skip to main | skip to sidebar

Search Here

...tentang Grace...

Foto Saya
Grace Hasibuan
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Just an ordinary girl with EXTRAORDINARY GOD... A girl who lives her life with hope, faith and love. A girl who believes in God and His wonderful journey. A girl who is passionate in children, human right, poverty, and environment. She is crazy about the idea of being a traveller... And, she'd love to express all about her and her life in music, photography, and just simple words...
Lihat profil lengkapku

Archivo del blog

  • ► 2015 (3)
    • ► Juli (2)
    • ► Januari (1)
  • ► 2014 (4)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Januari (2)
  • ▼ 2013 (44)
    • ► Desember (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (4)
    • ► April (4)
    • ► Maret (8)
    • ▼ Februari (10)
      • Am I Living It Right?
      • (bukan) FILOSOFI KETAPEL
      • Yes, Jesus Loves Me
      • Ada yang Salah dengan Valentine
      • Untuk The-Man-in-the-Future
      • Kenyamanan, Mimpi, dan Perjalanan
      • The Choice is Yours, dear
      • The Part of Me
      • Notes from God
      • Let's Start The New Step, Okay?
    • ► Januari (15)
  • ► 2012 (6)
    • ► Desember (2)
    • ► Juni (1)
    • ► April (1)
    • ► Januari (2)
  • ► 2011 (16)
    • ► November (3)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (5)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)

Teman-teman

See this :)

  • Home
  • About Me
  • Facebook
  • Twitter
  • About This Blog

Letter from God

Letter from God
gracehasibuan. Diberdayakan oleh Blogger.

God is good all the time

God is good all the time

Ordinary Grace

Ordinary Grace

Popular Posts

  • Pelajaran dari pembuangan Babel :)
    4 Desember 2013. Hari paling bersejarah. Untuk kedua kalinya saya menangis karena hal yang sama. Untuk kesekian kalinya saya merasakan uj...
  • (bukan) FILOSOFI KETAPEL
    Orang-orang yang hidup di fase modern seperti sekarang ini mungkin sudah jarang melihat ketapel. Tapi bagaimana dengan kamu? Pernahkah mem...
  • Kupanggil Kamu, ILALANG
    Lalu, begini. Kini saya ada di belakang netbook ini dan menulis tentangmu. Saya harap kamu tidak merasa keberatan dengan nama barumu dan ...
  • FRIENDS, LOVERS OR NOTHING
    FRIENDS, LOVERS OR NOTHING Wow its been a while since my last blog. Jadi weekend ini saya memang tidak kemana-mana. Minggu lalu udah...
  • Makan, Berdoa, dan Jatuh Cintalah pada Negeriku!
    Holaaaaaaa.. Kemana saja belakangan ini? Saya sudah kemana-mana. Ok, ini lebay! Lama sekali tidak menulis blog. Dua minggu yang l...
  • Aku, Kamu, Hati, dan Logika
    Kenalkan, namanya Logika. Dia yang menemani aku selama ini sementara Hati melanglang buana. Logika ini sungguh baik padaku. Perhatiannya t...

Categories

semacam curhat (36) random thinking (25) me and my GOD (17) (bukan) cerpen (bukan) puisi (14) opini (12) untuk sahabat (12) tentang mimpi (8) cinta dan perasaan (7) lagu (7) surat (7) Keluarga (6) Kisah Kita (5) kicauan pagi (5) pekerjaanku (5) 8-years-story (3) tentang ilalang (3) idola (2) TRAVELLING (1) feature (1) film (1) liputan (1)

What Date is Today?

Quote of The Day

Visit BrainyQuote for more Quotes

Hear This.. :)

When God Writes My Whole Life Story

...tentang warna-warninya hidup ketika ALLAH yang menulisnya... So, Let God be God in your life, dear

Kamis, 28 Februari 2013

Am I Living It Right?




“Hari gini makin susah cari kerja! Umur makin tua! Fresh graduate makin banyak. Udah kemana-mana kok ya ditolak mulu.. Udah hopeless ah, males apply lagi.. Aduh ini sebenernya gue bakal mau jadi apa ya nanti...?”

“Kalo gitu mending sekarang nunggu ada laki-laki yang ngelamar aja deh”

“Masalahnya adalaaaaaah mau kawin juga susyaaaah.. Laki-laki di bumi langka.. Kalopun ada setengahnya maho, dan setengahnya lagi pasangannya...”

“Pokoknya gue mesti nikah tahun depan. Kalo ada cowok yang ngelamar, langsung gue terima dah. Siapa aja!!”

