Kamis pagi, 7 Maret kemarin, saya menerima pesan-pesan singkat dari teman lama. Sementara saya sudah menempuh perjalanan jauh lagi ke perantauan setelah libur atau dikatakan cuti sakit yang (cuma) dua setengah bulan, dia masih berleha-leha di rumah dan tak harus merantau jauh-jauh seperti saya entah karena dia tidak bekerja, ataupun karena kota tempatnya bekerja relatif dekat rumah.
Dalam kondisi mengantuk, karena harus bangun dan berangkat pagi dari rumah, dengan masih menahan sakit, serta perasaan yang belum cukup rela kembali
Sombong? Terus terang, saya keberatan dibilang demikian. Apalagi hanya gara-gara tidak mengajak ketemuan. Beda? Kalau memang sekarang ada yang beda, rasa-rasanya bukan karakter yang berbeda, melainkan keadaan yang melingkungi.
Dulu, ketika sama-sama masih sekolah/kuliah, masih punya relatif banyak waktu untuk menghabiskan hari bersama, hanya saja tidak punya banyak duit karena masih bergantung pada orangtua. Sekarang, ketika sudah sama-sama bekerja, sudah terpisah jauh antarkota bahkan antarpulau atau zona waktu, sudah punya modal sendiri, tetapi tidak punya lagi waktu bersama semudah masa sebelumnya. Bukankah ini alur yang wajar? Tidakkah perjalanan memang niscaya demikian?
Ketika sudah punya pekerjaan tetap, harus merantau jauh ke daerah yang menempuh perjalanan dua kali naik pesawat, jarang-jarang bisa pulang kampung untuk bertemu dan berkumpul dengan keluarga inti maupun keluarga besar, sekalinya bisa pulang kampung pun butuh biaya mahal, maka kita akan mengerti: bisa ada di rumah beberapa hari saja itu sudah sangat mewah!
Kalau pun dikatakan saya sudah dua setengah bulan ini berada di rumah, itu beda cerita rasanya. Saya selama ini memang di Medan, tapi dikarenakan cuti sakit, dan harus istirahat total selama 2 bulan. Bagaimana mungkin saya yang sakit mengajak jalan keluar? Kalau boleh sedikit egois seharusnya saya berhak dikunjungi. Tapi saya tidak pernah menuntut perhatian semacam itu.
Lalu, apakah berarti mengalokasikan waktu untuk teman lama itu akan sangat mengganggu kesempatan kita ada di rumah? Tidak juga demikian. Akan tetapi, cepat atau lambat memang kita harus mengakui, ada hal-hal yang tidak bisa kita paksakan hadirnya dan ada hal-hal yang tidak bisa kita tolak perginya.
Selama bumi berputar, selama itu juga hari berganti, dan kehidupan berdinamika. Kemarin, masih bisa hampir setiap hari mengisi waktu bersama. Lalu, sama-sama memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan. Berlanjut lagi, ada yang menikah, hidup bersama dengan pasangannya, bahkan kemudian berputra/i. Dan penyikapan yang paling layak adalah memang kita harus melalui dan menerima dinamika itu. Bukan menolaknya, apalagi mengkamuflasekan ketidakrelaan atas perubahan keadaan dengan menyerang karakter orang.
Menjalani semestinya. Ini pilihan yang paling baik, juga yang paling gampang.
Selamat sore, selamat memulai petualangan lagi di perantauan! Dan, saya, semoga bisa berkuliah kembali! Semoga itu tidak terlalu muluk!
0 komentar:
Posting Komentar