan ...
  • FRIENDS, LOVERS OR NOTHING
    FRIENDS, LOVERS OR NOTHING Wow its been a while since my last blog. Jadi weekend ini saya memang tidak kemana-mana. Minggu lalu udah...
  • Makan, Berdoa, dan Jatuh Cintalah pada Negeriku!
    Holaaaaaaa.. Kemana saja belakangan ini? Saya sudah kemana-mana. Ok, ini lebay! Lama sekali tidak menulis blog. Dua minggu yang l...
  • Aku, Kamu, Hati, dan Logika
    Kenalkan, namanya Logika. Dia yang menemani aku selama ini sementara Hati melanglang buana. Logika ini sungguh baik padaku. Perhatiannya t...

Categories

semacam curhat (36) random thinking (25) me and my GOD (17) (bukan) cerpen (bukan) puisi (14) opini (12) untuk sahabat (12) tentang mimpi (8) cinta dan perasaan (7) lagu (7) surat (7) Keluarga (6) Kisah Kita (5) kicauan pagi (5) pekerjaanku (5) 8-years-story (3) tentang ilalang (3) idola (2) TRAVELLING (1) feature (1) film (1) liputan (1)

What Date is Today?

Quote of The Day

Visit BrainyQuote for more Quotes

Hear This.. :)

When God Writes My Whole Life Story

...tentang warna-warninya hidup ketika ALLAH yang menulisnya... So, Let God be God in your life, dear

Selasa, 26 Maret 2013

Aloha Dunia

Aloha dunia.
Apa kabar kamu disana?

Apa kabar matahari pagi?
Apa kabar pelangi sore?
Apa kabar tawa lepas?
Apa kabar senyum samar?
Apa kabar haru biru?

Apa kabar ketakutan dan kekecewaan?
Mengapa kamu tak kunjung padam?
Apa kabar keraguan dan kekhawatiran?
Mengapa kamu tak bisa hilang?

Apa kabar kehidupan di luar segala rutinitas?
Apa kabar kamu yang sudah lama menghilang?


----
Ditulis di menit-menit terakhir sebelum jam makan siang kantor, di tengah keheningan ruangan front office..
Atas nama saya yang lagi bosen, kangen kuliah dan (sebut saja) pengen punya pacar #ehhh
Grace Hasibuan
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Selasa, Maret 26, 2013 0 komentar
Label: (bukan) cerpen (bukan) puisi, semacam curhat, untuk sahabat

Kamis, 21 Maret 2013

Padang Gurun



Ketika umat Israel melewati padang gurun sebelum sampai ke Tanah Kanaan, mereka banyak bersungut-sungut. Mereka ketakutan akan orang-orang besar menduduki Tanah Kanaan yang harus mereka hadapi dan lawan. Musa menguatkan mereka dan berujar, “TUHAN, Allahmu yang berjalan di depanmu, Dialah yang akan berperang untukmu sama seperti yang dilakukan-Nya bagimu di Mesir, di depan matamu, dan di padang gurun, di mana engkau melihat bahwa TUHAN Allahmu mendukung engkau, seperti seseorang mendukung anaknya, sepanjang jalan yang kamu tempuh, sampai kamu tiba di tempat ini.”





Allah yang sama, yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib untuk melepaskan Israel, Dia yang akan berperkara dengan kita. Allah yang sama yang berjalan bersama Israel akan berjalan bersama kita melalui padang gurun rohani kita. Ketika kehidupan menjadi menyesakkan, ketika masa depan terlihat begitu menakutkan, percayalah, Allah yang akan mendukungmu seperti seorang Bapa mendukung anaknya, sepanjang jalan yang kamu tempuh, sampai kamu tiba di tanah perjanjianmu.


