skip to main | skip to sidebar

Search Here

...tentang Grace...

Foto Saya
Grace Hasibuan
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Just an ordinary girl with EXTRAORDINARY GOD... A girl who lives her life with hope, faith and love. A girl who believes in God and His wonderful journey. A girl who is passionate in children, human right, poverty, and environment. She is crazy about the idea of being a traveller... And, she'd love to express all about her and her life in music, photography, and just simple words...
Lihat profil lengkapku

Archivo del blog

  • ► 2015 (3)
    • ► Juli (2)
    • ► Januari (1)
  • ► 2014 (4)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Januari (2)
  • ▼ 2013 (44)
    • ► Desember (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (4)
    • ► April (4)
    • ► Maret (8)
    • ► Februari (10)
    • ▼ Januari (15)
      • Saya Jatuh Cinta pada Kata-kata
      • Ngangkot yuk!
      • Pilihan dan Resiko
      • 2013 in Action
      • Kupanggil Kamu, ILALANG
      • Teruntuk The Man Who Can't be Moved
      • Hallo, Kamu!
      • u.n.t.i.t.l.e.d
      • Bukan Sekedar Kisah Candi Prambanan
      • Teruslah Berjalan...
      • Mencari Apa?
      • #DearYou
      • Clayton, huhhh??
      • Sendal Tetangga Terkadang Tampak Lebih Hijau
      • Dunia Maya dan Cinta Tanpa Logika
  • ► 2012 (6)
    • ► Desember (2)
    • ► Juni (1)
    • ► April (1)
    • ► Januari (2)
  • ► 2011 (16)
    • ► November (3)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (5)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)

Teman-teman

See this :)

  • Home
  • About Me
  • Facebook
  • Twitter
  • About This Blog

Letter from God

Letter from God
gracehasibuan. Diberdayakan oleh Blogger.

God is good all the time

God is good all the time

Ordinary Grace

Ordinary Grace

Popular Posts

  • Pelajaran dari pembuangan Babel :)
    4 Desember 2013. Hari paling bersejarah. Untuk kedua kalinya saya menangis karena hal yang sama. Untuk kesekian kalinya saya merasakan uj...
  • (bukan) FILOSOFI KETAPEL
    Orang-orang yang hidup di fase modern seperti sekarang ini mungkin sudah jarang melihat ketapel. Tapi bagaimana dengan kamu? Pernahkah mem...
  • Kupanggil Kamu, ILALANG
    Lalu, begini. Kini saya ada di belakang netbook ini dan menulis tentangmu. Saya harap kamu tidak merasa keberatan dengan nama barumu dan ...
  • FRIENDS, LOVERS OR NOTHING
    FRIENDS, LOVERS OR NOTHING Wow its been a while since my last blog. Jadi weekend ini saya memang tidak kemana-mana. Minggu lalu udah...
  • Makan, Berdoa, dan Jatuh Cintalah pada Negeriku!
    Holaaaaaaa.. Kemana saja belakangan ini? Saya sudah kemana-mana. Ok, ini lebay! Lama sekali tidak menulis blog. Dua minggu yang l...
  • Aku, Kamu, Hati, dan Logika
    Kenalkan, namanya Logika. Dia yang menemani aku selama ini sementara Hati melanglang buana. Logika ini sungguh baik padaku. Perhatiannya t...

Categories

semacam curhat (36) random thinking (25) me and my GOD (17) (bukan) cerpen (bukan) puisi (14) opini (12) untuk sahabat (12) tentang mimpi (8) cinta dan perasaan (7) lagu (7) surat (7) Keluarga (6) Kisah Kita (5) kicauan pagi (5) pekerjaanku (5) 8-years-story (3) tentang ilalang (3) idola (2) TRAVELLING (1) feature (1) film (1) liputan (1)

What Date is Today?

Quote of The Day

Visit BrainyQuote for more Quotes

Hear This.. :)

When God Writes My Whole Life Story

...tentang warna-warninya hidup ketika ALLAH yang menulisnya... So, Let God be God in your life, dear

Sabtu, 26 Januari 2013

Saya Jatuh Cinta pada Kata-kata


"Aku mau dong pacar yang jago bikin puisi biar aku dimasukin di tulisannya muluuu..,"

Pernah deh salah satu teman saya ngomong gitu ke saya karena keseringan baca-baca tulisan saya yang 'kadang' curhat colongan abis itu.