Itu obrolan para usia 20-an yang hopeless bin absurd banget ya. Tapi memang masalah seperti inilah yang sedang hangat-hangatnya menjadi topik, soal aktualisasi diri di pekerjaan, karir, finansial, sampai kehidupan berkeluarga. Tahun 2013 yang baru berjalan 2 bulan saja, notification Facebook sudah rame dengan undangan pernikahan. Tak jarang juga saya lihat foto bayi-bayi imut diposting saat saya membuka akun social media. Nah lho, kapan giliranmu, Grace? Begitu pertanyaan yang sering dilontarkan oleh orang sekeliling saya, yang hanya bisa saya jawab dengan tersenyum sambil berkata dalam hati, “Bikin galau binti panik aja nih orang-orang”.


Sayangnya, bukan cuma itu saja yang menjadi masalah saya. Tahukah kalian, kalau saya ini pemalas tulen, dan sialnya beriringan dengan sifat saya yang anti diatur maka kombinasinya sangat maut. Mungkin jarang ada teman-teman atau bahkan sahabat saya yang tahu, bahwa saya bisa mengurung diri di rumah selama berhari-hari. Jika seharian berada di rumah, saya menghabiskan waktu 23 jam saya sehari di dalam kamar. Satu jam di luar kamar saya habiskan untuk mandi, mengambil makanan dan minuman, meletakkan piring ke dalam bak cucian, mengambil sapu untuk membersihkan kamar, dan meletakkannya kembali ke tempat semula. Dan apa yang saya lakukan di kamar? Tidak lebih hanya membaca buku, mendengarkan musik, nonton TV atau DVD, browsing internet, main game, bengong sendiri mencari ilham menulis (yang lalu pada saat beruntung dapat berbuah sebuah blog entry), dan tentunya TIDUR. Biasanya hal-hal ini saya lakukan saat weekend tidak travelling kemana-mana. Masih gak percaya? Silakan datang dan lihat sendiri ke rumah saya di Medan, begitulah saya selama dua bulan ini.


Tapi belakangan, saya sering terdiam, menatap langit-langit kamar sambil memutar otak. Saya nggak bisa begini terus. Saya merasa sangat membuang-buang waktu saya selama ini, terlebih 2 bulan ini tentunya. Entah karena saya melihat teman-teman saya berkutat dengan dunia pekerjaannya, atau melihat adik saya paling kecil sedang getol-getolnya belajar biar lulus UN dan masuk SMA Favorit, atau karena beberapa teman saya lulus melanjutkan kuliah D4-nya dan sibuk mengurus ini itu yang terkait (FYI, Saya gagal D4 tahun ini, yang menjadi mimpi saya memang, dan saat ini saya juga sedang belajar bersyukur jika tidak ingin stress), atau karena belakangan saya sering mendengarkan “WHY GEORGIA”-nya John Mayer (The “Am I living it right?” part is kind of kicking me), atau mungkin karena saya baru saja selesai menyaksikan perjalanan hidup Chris Gardner di ”Pursuit of Happiness”. 
Either way, saya benar-benar merasa saya tengah menghabiskan waktu saya dengan percuma.


Ah, iya, ada lagi! There is also a feeling that I think I am becoming more anti-social than I have ever been before. Terkadang saya berpikir tentang kehidupan sosial saya yang semakin lama terasa semakin sepi. Mungkin karena sejak saya di Medan, selain bersama keluarga, saya jarang keluar rumah, entah karena memang saya masih pincang, atau karena sebagian besar teman saya berdomisili di luar Medan,(kalaupun ada yang di Medan sibuk dengan karir masing-masing), atau karena sinyal hape yang labil, atau mungkin.....saya memang tengah menghadapi titik yang disebut dengan quarter-life crisis. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah krisis seperempat baya (walapun bagi saya jadi terdengar makin aneh :s)