Selamat pagi dan Tuhan memberkati :)


>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Kamis, Maret 21, 2013 0 komentar
Label: kicauan pagi, me and my GOD

Selasa, 19 Maret 2013

Wajah Jakarta

Wajah Jakarta adalah bocah-bocah yang hilir mudik memainkan kecrekan sambil menempelkan wajah di jendela mobil pada suatu siang yang panas terik, sementara tak jauh dari situ seorang bayi kurus menggeliat dalam gendongan seorang perempuan di perempatan lampu merah.

Wajah Jakarta adalah tongkat bergagang besi yang mengoreki tempat sampah semen. Pemiliknya adalah pemulung yang harap-harap cemas berebut rezeki dengan kucing gendut, tikus got dan lalat.

Wajah Jakarta adalah aroma menyengat di bantaran sungai yang berbatasan dengan tempat pembuangan sampah dan rumah-rumah berdinding papan. Bila kau pasang telingamu baik-baik, dapat kau dengar dari dalam isakan bocah perempuan yang sudah dua hari panas demam.

Wajah Jakarta adalah pisau dingin berkarat yang dipakai menakut-nakuti pelajar berseragam dan wanita berkalung emas di angkutan kota. Sebuah pelajaran berharga bisa kau petik dari sana: jangan menaruh HP di saku celana, jangan memakai perhiasan di dalam bis, dan simpan dompetmu jauh-jauh di tempat yang tak terogoh.

Wajah Jakarta adalah pengamen yang bernyanyi sumbang di bis oranye sambil menadahkan kantung bekas keripik dan preman yang menadahkan tangan minta uang dengan paksa. Pelajaran berharga kedua: selalu siapkan recehan lebih dari cukup. Kita tak pernah tahu.

Wajah Jakarta adalah kelelahan yang menggurat wajah seorang laki-laki berkemeja lengan panjang dengan map berisi surat lamaran kerja yang mulai lecek setelah ditenteng seharian. Di rumah, anak-istrinya menunggu dengan penuh harap. Hari ini Ayah pasti pulang bawa rejeki.

Wajah Jakarta adalah letusan kembang api yang gegap-gempita membelah angkasa dan bisa kau saksikan dari jarak belasan kilometer pada malam pergantian tahun, yang kata tetangga sebelah, “Nggak mahal kok, delapan juta aja.”

Wajah Jakarta adalah jendela-jendela mobil yang kacanya dihitamkan sehingga mustahil untuk sekadar diintip. Hawa di dalam situ tak pernah segarang terik matahari. Udaranya sejuk dan selalu wangi parfum, dan selalu tersedia air mineral penangkal dahaga jika kau haus.

Wajah Jakarta adalah bocah-bocah berseragam yang menenteng telepon genggam dan permainan elektronik, sementara pengasuhnya berjalan di belakang membawakan tas sekolah, botol minum, dan kotak bekal makanan.

Wajah Jakarta adalah remaja belasan tahun bergaya Harajuku yang sakunya terisi kartu kredit warisan orang tua dan Blackberry seri terkini yang baru saja di-upgrade. Dan jangan lupakan Louis Vuitton KW-1 yang sesekali mereka tenteng dalam gaya yang berbeda.

Wajah Jakarta adalah butik berskala internasional yang dengan mudah kau temui di pusat perbelanjaan raksasa, yang menempelkan label puluhan hingga ratusan juta pada sebuah tas cantik dari kulit.

Wajah Jakarta adalah langkah tergesa kaki-kaki yang dibungkus sepatu berhak tinggi dan pantofel berkilap yang bersanding dengan tangan-tangan menengadah di jembatan penyeberangan.

Wajah Jakarta adalah gemerlap lampu warna-warni yang berpendar diiringi musik menghentak dan cairan merah di gelas-gelas kristal dalam geliat malam yang masih muda.

Wajah Jakarta adalah anak laki-laki berbaju kusam yang menatap iri saat kita bergandengan tangan menyusuri trotoar di sebuah malam minggu sambil makan es krim. Wajah Jakarta adalah senyumnya yang terkembang saat kau gandeng tangan mungilnya ke abang penjual es dan mempersilakannya memilih rasa yang ia suka.