Tanggapan saya : HAHAHAHAHA.

Selama ini sih orang yang kadang saya mention dan ekspose di beberapa tulisan curhat saya (beberapa, kawan.. bukan semua kok yang hasil curhat colongan :P) malah seringnya ngga tahu dan ngga baca tulisan saya buat dia. Bahkan mungkin alamat blog saya aja ngga tau.. atau ngga inget ya? Saya rasa malah alamatnya terlalu susah untuk dilupakan, mengingat betapa tidak kreatifnya saya dalam pemilihan nama.. hmm...  *mikir*


Ngga penting juga dia tahu atau ngga, menurut saya tulisan juga bisa menjadi semacam terapi untuk kita saat merasa desperate, kesal, bosan, sendiri atau apapun... tapi terapi itu kadangkala jadi kurang terasa ketika kita menyimpan tulisan itu untuk diam dan bikin berat memori laptop atau komputer. Atau berupa kertas lecek yang setelah kita menulisinya dengan semua uneg-uneg, kekecewaan atau apapun maka kita membakarnya.

Kalau saya sih lebih senang sekaligus lebih lega ketika saya mempostingnya, membiarkan orang-orang tahu pada saat mereka harusnya memang tahu.. memilih kemungkinan 50 : 50 untuk orang-orang yang saya maksudkan itu untuk tahu ketika membaca atau tidak tahu sama sekali karena bahkan tidak sadar kalau postingan itu ada.

Saya dengan sadar menceritakan di blog lewat tulisan-tulisan bahwa ternyata saya adalah jenis orang yang sangat gampang dan sering jatuh cinta.

Saya jatuh cinta pada angin, pada hujan, pada matahari yang mau tidur, pada bulan yang dilingkar awan, pada tawa, pada tarian, pada ketegaran, pada gambar, pada isyarat yang bisa dirasa, pada pekatnya kopi, pada hangat susu putih, pada manisnya teh tawar, pada bidang cahaya, pada lilin, pada kembang api saat malam sudah terlampau tua, pada momen, pada malam dingin, pada ruap embun, pada lagu-lagu indah, pada nyanyian, pada musik, pada kata-kata (yang terakhir ini yang sering).


Dan juga pada kamu (sialnya, ini jauh lebih sering lagi)...


Menulis tentang diri sendiri dan perasaan juga menjadi tantangan.. Ngga percaya? Coba posting surat cinta untuk seseorang yang kita gebet, sambil membayangkan mungkin dia akan membaca itu entah kapan ketika kita masih menggebet dia.. berani?
Dan ini yang akan saya kerjakan untuk beberapa waktu ke depan, ya menulis surat untuk kamu. :)

(Ah, hampir saja kamu sadar ya ada surat di blog saya ini yang saya alamatkan kepada kamu..)

Meski seringnya saya menganggap perasaan-perasaan tidak pada tempatnya memang sebaiknya hanya berwujud tulisan, tanpa perlu diberitahukan.. tanpa harus ada yang tahu.
Duh tuh kan saya curhat lagi...
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Sabtu, Januari 26, 2013 0 komentar
Label: cinta dan perasaan, semacam curhat

Jumat, 25 Januari 2013

Ngangkot yuk!


Angkutan kota adalah sebuah moda transportasi perkotaan yang merujuk kepada kendaraan umum dengan rute yang sudah ditentukan. Tidak seperti bus yang mempunyai halte sebagai tempat perhentian yang sudah ditentukan, angkutan kota dapat berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang di mana saja. (Wikipedia Indonesia)

Kami lebih suka memanggilnya dengan bentuk akronim, angkot. 

Lucu. Secara bertubi-tubi seakan-akan pada saat yang sama sekeliling saya bicara soal ini. Dari mulai isi bbm chat dengan teman saya yang menyinggung kalau orang dengan kaki terpincang seperti saya akan sulit naik angkot,

sampai kelompok-kelompok orang yang memang mengulas habis tentang si angkot ini sendiri. Saya sendiri sudah lama menjadi pengguna setia angkot bahkan ketika saya masih duduk di bangku SMP di Medan. Sayangnya ketika SMA, dikarenakan daerah tempat saya sekolah tergolong kecil, dan saya tinggal di asrama, saya jadi jarang naik angkot. Sama halnya ketika sudah bekerja di Manna. Ahh, bahkan tak sekalipun saya pernah melihat sosok angkot disana. Sangat disayangkan ya!