Dulu saya tidak pernah punya masalah mengenai hal-hal seperti ini. Tapi belakangan, terutama sejak saya berada di rumah, tinggal bersama orang tua, cuti sakit dari segala rutinitas kantor sudah 2 bulan (well, di satu sisi, saya sebenernya sangat bersyukur, jarang-jarang saya yang tinggal jauuuuh dari kota kelahiran, akhirnya bisa ngumpul bareng keluarga segitu lamanya, kalau bukan karena sakit), simtom demi simtom saya rasakan. Sejujurnya saya ingin berbagi masalah badai tidak dikenal yang tengah melanda isi kepala saya ini dengan orang lain. Orang tua tentunya tidak ada dalam daftar sharing-partner saya. They are not used to deal with this kind of problems. It’s too illogical for them. Pilihan jatuh pada sahabat-sahabat saya. But on second thought, saya memilih mundur teratur. Masalahnya, yang pertama, adalah semakin lama saya semakin merasa jauh dengan mereka, orang-orang terbaik saya, entah secara fisik, maupun secara hati. Saya sendiri tidak tahu apa penyebabnya, atau mungkin ini perasaan saya saja, huh? Yang kedua, dengan track record saya yang “becanda melulu” seperti yang sering dibilang oleh teman-teman saya, yang akan saya dapatkan setelah saya curhat hal ini sialnya, pasti bukan solusi, atau bahkan sekedar rangkulan di pundak (baik secara langsung ataupun sekedar emot “peluk” di dunia maya), tapi malah sebuah toyoran di kepala dengan iringan godaan, “Gileeee, bahasa lo berat banget sekarang! Aaaahh, kebanyakan mikir lo, Greeeeees..”


So, i thought i’d rather look for the answer by myself :s

Yang pertama saya cari adalah defenisi dari istilah “Quarter-life Crisis” itu sendiri. Dan pencarian membawa saya pertama kali menuju Wikipedia (one of modern-life bible)

The quarter-life crisis is a term applied to the period of life immediately following the major changes of adolescence, usually ranging from the early twenties to the early thirties. The term is named by analogy with mid-life crisis
(kira-kira begini artinya : suatu periode hidup di mana terjadi perubahan besar pada proses pendewasaan, biasanya terjadi pada sekitar umur awal 20-30an)

OK. Early twenties, eh? Dan berapa umur saya sekarang? 23 tahun. Kriteria pertama sudah terpenuhi.


Berikutnya, aspek emosional.
1. Realizing that the pursuits of one's peers are useless
2. Confronting their own mortality
3. Watching time slowly take its toll on their parents, only to realize they are next
4. Insecurity regarding the fact that their actions are meaningless
5. Insecurity concerning ability to love themselves, let alone another person
6. Insecurity regarding present accomplishments
7. Re-evaluation of close interpersonal relationships
8. Lack of friendships or romantic relationships, sexual frustration, and involuntary celibacy
9. Disappointment with one's job
10. Nostalgia for university, college, high school or elementary school life
11. Tendency to hold stronger opinions
12. Boredom with social interactions
13. Loss of closeness to high school and college friends
14. Financially-rooted stress (overwhelming college loans, unanticipatedly high cost of living, etc.
15. Loneliness, depression and suicidal tendencies
16. Desire to have children
17. A sense that everyone is, somehow, doing better than you
18. Frustration with social skills

Artikel berbahasa Indonesia yang membahas QLC ini menyebutkan ciri-ciri yang sama, yaitu:
  •  merasa tidak cukup baik karena tidak menemukan pekerjaan yang senilai dengan level akademiknya
  • rasa frustasi pada hubungan antarmanusia, dunia kerja dan proses menemukan pekerjaan/karir
  • kebingungan pada identitas diri
  •  rasa ketakutan akan masa depan
  • rasa ketakutan pada rencana jangka panjang dan tujuan hidup
  • rasa ketakutan pada keputusan saat ini
  • peninjauan kembali akan hubungan dekat saat ini
  • kekecewaan pada pekerjaan
  • nostalgia pada kehidupan kuliah bahkan masa sekolah
  • kecenderungan untuk memilih opini-opini yang lebih kuat
  • kebosanan pada interaksi sosial
  •  kehilangan keakraban pada teman sekolah/kuliah
  • stress finansial (beban ‘membayar kembali’ biaya kuliah, mulai memikirkan besarnya biaya hidup, dll)
  • kesepian
  •  keinginan memiliki keluarga/anak
  • perasaan bahwa semua orang melakukan hal yang lebih baik darimu
  • status fresh graduate alias ‘tidak punya pengalaman kerja’ hingga terjebak pada pekerjaan-pekerjaan membosankan yang tidak sesuai dengan keahlian intelektual



Hampir seluruhnya! Kedua mata saya tidak berhenti menatap serentetan daftar aspek emosional itu. Bener saja. QLC!! Detik berikutnya, saya hanya bisa geleng-geleng kepala sendiri.

Berikutnya, aspek finansial dan profesional.

A primary cause of the stress associated with the "quarter-life crisis" is financial in nature; most professions have become highly competitive in recent years.
I was like. Yeah, so right.