Wajah Jakarta adalah pengemis berkaki buntung yang tak henti-henti mengucapkan terima kasih saat kau cemplungkan selembar ribuan ke gelas plastiknya. Dalam syukurnya ada doa agar panjang umurmu selalu.

Wajah Jakarta adalah anggukan tulus pedagang kaki lima saat kau bayarkan sejumlah rupiah sebagai penglaris jualannya pagi ini tanpa minta kembalian.

Tahukah kau apa yang terlintas di benakku kemarin, saat mengunjungi Jakarta, menelusuri jalanannya di tengah teriknya siang dan gemerlapnya malam, melihat pencakar-pencakar langitnya dari kaca gedung bertingkat tempat saya menghabiskan 3 hari Sosialisasi?

Jakarta sesungguhnya tak pernah miskin. Ia hanya lupa menoleh pada yang terpinggir
.

(suatu sore, dengan langit berwarna kuning keemasan, jauh dari keramaian ibukota dan sekarang begitu merindukannya)



COOL STAN 2007

Terimakasih atas tiap sharing dan doanya yang menguatkan saya di perantauan
  
PS: Terimakasih untuk waktu 5 hari kemarin saya bisa mencicipi Wajah Jakarta dari segala sisi. Dan bisa melihat wajah-wajah orang terbaik saya yang ada di poto ini di Jakarta kembali. Doaku dimana pun kita berada, semoga menjadi berkat tidak hanya bagi Jakarta, tapi bagi Indonesia. Mari sama-sama berjuang. You'll never walk alone :)
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Selasa, Maret 19, 2013 0 komentar
Label: (bukan) cerpen (bukan) puisi, untuk sahabat

Stop This Train


"Come on, stop this train.
I want to get off and go home again.
I can't take the speed it's moving in
I know i can't
But, honestly, won't someone stop this train?"

No. The train that John Mayer means in that song is not the train that we usually see in train station. He means  'life'. Don't you realize that life is like a train? It keeps moving in. And we can't stop the train or make it slower whenever we want.

In life, we start our new 'chapters', leaving the old one's behind, being hurt, happy, falling down, rising up again, lonely, busy, and in the middle of our 'train ride', we realize that we're moving too fast, like we're not ready for the challenge ahead and for... growing up. We want someone to stop this 'train', or going back to the previous 'destination'.

"So scared of getting older
I'm only good at being young"

Sometimes we wish we could hit the 'pause' button. Getting older is scary. What if our life in the future doesn't match up with our dreams and hopes? We don't know what will happen to us. All we know is a lot of changes will come with 'getting older'. And, for a moment, we just want to stay where we are now. Being young.

So, we are scared about the things that we don't know yet. Isn't that pathetic?

"Had a talk with my old man
said, 'Help me understand'.
He said, 'Turn 68, you'll renegotiate
don't stop this train
don't for a minute change the place you're in'."

But, we have to face it. Getting older is one of phases in life. When we're older, we'll realize that there are so much things we've learned and how much experiences we've got on the process of growing up. Beside, we're not the only one who face the 'getting older' phase. Everbody does. Include our parents. Like this song, I imagine that JM as the one who felt his life growing faster than he expected, and lost his purpose of life, then asked his father. So, don't quit. Enjoy the life we live. Be happy wherever we are, because maybe we're on the place where we belong. Also, don't forget to always pray and be thankful to God.

"Singing stop this train
I want to get off and go home again
I can't take the speed it's moving in
I know I can't
Cause now I'll see I'll never stop this train."


Here, the video of John Mayer when he sang 'Stop This Train' at LA. One of my favorite videos.


>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Selasa, Maret 19, 2013 0 komentar
Label: idola, lagu

Senin, 18 Maret 2013

Sakit, Kopi, dan Pahit

“Mungkin sakit hati itu adalah ketidakmampuan untuk mengasihi, mengampuni dan melupakan.”