Tetapi kemarin, ketika pulang check-up dari RSUP H.Adam Malik, bersama sang ibu dan adik perempuan saya, kembali saya mencicipi rasanya naik angkot, dan tersenyum simpul mengenang nostalgia.. (halaah, lebay..)

FYI: Ini pertama kalinya loh saya ngangkot di Medan sejak sakit beberapa waktu lalu


Bukan perihal sejarah atau bahasan serius yang mau saya bagi. Hanya hal-hal kecil yang sering jadi rutinitas orang di dalam angkot.

Pertama, saya bisa jadi orang paling sok tahu. Kenapa? Saya senang menerka-nerka latar belakang, urusan, tujuan akan ke mana, sampai apa yang dipikirkan seseorang lewat gaya berpenampilan, apa yang dibawa, dan raut wajahnya. Dalam hal ini adalah para penumpang angkot.

Mbak-mbak PNS  berseragam dengan bedak tebal, bersepatu hak tinggi, dan wangi parfum yang semerbak.

Anak SD akan berangkat sekolah yang memilih sarapan dengan biskuit-biskut manis di tangannya sambil digandeng ibunya yang asyik merumpi dengan ibu-ibu lain dalam bahasa dan logatnya yang khas Medan, bung!

Mahasiswa yang hanya sempat sarapan gorengan dengan rambutnya yang masih basah habis keramas.

Anak ABG dengan gerombolannya yang sibuk memilin rambut dan poninya.

Dan banyak lagi, tidak akan ada habisnya kalau saya deskripsikan satu persatu. Hehehehehe

Kedua, angkot bisa jadi tempat saya untuk bertemu dan terlibat dalam obrolan singkat, basa-basi dengan orang-orang yang tanpa sengaja bertemu dalam satu mobil yang sama. Yaa.. 99% persen pertanyaan yang dilontarkan ketika si A bertemu dengan si B di angkot,

"Mau ke mana?" atau "Dari mana?"

Klasik. 

Tapi setidaknya ada tambahan informasi yang saya dapatkan ketika terlibat dalam obrolan super singkat itu. 

Ketiga, saya  jadi orang yang "tidak sengaja" tahu urusan orang. Hahaha. Toh bukan salah saya kalau kuping ini tidak sengaja mencuri dengar pembicaraan orang lain yang jaraknya tidak sampai 1 meter dari saya. Atau bahkan pembicaraan di telepon genggam, di mana si penerima telepon berbicara keras-keras sampai seantero angkot bisa dengan jelas mendengarkan. Mulai dari gosip tentang anu, obrolan ringan tentang kehidupan, sampai obrolan basa basi ketika si A tidak sengaja bertemu dalam satu angkot yang sama dengan kenalannya.

Interaksi langsung dan tidak langsung sekelompok manusia beda latar belakang dalam satu atap kendaraan yang sama. Saya anggap sebagai cerita yang tidak ada habisnya, dengan penumpang yang silih berganti, pun dengan kisahnya masing-masing. Selalu baru, seru!

Ngangkot, yuk! :)



>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Jumat, Januari 25, 2013 0 komentar
Label: opini, semacam curhat

Rabu, 23 Januari 2013

Pilihan dan Resiko


Waktu itu, aku tidak tahu kenapa ibu mengatakan hal itu. Ibu sudah melarangku, dan aku nekat untuk tetap memanjatnya. Pun ibu sudah mengingatkanku, bahwa pohon jambu biji itu licin, setelah hujan semalam. Aku bisa terjatuh, kata beliau. Tapi aku bersikeras. Kubiarkan apa yang dikatakan ibuku terpantul. Aku yakin, kaki dan tanganku cukup kuat untuk mencengkeram pohon itu erat. Apalagi jika kulihat ranum buahnya, membuat liurku tak berhenti menetes...

 "Ah ibu, aku tetap ingin memanjatnya, memetik buahnya."


"Meskipun mungkin buah ranum itu busuk di dalamnya?" tanya ibu.


 "Iyah..." 


Maka kumulai kakiku melangkah, memanjat satu persatu dahan. Licin memang, hingga tak sadar aku menginjak dahan yang salah, sehingga membuatku terpeleset. 