Sejujurnya, saya bukan tipe orang yang mengkonsumsi materi berbau psikologis. (“Chicken Soup” dan “Seven Habbits bla bla bla..” saja belum selesai juga saya baca-itupun jika buku itu masuk kategori buku psikologis) Tapi kali ini saya mencari beberapa artikel dan menemukan sebuah kalimat yang makjleb kalau istilah saya.

“Beranjak dewasa dan memikirkan bagaimana masa depan Anda akan terasa menyakitkan, terutama dalam masa quarter life crisis. Namun, ini merupakan hal alamiah.” –Deborah Smith, Professor Sosiologi di University of Missouri, Kansas City.-

Dalam artikel ini, sang profesor juga menuturkan, banyak orang mengalami kecemasan di usia 20-an karena usia tersebut adalah masa pertama kali mereka menjalani kehidupan sesungguhnya. Di benaknya, ini bukanlah suatu krisis, tapi merupakan keputusan, tekanan, dan perubahan pada fase kehidupan.

Saya setuju dengan kata-kata Smith, QLC adalah fase kehidupan yang harus dijalani.


Oleh karena itu, setelah membaca artikel ini, saya merasa sudah cukup. Mencari jawaban bagaimana mengatasinya merupakan hal percuma buat saya. Merengek-rengek minta oom Google yang menelusuri, sama saja tidak ditemukan tips atau panduan khusus menghadapi fase ini. Percuma saja toh? Lagipula, sedari kecil saya terbiasa mencari jalan keluar akan masalah saya dengan cara saya sendiri. Walaupun begitu, I am still thankful for some advices. Singkatnya, saya putuskan untuk menutup semua tab Mozzila Firefox terkait QLC ini.

Defenisi dan konfirmasi sudah cukup. Kemudian, saya merenung sejenak dan berdoa. Cara mengatasi biarlah saya putuskan setelah ini.


And here is the list of my quickest solutions that I can make :

1. Managing the daily to-do list (just like the old days back there)
2. Getting back with a nice life pattern (no more “bolong” Bible Reading, Sa-Te, and praying time, talking about a less-midnight staying-up and late-afternoon soberness, more laughter, more water consumption, less meat more vegetables, more writing, less day-dreaming, -etc)
3. Arranging some regular best friends gathering (traveller group, maybe? ;))
4. Loving my job and the town (still trying)
5. Coming back to join with Children Service at the church in my town
6. Preparing myself to be A Godly Woman for A Godly Man (in characters, faith, life style, and the way of thinking)

And the most important:


6. Trying hard to get scholarship. SOON.



Wish me luck!! :)
Grace,



*Have got the same feeling, huh? Whatever! God has taught me to say, IT IS WELL WITH MY SOUL :)
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Kamis, Februari 28, 2013 0 komentar
Label: random thinking, semacam curhat, tentang mimpi

Kamis, 21 Februari 2013

(bukan) FILOSOFI KETAPEL

Orang-orang yang hidup di fase modern seperti sekarang ini mungkin sudah jarang melihat ketapel. Tapi bagaimana dengan kamu? Pernahkah memegang ketapel?



Ketapel itu senjata tradisional yang terbuat dari batang kayu yang dibentuk menyerupai huruf Y dengan sebuah karet ataupun bahan elastis di antara kedua sisinya. Untuk menggunakan benda ini, kita membutuhkan batu kerikil untuk diletakkan di dalam karet.  Batu di dalam karet akan ditarik mundur, dibidikkan sesuai dengan sasaran, kemudian dilesatkan dengan kecepatan, yang bila dilakukan dengan akurasi tingkat tinggi, bisa melukai korbannya.



Saya tidak ingin berfilosofi di sini. Cukup Dee saja dengan Filosofi Kopinya. Tapi apa yang saya alami belakangan ini membuat saya berpikir bahwa kehidupan kita pun tak ubahnya seperti batu dalam pelukan ketapel. Kadang hidup membawa kita mundur beberapa langkah;  menghancurkan kita sedemikian rupa, membuat kita berantakan berkeping-keping, hingga kita tak punya kemampuan untuk berani melirik ke depan. Tetapi jika kita cukup kuat dan bertahan, lenturan dari rasa sakit itu akan menghantarkan kita dengan kecepatan yang tak pernah kita bayangkan. Cukup satu tarikan, dan kehidupan kita tak akan pernah sama.


 Tarikan itu berbentuk keputusan. Kita memutuskan bagaimana memberi makna pada tarikan mundur itu. Tarikan yang tepat, ibarat ketapel, akan membawa batu kecil itu melangkah lebih jauh. Semakin jauh dan ketat dia ditarik mundur, semakin cepat dan kuat dia melesat ke depan.