Suatu ketika saya pernah menulis begini di status twitter. 


Mengaku sedang sakit hati itu butuh keberanian. Bukan hanya sekedar mengaku kepada diri sendiri, tapi bagaimana suatu hari nanti bisa mengobrol dengan seseorang yang telah atau pernah membuatmu sakit hati—itu persoalan yang mungkin juga tidak gampang.

Biasanya ketika sakit hati, respon saya bisa sangat pahit—entah itu karena memang saya terlalu lama menyimpan marah, menyimpan tersinggung, atau menyimpan benci. Mereka kemudian mengendap di dalam hati saya—beku di sana. Ketika ada yang menyinggung kembali, kebekuan yang belum selesai tadi akan menjadi sesuatu.

Saya pernah bilang kalau saya menyukai kopi hitam kental. Saya suka kopi hitam kental yang manis karena akan menghilangkan rasa pahitnya. Tapi memang pada dasarnya, merasakan sesuatu yang pahit itu akan membuatmu merasa bersyukur akan hadirnya rasa manis—kenapa dari sakit hati langsung loncat ke kopi? Karena begini: ketika kita memutuskan untuk sakit hati, sebenarnya kita memutuskan untuk menyimpan pahit.

Efek lain yang saya rasa ketika menyimpan pahit adalah saya berubah menjadi sangat galak—aslinya saya memang galak, ya begitulah, beberapa orang yang dekat dengan saya sangat tahu hal itu. Tapi yang terjadi adalah kali ini saya begitu galak terhadap hal-hal yang saya sendiri tidak paham. Saya sendiri tidak bisa berbohong kalau sedang galak. Paling tidak hal ini akan kelihatan dari tulisan-tulisan saya.

Bisa jadi tulisan galak berasal dari hati yang sedang pahit. Atau perkataan galak berasal dari hati yang sedang pahit. Mungkin begitu, lagi-lagi ini hanya kesimpulan dungu saya.

Hingga suatu hari, saya pernah menulis satu posting yang tadinya saya pikir hendak saya publish—ah, bagi saya menulis dengan jujur itu begitu hakiki. Dan tentu saja, ketika saya baca tulisan itu saya terkaget-kaget sendiri. Karena saya begitu galak.

Di hari itu juga, selesai mandi dan hendak berkemas-kemas. Tiba-tiba saya diingatkan tentang seseorang, bahkan inisialnya saja tidak mau—tidak perlu saya sebutkan di sini. Lalu suara di dalam hati saya begitu keras dan bilang begini “Ampuni dia. Tak usah publish tulisan yang tadi kamu buat.” “Tapi kenapa?” saya bertanya—sedikit keras kepala. “Ampuni saja dia, Grace.” Kata suara itu lagi. Sejujurnya, saya tidak mau—belum mau. Atau belum bisa(?)

Tapi yang saya lakukan adalah saya menundukkan kepala dan berbisik pelan..

“Saya ampuni, kamu.”

Apapun yang saat ini ada di hati, memang tidak segera reda juga. Saya pun sadar tidak bisa berdiam begini terus, suatu saat harus diomongkan. Diklarifikasi. Agar kepahitan dan sakit hati tidak mengakar dan membusuk di hati. Tapi yang pasti, tulisan yang saya sengaja buat untuknya, tidak jadi saya publish. Semoga tidak sekarang ataupun nanti.






LOVE,
Grace

Manna, 18 Maret 2013. 11:11
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Senin, Maret 18, 2013 0 komentar
Label: semacam curhat, untuk sahabat

Lima Puluh Tiga Tahun itu Seksi!!



Selisih waktu dua hari, tepat Ayah ulang tahun. 16 Maret 1960. 16 Maret 2013. Sekarang saya di kantor, agak mengantuk, kemarin tidur terlalu larut, tapi kemudian saya buka komputer lalu hendak menuliskan sesuatu untuknya—entah suatu kebetulan atau bukan, ketika Ayah berulang tahun kemarin ada hujan di luar. Tapi bukan, bukan karena itu saya tidak menulis tepat di hari ultahnya.