Dan kini, ketika aku benar2 terjatuh, aku kira ibu akan memarahiku, karena tak menuruti apa yang beliau katakan. Tapi ternyata tidak, ibu mengusap air mata yang membasahi pipiku dan hanya berkata, 


"Berhentilah menangis, kamu tahu resiko yang kamu ambil dari setiap pilihan ,kan?"



.....
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Rabu, Januari 23, 2013 0 komentar
Label: random thinking, semacam curhat

2013 in Action


Januari 2103 hampir habis. Dan berhubung saya anti-mainstream, maka di suatu pagi yang cerah ini, saya juga malah baru sekarang berkicau tentang pergantian tahun. Resolusi. Impian. Target. Agenda. Kenangan. Review. Belum terlambat kan?

2012

Sempat diisukan bahwa kiamat di tahun ini, sampai-sampai dibuat filmnya. 
Peramal lokal yang melihat 2012 'gelap', ternyata memang gelap hanya untuk dirinya.
Heboh dengan isu 'kehancuran' lewat perhelatan besar dunia, ternyata sampai penutupan acara masih aman-aman saja. 
Ada juga berita menyenangkan dari dalam negeri. Akhirnya banyak angin segar tentang pemerintahan ibukota  dari media semenjak duduknya walikota yang dipuja-puja.

Kalau dari saya, tahun ini lewat cepatnya minta ampun. Saat ini saya sedang membuat agenda baru buatan sendiri (lagi) untuk tahun 2013! Rasanya masih aneh menuliskan angka itu.

Tahun 2012 secepat itu lewat, namun ternyata terlalu banyak hal yang terjadi di tahun ini. Drastis. Dari yang jauh jadi dekat, dari yang dekat jadi jauh. Terjadi dalam arti harfiah dan tidak. Dari yang sering menjadi jarang, dari yang tidak pernah menjadi sering. Hahahaha bingung kan?

Tapi ada satu hal besar yang saya pelajari tahun ini.

Meskipun resolusi tidak terpenuhi sepenuhnya,
Meskipun rencana-rencana tidak mulus jalannya,
Meskipun banyak hal di luar ekspektasi,

Saatnya belajar bersyukur, mengenal diri sendiri, dan percaya dengan skenario Yang Di Atas. DIA, Sang Gembala Agung tetap menyertai saya sepanjang perjalanan ini. Sekalipun mendaki gunung lewati lembah, kalau kata Ninja Hattori.

Semuanya pasti berubah, tidak bisa mengharapkan segalanya akan sama menyenangkannya seperti yang diinginkan. Hanya tinggal percaya atau tidak bahwa di balik perubahan (yang saya pikir) buruk itu selalu mendatangkan kebaikan.


Hello, 2013! 



Semoga selalu menjadi pembelajar dan tetap bermimpi besar di tahun-tahun seterusnya. Semoga menjadi lebih baik! Yang paling nyata di depan mata, semoga bisa kembali kuliah lagi dengan memperoleh beasiswa tugas belajar S1/D4! (Ah, iya, pengumuman D4 STAN sebentar lagi, Ceman-ceman. Doakan yah!)

Allah yang sama yang telah menyertai kita di tahun-tahun sebelumnya, akan terus dan tetap menyertai langkah kita menghadapi hari-hari, dan tahun-tahun yang akan datang.


Tak ‘ku tahu ‘kan hari esok, namun langkahku tegap.
Bukan surya ‘ku harapkan, kar’na surya ‘kan lenyap.
O tiada ‘ku gelisah akan masa menjelang;
‘ku berjalan serta Yesus, maka hatiku tenang.
Banyak hal tak ‘ku pahami dalam masa menjelang.
Tapi t’rang bagiku ini: Tangan Tuhan yang pegang
“I know who holds tomorrow” cipt. Ira F. Stanphill
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Rabu, Januari 23, 2013 0 komentar
Label: kicauan pagi, lagu, me and my GOD, tentang mimpi

Senin, 21 Januari 2013

Kupanggil Kamu, ILALANG

Lalu, begini. Kini saya ada di belakang netbook ini dan menulis tentangmu. Saya harap kamu tidak merasa keberatan dengan nama barumu dan semoga kamu suka.


Ada cangkir berisi teh rasa lemon di depan saya dengan gula yang tidak saya aduk. Kenapa tidak diaduk? Saya malas mengaduknya. Biarkan ia larut sendiri. Sama seperti cinta, kadang kamu harus biarkan cinta itu larut.