Bukankah demikian dengan hidup?



gambar diambil secara acak dari google



Tarikan-tarikan pelajaran dari pengalaman membuat kita menjadi pribadi yang berbeda, lebih kuat, lebih berhati-hati, lebih bijaksana, lebih menghargai hidup. Kita dihantar ke satu titik dimana cara pandang menjadi jauh berubah. Beberapa menyebutnya dewasa, yang lain menyebutnya bijaksana. Ketika melihat ke belakang, kita akan tertawa, menertawai kehidupan.  Kita akan tertawa kegirangan karena lesatan kehidupan telah menghantarkan kita pada titik ini. Kita menghatur syukur tak henti-henti karena pada suatu waktu, hidup pernah membawa kita mundur.



Jika kamu sekarang merasa hidupmu mengalami kemunduran, tetaplah bertahan. Tetaplah tenang. Siapkan dirimu untuk lesatan hidup yang tak akan pernah kamu bayangkan. *ngomong sama cermin*
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Kamis, Februari 21, 2013 0 komentar
Label: random thinking

Rabu, 20 Februari 2013

Yes, Jesus Loves Me

Saya menyukai lagu-lagu pujian untuk Allah. Tapi tidak semua lagu biasanya saya suka. Biasanya saya menyukai lagu-lagu dengan lirik yang sarat makna namun disampaikan dengan deretan kata yang terpahat apik.

Anehnya, ketika saya dalam suatu kondisi yang terbeban berat, lagu-lagu yang senantiasa berdendang dalam hati ini justru lagu-lagu teramat sederhana. Lagu-lagu ungkapan iman yang biasanya dinyanyikan oleh anak-anak:

With Christ in the vessel we can smile at the storm, smile at the storm. As we go sailing home.
Jika Yesus ada di dalam lambung perahu, kita dapat tersenyum pada saat badai, tersenyum pada saat badai, ketika kita mendayung pulang.

Amat sederhana bukan? Tapi kesederhanaan kalimat-kalimatnya mengungkapkan iman yang luar biasa kalau Allah senantiasa menjaga. Tak ada yang perlu ditakutkan dalam badai kehidupan, ketika Yesus berada di sana.

Satu lagu sederhana lainnya adalah:
Hallelujah any how!| Never ever let the trouble makes you down.| When hard time is coming your way|
Just raise up your hand and say hei! |
Hallelujah Anyhow..
Pujilah Tuhan bagaimanapun juga| jangan pernah biarkan masalah membuatmu jatuh | ketika waktu-waktu sulit merintangi jalanmu| angkatlah tangan dan katakan | pujilah Tuhan bagaimanapun jua.

Ya! Pujilah Tuhan, bersyukurlah dalam kondisi apapun. Karena kita tahu Allah kita layak untuk menerima ungkapan syukur kita yang terbesar. Karena kita tahu selama Yesus ada di dalam perahu, kita tak akan tenggelam dalam badai.

Dan karena kita tahu ada satu kebenaran dalam satu lagu sederhana berikut:

Jesus loves me this I know | for the Bible tells me so| Little ones to him belong| they are weak, but He is strong.
Yes Jesus loves me| Yes Jesus loves me |The bible tells me so
Yesus sayang padaku | seperti yang diberitahu oleh alkitab kepadaku | mereka yang kecil milik kepunyaanNya | mereka lemah tapi Dia kuat
Ya, Yesus sayang padaku | Ya, Yesus sayang padaku | seperti yang diberitahu oleh alkitab kepadaku.

Betapa menguatkan bukan? Lagu-lagu sederhana itu adalah refleksi iman yang menjadi jangkar kokoh ketika hidup penuh badai.

Jadi, mari mengucap syukur dalam segala hal ^^

>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Rabu, Februari 20, 2013 0 komentar
Label: lagu, me and my GOD

Kamis, 14 Februari 2013

Ada yang Salah dengan Valentine


Sebelumnya, Selamat Hari Kasih Sayang!

Happy Valentine Day 14 February 2013!

Valentine, kata ini tentu tidak asing di telinga kita. Bukannya saya latah atau sok-sok abege (maaf saya memang masih muda) ikut-ikutan membicarakan dan merayakan Valentine. Maaf juga kalau postingan saya kali ini dianggap terlalu ekstrim dan sedikit menyindir. Bukan bermaksud apa-apa kok.