Ini adalah tahun kesekian saya merayakan ulang tahun Ayah di luar dan hanya melalui tulisan. Kepada Ayah yang pemberani, ijinkan saya menulis sesuatu. Ini adalah ulang tahunmu yang ke lima-puluh-tiga. Tahun-tahun panjang begitu banyak yang kau lalui.

Pengalaman dan debu perjalanan itu seperti menggantung di kerut wajahmu. Menjadi dewasa dan matang itu sendiri terlihat dari begitu banyak ubanmu. Semangat yang membara toh tidak padam dari sinar matamu. Kebijakan senantiasa keluar dari mulutmu.

Hal yang baik itu menular, Ayah. Seperti katamu selalu lakukan segala sesuatu itu tulus, tulus saja. Anak macam apa yang ketika dinasehati seperti ini tidak mau mendengarkan. Tidak mudah menjalani usiamu, 
Yah. Tidak—lalu saya bertanya? Dengan apa kau bisa bertahan?

Saya ini anak sulung ndablek bin jogal Ayah, yang musti berkali-kali dibilangi dulu baru mengerti kemudian. Tapi Ayah selalu menyayangi saya, lucunya setiap Ayah berulang tahun selalu ada berkah yang kecipratan untuk saya di perantauan.

Kemarin saya habis Sosialisasi di Jakarta. Tepat di hari ulang tahun Ayah pun saya berkumpul dengan orang-orang terbaik saya dari semasa kuliah hingga sekarang. Saya merasa selain di rumah, itu kali pertama saya bisa tertawa sebahagia dan selepas kemarin, setelah hari-hari panjang dan berat yang saya lalui di perantauan. Tuhan menyediakan orang untuk berbagi. Tuhan mencukupkan segala kebutuhan. Tuhan adalah gembalaku, itu sudah cukup! Itu pun saya pelajari tepat di hari ulang tahun mu, Ayah.

Betul—anak perempuan Ayah sudah dewasa. Banyak(?) yang naksir. Tapi belum ada yang serius mengajak saya—begitulah. Jangan tanya kenapa! Jaman tidak segampang dulu ketika Ayah bertemu Ibu. Atau pria-pria itu memang tidak sepemberani Ayah saja. Mereka penakut.

Terima kasih untuk punya gen dari Hasibuan. Terima kasih untuk memberi nama yang begitu kuat kepada saya Grace Rouli Maharani. Terima kasih meluruhkan ketulusan. Terima kasih sudah mengajarkan kalau di dalam hidup, ketika jatuh tak lupa untuk berdiri lagi.

Ah, yang sehat ya Ayah. Kita belum ke bulan, berdua saja! Kita juga belum tour ke Israel, sekeluarga! Selamat ulang tahun Jannen Henry Kiraman Hasibuan. Lima puluh tiga tahun itu sexy!

Cium.



KPPN MANNA, 18 Maret 2013. 09:18

*sedang ingin memanggilnya, Ayah. Padahal biasanya Bapak :)
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Senin, Maret 18, 2013 0 komentar
Label: Keluarga, kicauan pagi

Senin, 11 Maret 2013

Berhenti Hidup Berbasa-basi, Bisakah?


Kenapa setiap orang tidak tumbuh saja menjadi seperti apa dia. Tanpa perlu didefinisikan. Ia hanya perlu tumbuh menjadi seperti apa dia. Ia tidak perlu memaksakan dirinya untuk menjadi “sama” dengan orang lain. Untuk menjadi seperti apa yang orang lain “mau” pikirkan tentangnya.

Kenapa ketika bertemu dengan orang, kita tidak menerima orang itu apa adanya saja. Tanpa perlu melihat dia siapa. Tanpa perlu tahu kepentingannya apa. Tanpa peduli amat keuntungan dia buat saya apa. Hanya sekedar berkenalan. Hanya sekedar saling menghormati. Hanya sekedar mengobrol asik.