Lalu saat ini saya sudah larut ke dalam matamu yang hitam dan bibirmu yang tersenyum. Saya begitu terbius dengan kata-kata dalam cerita-ceritamu tentang apa saja yang bisa diceritakan tentang dirimu sendiri-- begitu indah. Apalagi ketika kamu menggambarkan kebahagiaanmu tentang dia-- ah sudahlah.

Kamu tahu saya suka John Mayer dan hujan, lalu mungkin saja kamu sedang menerka saya begitu tergila-gila denganmu-- Ah, mungkin memang kamu begitu memesona saya. Tapi bukan soal fisik, Kamu buat saya jatuh cinta lagi terhadap kehidupan, rasa ini membuat saya begitu sembuh --sembuh total.

Untuk menjalani kembali hari-hari saya. Entah kenapa saya merasa begitu tolol, saya tidak bisa memilikimu. Kita berbeda di banyak segi. Kamu pun sudah memilihnya, entah kamu mencintainya atau tidak. Semoga ini tidak berlebihan.

Tapi tidak apa, saya mau memulai lagi mencinta. Bukan, bukan menjadikanmu sebagai pelarian. Bukan juga ingin memilikimu sepenuhnya. Dan kau tetaplah di sana, tetaplah dengan keberadaanmu, tetaplah seperti sedia kala, seperti sebelum saya menemukanmu di balik rumput hijau.

Lalu, saya memanggilmu ilalang. Kalau kamu tanya? Kenapa saya memanggilmu ilalang. Karena kamu tumbuh liar diantara rumput hijau.




Kamu datang dengan liar lalu memesona. Begitu saja.
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Senin, Januari 21, 2013 0 komentar
Label: Kisah Kita, random thinking, surat, tentang ilalang

Sabtu, 19 Januari 2013

Teruntuk The Man Who Can't be Moved



Saya terlalu percaya dalam hati tiap orang, pasti kita semua punya: the man who can't be moved. 
 
"The man who can't be moved" itu semacam seseorang yang dengan sengaja kamu simpan di dalam hatimu, walaupun kamu telah bersama orang lain. 


Dan akhirnya saya mengerti: "The man who can't be moved" inilah yang membuat saya, kamu, dan siapapun yang baca tulisan ini susah untuk moving on.

Lalu saya berpikir, kalaupun masih ada yang susah untuk moving on, kenapa musti lekas-lekas dipaksa. Terkadang menyimpan itu hal baik.

Dalam menyimpan harusnya kita belajar lebih apik mengurusi sesuatu, kita akan menjaganya supaya tidak berdebu, kita merawat, kita melindungi, kita belajar menjadi seperti Ibu.

Punya The man who can't be moved tidak selamanya merugi, bisa jadi semesta masih mempercayai orang tersebut kepada hatimu. Ataupun sebaliknya, orang itu selalu ada untuk menjaga hatimu. Tergantung kamu mau meresponinya seperti apa.


Surat ini saya tulis kepada The man who can't be moved di hati saya. Yang betah, begitu lama, selalu mendapatkan perlakuan khusus, sejak lama sekali, selalu saya nomor satukan walau begitu banyak orang yang lalu lalang dalam kehidupan saya. Selalu saya kangeni, walau kadang ia tidak peduli.


Saya mau bilang apa lagi selain: mungkin suatu hari, kamu akan bangun di tempat tidurmu. Lalu berpikir, saya adalah orang yang tepat itu.


Saya berdoa, semoga kamu tidak terlambat menyadarinya. 


Semoga...
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Sabtu, Januari 19, 2013 0 komentar
Label: 8-years-story, lagu, random thinking

Hallo, Kamu!

Kopi dan teh. berbeda warna dan rasa. beda itu kita. sekian.


Hallo, penyebab rasa yang baru-baru ini, aku pun tak bisa mendefenisikannya, lewat berbagai beda. Ini waktunya ku hujani kamu dengan cerita kita. Ah, bukan, sekali lagi, cerita aku dan kamu, yang tak akan mungkin menjadi kita. Tahukah kamu, di atas segala beda, meski kadang ada sedikit duka, tapi candamu mencanduku di tiap tawa. Lagipula, haruskah kita sama untuk bersama?