Kalau mendengar kata Valentine, pasti identik dengan bunga, coklat, warna pink, dan berbagai hadiah-hadiah unik atau mungkin romantis. (Lihat saja, tampilan google hari ini juga, cantik sekali! :) )Valentine juga dikait-kaitkan dengan agama. Ada yang mengatakan bahwa Valentine adalah pembodohan, musyrik, kafir, pemalsuan sejarah, dan kebohongan.

Jujur, saya tidak memusingkan hal di atas. Mau Valentine kayak gini kek, mau Valentine kayak gitu kek, who cares? Lagipula apakah saat hari Valentine terjadi pembunuhan massal? Apakah saat Valentine terjadi kematian mendadak saat memakan coklat? Apakah saat Valentine, dunia akan runtuh? Yang ada malah buat sebagian orang, hari Valentine adalah hari yang menakutkan, lebih menakutkan dari Haloween atau malam 1 Suro, di mana para single tiba-tiba diperlihatkan dengan jelas label mereka: sendirian pada hari ini, ibarat orang yang lagi puasa di tengah-tengah jamuan makan. Tapi saya rasa, selama Valentine tidak mengubah dunia sehingga mengalami revolusi besar yang benar-benar membawa pengaruh negatif, tentu Valentine bukanlah hal berbahaya yang harus diperbincangkan dari mulut ke mulut. Faktanya, dari tahun ke tahun Valentine memang tidak membawa pengaruh besar terhadap rotasi bumi ataupun peristiwa yang terjadi di dalamnya.

14 Februari adalah momentum yang memperingatkan kita akan pentingnya KASIH SAYANG dan saling berbagi. Kasih bukanlah sesuatu yang asing, kita memang harus membaginya setiap hari kepada setiap orang yang memang menurut kita harus dikasihi. Dan Valentine, adalah momentum untuk memperingatkan lagi bahwa kasih itu ada dan setiap orang pantas untuk memberi dan menerimanya.

Setiap agama dan kepercayaan pasti mengajarkan KASIH. Kasih antara manusia dan Tuhan, serta kasih antara sesama manusia. Jadi pantaskah beberapa oknum menghakimi bahwa Valentine adalah kafir? Dosa? Pembodohan dan pemalsuan sejarah? Jika momentum Valentine sebenarnya adalah hanya untuk mengingatkan kita bahwa kasih itu ADA dan setiap orang PANTAS mendapatkannya. Pantaskah beberapa oknum berpendapat bahwa Valentine adalah dosa dan dikait-kaitkan dengan agama tanpa bisa memberi bukti secara fakta? 

Lucunya, bukti-bukti itu hanya didapatkan dari internet dan beberapa blog yang dipertanyakan fakta dan kejelasan informasi di dalamnya.
Selama Valentine tidak merusak moral, norma agama, dan nilai-nilai sosial, saya rasa tidak ada yang harus ditakutkan dan dikhawatirkan dari hari kasih sayang yang jatuh tanggal 14 February ini. :)

Kalau mau berpendapat lain, silakan, tapi bukankah berlebihan jika membahas Valentine seperti membahas kasus korupsi di Indonesia? Menjelaskan sejarah sistematis Valentine blablabla tanpa tahu tujuan yang akan dicapai setelah menjelaskan hal tersebut. Korupsi memang berpengaruh di Indonesia, tapi apa iya, Valentine juga segitu berpengaruhnya? Lagipula, dalam Valentine terjadi perbuatan saling memberi, dan saling memberi sudah dipatenkan banyak orang sebagai hal yang baik.

Valentine dikaitkan dengan agama? Saya menjamin akan banyak orang menertawai tingkah ini. Lagipula, jika googling tentang sejarah valentine, yang bermunculan hanyalah informasi blog-blog yang dipertanyakan realitanya.

Percaya pada sesuatu yang memiliki tanda tanya besar? Lucunya.

Akhir kata, kita memang butuh perayaan ini. Bukan karena ini hari yang baik jika kita tiba-tiba ingin menjadi penjual kue, coklat, kartu, dan bunga dadakan. Saya bersyukur bahwa pada tanggal ini kita merayakan cinta dan kasih sayang, bukan perang, pembunuhan, politik, atau bahkan kemajuan teknologi informasi. Saya senang bahwa setidaknya sekali dalam setahun kita diingatkan bahwa di tengah dunia yang skeptis ini, masih ada tempat buat perasaan yang berbunga-bunga, bahwa kasih sayang itu memang ada dan nyata, bukan sekedar romantisme belaka. Kasih yang terbesar adalah kasih Allah kepada umatnya. Kasih itulah yang seharusnya kita bagikan kepada orang-orang sekitar kita setiap harinya. Bukan sekedar coklat atau bunga, dan bukan hanya hari ini.