Hidup yang tanpa basa-basi. Hidup yang tanpa bertanya: keuntungan dia buat saya apa.
Sudah jarang sekali saya mendapati orang yang seperti itu. Sudah jarang sekali, saya sendiri memperlakukan orang seperti itu. Yang terjadi pada saat ini adalah saya berkenalan dengan orang baru sebagai sebuah iming-iming “membangun jaringan.” Ataupun akhir-akhir ini saya terlalu banyak berpura-pura hanya demi rasa ke-"tidak-enakan".

Ataupun sebaliknya ketika orang berkenalan dengan saya, karena saya adalah seseorang yang bisa membawa keuntungan bagi mereka. Atau mungkin saya bisa membawa kepentingan buat mereka. (Benar begitukah?)

Untuk itu kita diajarkan banyak hal tentang “basa basi” ketika mengobrol dengan seseorang. Kita perlu untuk hanya sekedar berbasa-basi sebentar dan kemudian baru masuk ke inti persoalan.Itu pun jika memang akhirnya tidak menjadi basi beneran.


Hal ini kemudian coba saya obrolkan dengan ibu saya, dan kemudian dia berpendapat bahwa “keramahan” adalah sebuah nilai yang sangat diagungkan. Karena kita Indonesia. Karena sejak dulu memang kita telah diajarkan untuk senantiasa “ramah” kepada siapapun termasuk orang yang tidak kita kenal.

Tapi hal ini kemudian hanya menjadi sesuatu yang indah di “permukaan.” Keramahan itu sendiri hanya sebagai pemoles dalam bersikap. Seperti lipstik merah yang biasa saya pakai. Hanya sekedar pemanis.

Kenapa kita melakukannya: karena kita tidak ingin dinilai jutek, pemurung, menyebalkan atau apalah.

Haha. Bahasan ini kemudian semakin menarik. Karena apapun yang kita lakukan terhadap orang lain. Selalu erat hubungannya dengan penilaian orang lain terhadap kita. Penilaian yang baik menjadi tujuan. Dan selalu ingin dilihat “baik-baik” menjadi sebuah pencapaian.


Saya berpikir bahwa, terlalu dangkal jika yang kita kejar dalam hidup adalah supaya kita terus-terusan menyenangkan orang lain dengan apa yang kita lakukan. Kita “baik-baik”, selalu bisa ber”basa-basi”, selalu “ramah” dengan orang lain hanya karena kita takut. Takut dinilai buruk oleh orang lain.

Padahal tidak perlu. 


Terkadang saya juga iri melihat seorang teman saya yang sanggup mengutarakan isi pikirannya secara lugas, tanpa "basa-basi". Sekalipun itu menyakitkan. Sekalipun beresiko. 
 

Ah, saya ingin memandang segala sesuatu lebih sederhana. Bagaimana jika ketika bertemu orang, kita ramah karena keramahan itu memang ada di dalam kita. Tetapi sebaliknya ketika bertemu dengan orang yang nyebelin, kita juga bisa menunjukkan bahwa kita tidak suka. Dan bahwa kita juga bisa nyebelin. Haha.

Lalu berhentilah berbasa-basi. Katakanlah apa yang memang ingin kamu katakan kepada seseorang: baik ataupun buruk. Dengan jujur. Dan tahanlah dirimu dari mengatakan hal-hal manis tapi omong kosong. 


Musuh mencium kita berkali-kali. Tetapi sahabat menampar kita dengan cinta kasih
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Senin, Maret 11, 2013 0 komentar
Label: kicauan pagi, semacam curhat, untuk sahabat

Jumat, 08 Maret 2013

Selamat Kembali Merantau!