Hallo, pendamping hari penepis sepiku meski berlain kota. Ada satu kalimat yang aku tak pernah lupa, bahwa jarak memisahkan fisik, bukan hati, dan aku serasa dengan apa yang kau kata. Benar saja, bukankah ratusan kilometer pemisah kita masih bisa dilewati kapan saja?



Hallo, penyebut Tuhanku dengan berbeda nama. Meskipun rumah ibadah kita tak searah, biarlah masa depan akan kita Tuhan yang beri kuasa. Hanya saja doaku, semoga Tuhanmu dan Tuhanku berbahagia, layaknya kita. Kini, bagaimana kalau kita jalankan saja tanpa terlalu banyak menerka?

Hallo, penginspirasi tulisan-tulisanku dengan berbagai cara. Mungkin aku terlalu banyak meminta, tapi beberapa kata ini memang sia-sia bila bukan kamu yang baca. Tidak perlu kamu hitung banyaknya, tapi cukup kamu simpan maknanya, maukah?





Medan, 19 Januari 2013
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Sabtu, Januari 19, 2013 0 komentar
Label: Kisah Kita, surat, tentang ilalang

u.n.t.i.t.l.e.d

Mungkin memang tidak semua rasa harus diberi nama, karena rasa itu bukan manusia atau jalan yang memang harus diberi nama agar tidak salah sebut, tidak salah tujuan.

Dan rasa itu memang terlalu rumit untuk diberi nama. Seperti cinta, misalnya. Setiap orang punya pengertiannya sendiri tentang cinta. Semuanya benar, semuanya salah - tergantung siapa yang mengatakan, apa latar belakang orang itu, dan dari sudut pandang yang mana.

Juga rasa ini. Atau rasa yang itu.

Lalu ada kalanya kita memberi nama suatu rasa, dan ternyata kita memberi nama yang salah. Karena ada rasa yang dapat dirasakan sendiri, dan ada rasa yang sebaiknya dirasakan oleh dua orang. Dan yang terakhir itu kadang diberi nama yang berbeda oleh keduanya. Yang satu bisa saja menamakannya “cinta”, tapi yang satu lagi mungkin hanya memberinya nama “suka”. Atau yang satu memberinya nama “nyaman”, yang satu lagi memberi nama “kesepian”.

Kurang lebih seperti itu.

Jadi, apalah arti sebuah nama jika hanya untuk memberi label ke sebuah rasa yang diartikan berbeda-beda oleh pihak yang merasakannya? Atau bahkan oleh pihak yang bahkan tidak pernah memikirkan tentang rasa itu sendiri?

Ini memang rumit. Tidak sesederhana menggoreskan tinta di atas permukaan kulit.


Bila memang, ku yang harus mengerti:
Mengapa cintamu tak dapat ku miliki?
Salahkah ku bila:
Kau lah yang ada di hatiku?
*sayup2 terdengar Untitled-nya Maliq mengalun lembut
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Sabtu, Januari 19, 2013 0 komentar
Label: lagu, opini, random thinking

Kamis, 17 Januari 2013

Bukan Sekedar Kisah Candi Prambanan


Tulisan ini dibuat berdasar pengalaman yang ingin saya bagikan, bukan dari pengetahuan tentang mana yang baik dan mana yang buruk, juga bukan dari buku, seminar psikologi populer, film drama romantis apalagi dari wikipedia. Tujuan saya mengumbar pendapat pribadi adalah untuk memuaskan kebutuhan saya yang gagal jadi provokator.


Teman saya selalu bilang, "Hari gene???" kalau saya mulai ceramah tentang pikiran-pikiran saya yang tergolong 'extra terrestrial'. Saya kemudian berkilah bahwa setiap orang itu punya waktu perkembangan sendiri-sendiri, dan beberapa diantaranya agak terbelakang.


Berawal dari pertanyaan klise: apakah jatuh cinta itu? Saya percaya anak ABeGe dengan semangat akan berpendapat macam-macam tentang 'perasaan kejatuhan duren' ini. Saya bukan orang yang skeptis. Sebaliknya (saya pikir) kadang-kadang saya bisa justru setengah mati melankolis romantis. Tapi ini bukan masalah naksir-naksiran atau drama percintaan yang mengharu biru. Ini pertanyaan mendasar: apakah perasaan menghanyutkan yang disebut jatuh cinta ini nyata dan bisa dipertanggung jawabkan seperti UUD 45? Belakangan ini saya punya pendapat yang berbeda tentang perasaan. Menurut saya perasaan itu nyata, benar berdasarkan apa yang kita percaya tapi tidak selalu bisa dipertanggung jawabkan. Ini karena sebagai manusia kita tidak bisa bersikap selalu obyektif, faktual dan tanpa prasangka seperti koran Kompas. Perasaan kita terhadap orang lain selalu dipengaruhi oleh apa yang kita anggap berharga, apa yang kita butuhkan, apa yang kita percaya, dan (sedihnya) apa yang diiklankan media massa.