Just spread love out to everyone you love! Percayalah kawan, hidupmu akan lebih berwarna...

Selamat Hari Kasih Sayang :)



Let there be love shared among us
Let there be love in our hearts
May now your love sweep this nation
Cause us, O Lord, to arise
Give us a fresh understanding
Of brotherly love that is real
Let there be love shared among us
Let there be love
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Kamis, Februari 14, 2013 0 komentar
Label: opini

Rabu, 13 Februari 2013

Untuk The-Man-in-the-Future


PERINGATAN PENULIS: Postingan berikut ini mungkin dapat menimbulkan rasa galau berlarut-larut. Tidak dianjurkan bagi para pembaca labil. Terlebih mereka yang berusia dua-puluhan dan berstatus single. Ehm.

Calon Pacar yang baik,

Kamu mungkin ada di dekatku. Mungkin juga jauh sekali, sejauh jarak Sabang ke Merauke. Tapi aku hanya tahu bahwa kamu ada, di suatu tempat entah di mana. Tidak perlulah rasanya aku menjadi agen Neptunus yang dengan radar mencari dan menemukanmu. Sebab iman sebesar biji sesawi yang aku punya ini yang akan mengantarkanku kepadamu sesuai janji-Nya. (Hey, bukan berarti aku tidak berusaha loh ya!) Aku pernah membaca di Kitab Suci bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan, jadi tidak mungkin ada orang yang seumur hidupnya menjomblo sampai kering, kecuali bahwa ia sendiri memutuskan untuk hidup selibat, atau tidak pernah berpartner secara tetap. Itu lain perkara.

Ketahuilah aku tidak seekstrim itu, Wahai Calon Pacar. Aku memang agak takut pada komitmen bernama pernikahan, maka dalam surat ini kusebut kamu 'Calon Pacar' dan bukan 'Calon Suami' sebab jujur saja kata 'suami' membuatku mulas (malas?) setengah mati - tetapi pada dasarnya aku ini kekasih yang baik.

Aku penyayang, jujur, dan rela berkorban. Memang kadang-kadang aku agak nakal, tetapi kalau kamu cukup cerdas untuk terus mempertahankan ketertarikanku padamu, aku tidak akan ke mana-mana. Aku akan selalu tergila-gila padamu, dan menjaga hubungan kita dengan penuh kasih sayang.

Calon Pacar, kamu tidak harus terlalu tampan. Cukuplah kamu berwajah seperti John Mayer, dengan mata teduh dan senyum yang manis, dengan ekspresi bandelnya yang seksi dan petikan gitar yang catchy. Atau Johnny Depp saat memerankan Mort Rainey, dan bukan Willy Wonka.


Aku sangat menyukai pria yang kalau tersenyum maka di sudut-sudut matanya akan terbentuk kerutan. Itu imut sekali, Calon Pacar, atau 'unyu' kalau kata anak-anak sekarang. Ngomong-ngomong, kata Goenawan Mohamad 'unyu' itu bahasa Sansekerta yang artinya anjing, tapi kamu tahu yang kumaksud bukan itu. Aku bukan Rengganis yang memacari anjing, bukan?

Dan tentang kerutan di sudut mata, itu tidak berarti kamu harus benar-benar berkerut di mana-mana. Aku mencari kekasih yang tidak terlalu tua untuk kuajak pergi ke disko, dan masih kuat pergi sampai pagi jika diperlukan. Kalau kamu terlalu tua, Wahai Calon Pacar, aku kuatir kita harus sudah berhenti berkencan pada pukul sembilan malam, sebab lewat jam itu kamu sudah masuk angin dan mengeluh pegal-pegal.

Jangan salah pengertian, Calon Pacar. Badan kamu tidak harus kuat dan atletis seperti Denny Sumargo. Yang penting kamu tidak terlalu kurus, juga tidak terlalu gendut, dan sehat wal afiat. Apakah kamu merokok atau tidak, buatku sebenernya ada sedikit masalah, sebab aku hanya tidak tega melihat paru-paru dan bibirmu yang seksi itu tergerus dihantam asap rokok. Tapi, kembali lagi, itu pilihanmu, bukan?