Kamis pagi, 7 Maret kemarin, saya menerima pesan-pesan singkat dari teman lama. Sementara saya sudah menempuh perjalanan jauh lagi ke perantauan setelah libur atau dikatakan cuti sakit yang (cuma) dua setengah bulan, dia masih berleha-leha di rumah dan tak harus merantau jauh-jauh seperti saya entah karena dia tidak bekerja, ataupun  karena kota tempatnya bekerja relatif dekat rumah.

Dalam kondisi mengantuk, karena harus bangun dan berangkat pagi dari rumah, dengan  masih menahan sakit, serta perasaan yang belum cukup rela kembali mungkin karena sudah terlalu betah di rumah selama dua setengah bulan, rasanya penat sekali saya mendapat pesan-pesan bombastis itu. "Beda ya sekarang, kalau pulang kampung nggak kabar-kabar sama sekali. Nggak ngajak ketemuan, nggak kangen temen ya? Sombongnya...," begitu kurang lebih bunyinya. Iya, penat sekali saya membacanya, sampai-sampai tak berhasrat membalas lagi.


Sombong? Terus terang, saya keberatan dibilang demikian. Apalagi hanya gara-gara tidak mengajak ketemuan. Beda? Kalau memang sekarang ada yang beda, rasa-rasanya bukan karakter yang berbeda, melainkan keadaan yang melingkungi.


Dulu, ketika sama-sama masih sekolah/kuliah, masih punya relatif banyak waktu untuk menghabiskan hari bersama, hanya saja tidak punya banyak duit karena masih bergantung pada orangtua. Sekarang, ketika sudah sama-sama bekerja, sudah terpisah jauh antarkota bahkan antarpulau atau zona waktu, sudah punya modal sendiri, tetapi tidak punya lagi waktu bersama semudah masa sebelumnya. Bukankah ini alur yang wajar? Tidakkah perjalanan memang niscaya demikian?

Ketika sudah punya pekerjaan tetap, harus merantau jauh ke daerah yang menempuh perjalanan dua kali naik pesawat, jarang-jarang bisa pulang kampung untuk bertemu dan berkumpul dengan keluarga inti maupun keluarga besar, sekalinya bisa pulang kampung pun butuh biaya mahal, maka kita akan mengerti: bisa ada di rumah beberapa hari saja itu sudah sangat mewah!

Kalau pun dikatakan saya sudah dua setengah bulan  ini berada di rumah, itu beda cerita rasanya. Saya selama ini memang di Medan, tapi dikarenakan cuti sakit, dan harus istirahat total selama 2 bulan. Bagaimana mungkin saya yang sakit mengajak jalan keluar? Kalau boleh sedikit egois seharusnya saya berhak dikunjungi. Tapi saya tidak pernah menuntut perhatian semacam itu.

Lalu, apakah berarti mengalokasikan waktu untuk teman lama itu akan sangat mengganggu kesempatan kita ada di rumah? Tidak juga demikian. Akan tetapi, cepat atau lambat memang kita harus mengakui, ada hal-hal yang tidak bisa kita paksakan hadirnya dan ada hal-hal yang tidak bisa kita tolak perginya.

Selama bumi berputar, selama itu juga hari berganti, dan kehidupan berdinamika. Kemarin, masih bisa hampir setiap hari mengisi waktu bersama. Lalu, sama-sama memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan. Berlanjut lagi, ada yang menikah, hidup bersama dengan pasangannya, bahkan kemudian berputra/i. Dan penyikapan yang paling layak adalah memang kita harus melalui dan menerima dinamika itu. Bukan menolaknya, apalagi mengkamuflasekan ketidakrelaan atas perubahan keadaan dengan menyerang karakter orang.

Menjalani semestinya. Ini pilihan yang paling baik, juga yang paling gampang.


Selamat sore, selamat memulai petualangan lagi di perantauan! Dan, saya, semoga bisa berkuliah kembali! Semoga itu tidak terlalu muluk!
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Jumat, Maret 08, 2013 0 komentar
Label: semacam curhat, untuk sahabat
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod | Distributed by Deluxe Templates