Contohnya: waktu tahun kedua di kampus, saya dan teman-teman paling takut dengan mata kuliah akuntansi keuangan lanjutan. Selain dosennya menyeramkan, punya nilai mati agar tidak di-drop-out, banyaknya quiz yang diadakan juga tekanan dari sesama mahasiswa yang sama-sama ketakutan, tidak heran ada teman saya yang jadi naksir berat dengan kakak kelas yang jadi tentor kami di setiap belajar kelompok. Kenapa? Apa mungkin ya karena kami yang waktu itu bahkan sampe sekarang  ga ngerti akuntansi menganggap bahwa kesuksesan dalam ujian itu berharga, jadi sangat dibutuhkan orang yang bisa mengajari akuntansi, dan begonya kami percaya bahwa ganteng dan jago akuntansi adalah kombinasi sempurna, seperti gado-gado dan emping, dan berhubung dia populer di kalangan mahasiswi, kalau dia menaruh perhatian kan jadinya tersanjung. Semuanya masuk akal, semuanya benar, tapi tidak berarti secara obyektif teman saya itu benar-benar tertarik padanya. Kalau dia tidak pernah menjadi tentor dalam belajar kelompok kami, mungkin dia juga tidak akan menaruh perhatian pada sang kakak kelas ini. Keadaan dan situasi yang mendorong dia untuk naksir tanpa melihat secara lebih baik karakter dan sifat orang yang ditaksir. OK, mungkin saya terlalu serius melihat masalah ini. Sebetulnya ini cuma contoh, karena ternyata tanpa saya sadari setelah bertahun-tahun lewat sejak saya ABeGe saya masih belum bisa membedakan antara 'naksir' dan benar-benar menjalin hubungan dengan orang lain. Saya selalu melihat perasaan jatuh cinta seperti virus rabies yang tidak bisa dikendalikan, yang jika menginfeksi akan membuat penderitanya mirip anjing gila (mungkin dengan gejala mulai suka pipis sembarangan). Bahkan media massa mendukung ide ini. Jatuh cinta dianggap seperti keadaan yang tidak terelakkan, seperti penyakit mental, karena itulah digunakan kata "jatuh" dan "tergila-gila". Dan keadaan ini didukung dengan lagu-lagu romantis dan drama cium-ciuman (dengan ibu tiri di latar belakang -____-). Setelah saya pikir kembali, ini semua adalah alasan untuk membenarkan apa yang saya rasakan, tanpa menimbang apakah yang saya lakukan benar dan layak untuk jangka panjang. Banyak orang menjalin hubungan gelap dengan suami orang, berkencan dengan pacar orang, atau sekedar hubungan tidak sehat berdasarkan perasaan sesaat. Jadi, kalau dulu saya berpikir bahwa perasaan suka itu tidak bisa disalahkan, sekarang saya percaya bahwa jatuh cinta itu sangat relatif dan subyektif, sama seperti emosi yang lain: perasaan sedih, marah, senang, atau terkejut. Nyata, tapi tidak selalu benar. Kalau saya turuti saja perasaan ini, mula-mula saya merasa terpuaskan, tapi tidak selalu mengarah ke tempat yang benar.
Apakah salah untuk jatuh cinta dan berkencan dengan orang yang kita taksir? Tentu tidak, asal jangan keterusan. Maksud saya, nikmati perasaan suka karena ini anugerah, tapi tetap berusaha mengenal orang ini lebih baik sebelum memutuskan bahwa dia adalah 'bapaknya anak-anak' ^_^. Sekali lagi, ini bukan dari teori benar atau salah, dondong opo salak. Ini cuma pendapat saya sendiri. Kenapa tiba-tiba saya bicara ngalor ngidul tentang hal ini? Karena saya mengalami sendiri; tergila-gila pada seseorang hanya karena saya bosan, kesepian, mencari dorongan semangat atau sekedar bahan obrolan di kala ngopi dengan teman perempuan.