Kamu boleh minum bir, atau anggur, pada prinsipnya minuman keras dalam bentuk apa pun, asalkan kamu tidak jadi alkoholik, sebab alkoholik cenderung mati mengenaskan, bukan? Kamu sudah dengar tentang Edgar Allan Poe? Ia pengarang ternama pada zamannya, tapi ia mati terperosok di selokan karena mabuk berat. Aku juga tidak mentolerir penggunaan narkoba. Maafkan kalau terdengar seperti Satpol PP, tapi ini untuk kebaikan kita bersama, Wahai Calon Pacar. Kita tidak ingin agenda pacaran kita ternyata tertangkap basah oleh BNN, seperti yang terjadi pada beberapa seleb akhir-akhir ini, bukan?

Dan kamu juga harus cerdas, sebab aku tidak mengencani pria bodoh. Kedengarannya mungkin kejam atau sok pintar, tetapi percayalah ini sama sekali bukan seperti itu. 'Cerdas' di sini bukan berarti kamu harus memenangkan medali olimpiade Fisika, atau hafal rumus-rumus Kimia, tetapi keberanian untuk berpikir mandiri.

Aku sangat menghargai lelaki yang tidak sekadar ikut-ikutan dalam memandang dunia ini dan semua yang terjadi di sekitarnya. Lelaki yang berani punya pendapat sendiri, dan hidup berdasarkan pendapatnya itu. Lelaki yang tahu apa yang diinginkannya, dan bagaimana cara meraih semua itu.

Lelaki yang kuat, yang tidak mudah kehilangan dirinya sendiri, yang banyak membaca, yang suka mendengarkan musik-musik bagus, jenaka (jejaka?), dan tahu bagaimana cara bersenang-senang. Lelaki yang bisa kuajak pergi ke perpustakaan atau toko-toko buku loakan, tapi juga bisa kuajak pergi menonton konser musik punk favoritku dan yang menemani si gadis bawel ini backpacking keliling dunia. Lelaki yang bisa kuajak ngobrol tentang Tuhan, politik, ekonomi, sastra, musik, mimpi, keluarga, dan sepakbola, namun bisa pula mengoceh bersama tentang hal-hal paling remeh sedunia.

Calon Pacar, kamu bisa berprofesi apa saja. Aku tidak keberatan dengan pekerjaan apa pun, selama kamu menyukainya. Kalau kamu berprofesi sama denganku, semoga ketika kita bertemu nanti, menteri kita yang labil itu tidak jadi mengeluarkan aturan terbarunya yang membatasi cinta ya. Dan kalau bisa juga, ini kalau bisa, janganlah kamu datang dari kalangan pengarang. Seorang teman pernah berkata padaku bahwa amatlah berbahaya mengencani pengarang, sebab ia sering bersikap seolah-olah hidupnya adalah sebuah cerita panjang. Akibatnya, ia sering bersikap aneh-aneh untuk menimbulkan kejutan dan suspens dan intrik agar hidupnya (ceritanya?) selalu menarik. Dengan segala hormat, Calon Pacar, aku lebih suka hubungan yang stabil.

Calon Pacar yang baik,

Akan kututup tulisan ini dengan doa untukmu. Aku berdoa agar Tuhan menjagamu sampai nanti Ia mempertemukan kita yang sama-sama tengah berada di tangan-Nya. Aku terlalu yakin kisah kita nantinya tidak akan kalah mengharukan seperti kisah Ruth dan Boas, atau ketika Ishak melamar Ribka. Ketika saat itu tiba, aku akan mengurusmu baik-baik, menyayangimu sepenuh hati, dan memastikan hidupmu penuh warna. Aku tidak akan membuat kesalahan-kesalahan seperti yang pernah kulakukan dalam kehidupan cintaku sebelumnya. Ah, sejujurnya kamu harusnya bangga sudah jadi yang pertama. Tentang aku sudah jadi yang keberapa, tidak terlalu penting, yang pasti kita sama-sama yakin jadi yang terakhir, begitu bukan? Aku akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia di dunia, dan aku yakin engkau pun akan melakukan hal yang sama. Sebab tidak baik memang jika manusia itu seorang diri saja. Berdua kita akan jadi tim yang baik. Sekarang jalanilah kehidupanmu dengan rasa bahagia. Nikmatilah hidupmu dan bertumbuhlah di dalam-Nya. Ketika kita sudah sama-sama siap dan bersama, akan kupastikan kebahagiaan itu berlipat ganda. Karena kisah ini tidak hanya antara aku dan kamu, tetapi juga ada DIA, Penulis Kisah Kita

Sampai jumpa
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Rabu, Februari 13, 2013 0 komentar
Label: semacam curhat, surat, tentang mimpi
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod | Distributed by Deluxe Templates