Dulu saya juga pernah naksir dengan seorang kakak kelas jaman SMA. Lalu patah hati. Tidak perlulah saya jelaskan lebih rinci detailnya. Meskipun belum move-on sepenuhnya, tapi kalau saja seandainya ada seorang teman cowok baru yang jago seni lukis, musik, pinter bikin kue dan selalu bau peppermint (ini bukannya dangkal dan menilai penampilan orang, hanya sebagai gambaran saja). Dan kalau saja dia menggambar sketsa wajah saya, memainkan musik dan menyanyi buat saya, menemani saya jogging dan duduk di samping saya tiap saya lagi bete, dan hal-hal sepele lain yang bikin melting. Sekali lagi, saya katakan ini hanya berandai-andai. Belum ada unsur kebenaran di dalamnya.  Tentu saja sebagai cewek jomblo yang lagi frustrasi, saya seperti 'melihat cahaya di ujung lorong yang gelap' alias menemukan kilauan dalam kemonotonan (gak lebih jelas deh kayaknya, hehe). Saya sungguh merasa tertarik dan percayalah, jatuh cinta itu lebih enak daripada patah hati (tidak perlu dijelaskan kayaknya). Tapi saya merasa kembali ke bangku SMA. Orang bilang: turuti saja, perasaan suka itu siapa yang bisa tahu. Saya cuma merasa, dari masa ABG sampai sekarang, saya tidak betul-betul punya pendirian tentang menjalin hubungan. Hanya berdasarkan ketertarikan dan perasaan yang menghanyutkan tidak akan mengarah pada hubungan yang sehat dan dewasa. Saya butuh itu sebagai pondasi hidup saya kelak. Saya bukannya berfokus pada pernikahan dan keluarga, tapi pada hubungan yang benar, yang bisa saya pertanggung jawabkan. Sudah waktunya saya menjadi dewasa dan berhenti main pacar-pacaran (hari gene gitu loh). Tapi ini bukan sekedar mencari kemapanan atau pasangan hidup, saya percaya ada yang lebih dari sekedar romantika hubungan lawan jenis. Pernikahan dan keluarga itu bagian penting dari hidup, tidak bisa untuk main-main.

Saya kira saya tidak bisa main kencan dengan orang yang saya anggap menarik, tidak juga memutuskan untuk serius dengan seseorang hanya karena saya bertujuan cari suami. Jadi? Saya ingin berfokus pada pembentukan karakter saya lebih dahulu. Untuk suami dan keluarga di masa depan? Bukan. Untuk kematangan saya sendiri. Karena keluarga bukannya tujuan akhir. Semua ini proses, baik ketika kita jomblo, pacaran, tunangan ataupun sudah menikah, itu semua perjalanan yang berkelanjutan. Siapa saya dan apa keputusan saya akan berpengaruh pada orang lain. Karena itulah saya harus mengambil keputusan yang bisa saya pertanggung jawabkan.


Sore tadi ada teman saya yang bilang saya terlalu banyak berpikir tentang hal-hal yang tidak penting. Tidak praktis. Saya berkilah bahwa pikiran saya mungkin sama dengan orang lain, cuma saya punya kemampuan untuk membicarakannya dengan cara yang ruwet. Jadi kelihatan rumit ^_^.
Pada dasarnya saya cuma ingin bilang: saya percaya bahwa ada hubungan yang benar.

Bukan sekedar tentang kisah cinta yang romantis dan pasangan sempurna. Bukan sekedar bibit bobot bebet atau persamaan agama, tingkat pendidikan, ras, atau kemampuan ekonomi. Hubungan ini tidak dibangun dalam semalam seperti candi prambanan (saya juga tidak percaya candi prambanan dibangun dalam semalam seperti legendanya, kecuali yang membangun itu alien), tapi saya kira hal ini layak dicari. Dan ini bukannya membuat saya jadi biarawati, saya cuma jadi bebas menikmati setiap waktu saya, tidak takut kehilangan apapun, tidak cemas berharap apapun dan tidak dikejar apapun, karena saya menikmati setiap prosesnya. 

Lagipula, bukannya kebahagiaan itu ketika kita menikmati apa yang ada dan bersyukur karenanya?
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Kamis, Januari 17, 2013 0 komentar
Label: opini, random thinking
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod | Distributed by Deluxe Templates