skip to main | skip to sidebar

Search Here

...tentang Grace...

Foto Saya
Grace Hasibuan
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Just an ordinary girl with EXTRAORDINARY GOD... A girl who lives her life with hope, faith and love. A girl who believes in God and His wonderful journey. A girl who is passionate in children, human right, poverty, and environment. She is crazy about the idea of being a traveller... And, she'd love to express all about her and her life in music, photography, and just simple words...
Lihat profil lengkapku

Archivo del blog

  • ► 2015 (3)
    • ► Juli (2)
    • ► Januari (1)
  • ► 2014 (4)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Januari (2)
  • ▼ 2013 (44)
    • ► Desember (1)
    • ► Juli (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (4)
    • ▼ April (4)
      • Surat untuk Kartini Masa Depan
      • The One who Being Left
      • L.i.f.e o.f. P.I
      • Sudah Tiga Bulan...
    • ► Maret (8)
    • ► Februari (10)
    • ► Januari (15)
  • ► 2012 (6)
    • ► Desember (2)
    • ► Juni (1)
    • ► April (1)
    • ► Januari (2)
  • ► 2011 (16)
    • ► November (3)
    • ► Oktober (2)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (5)
    • ► April (2)
    • ► Maret (2)

Teman-teman

See this :)

  • Home
  • About Me
  • Facebook
  • Twitter
  • About This Blog

Letter from God

Letter from God
gracehasibuan. Diberdayakan oleh Blogger.

God is good all the time

God is good all the time

Ordinary Grace

Ordinary Grace

Popular Posts

  • Pelajaran dari pembuangan Babel :)
    4 Desember 2013. Hari paling bersejarah. Untuk kedua kalinya saya menangis karena hal yang sama. Untuk kesekian kalinya saya merasakan uj...
  • (bukan) FILOSOFI KETAPEL
    Orang-orang yang hidup di fase modern seperti sekarang ini mungkin sudah jarang melihat ketapel. Tapi bagaimana dengan kamu? Pernahkah mem...
  • Kupanggil Kamu, ILALANG
    Lalu, begini. Kini saya ada di belakang netbook ini dan menulis tentangmu. Saya harap kamu tidak merasa keberatan dengan nama barumu dan ...
  • FRIENDS, LOVERS OR NOTHING
    FRIENDS, LOVERS OR NOTHING Wow its been a while since my last blog. Jadi weekend ini saya memang tidak kemana-mana. Minggu lalu udah...
  • Makan, Berdoa, dan Jatuh Cintalah pada Negeriku!
    Holaaaaaaa.. Kemana saja belakangan ini? Saya sudah kemana-mana. Ok, ini lebay! Lama sekali tidak menulis blog. Dua minggu yang l...
  • Aku, Kamu, Hati, dan Logika
    Kenalkan, namanya Logika. Dia yang menemani aku selama ini sementara Hati melanglang buana. Logika ini sungguh baik padaku. Perhatiannya t...

Categories

semacam curhat (36) random thinking (25) me and my GOD (17) (bukan) cerpen (bukan) puisi (14) opini (12) untuk sahabat (12) tentang mimpi (8) cinta dan perasaan (7) lagu (7) surat (7) Keluarga (6) Kisah Kita (5) kicauan pagi (5) pekerjaanku (5) 8-years-story (3) tentang ilalang (3) idola (2) TRAVELLING (1) feature (1) film (1) liputan (1)

What Date is Today?

Quote of The Day

Visit BrainyQuote for more Quotes

Hear This.. :)

When God Writes My Whole Life Story

...tentang warna-warninya hidup ketika ALLAH yang menulisnya... So, Let God be God in your life, dear

Senin, 22 April 2013

Surat untuk Kartini Masa Depan

Dear kamu...


Nyadar ga kalau kemarin itu tanggal 21 April? Nyadar ga kalau kemarin itu Hari Kartini? Pasti nggak! Mana pernah kamu inget hal-hal seperti ini. Kamu kan yang selalu bilang, buat apa ikut berpartisipasi dalam acara yang belum tentu benar kita pahami maksudnya. Ah, kamu!

Dan suer, kamu pasti akan ngakak kalau aku bilang, kemarin aku ikut perayaan Hari Kartini di gereja bersama para ibu-ibu lainnya. Tuh, kan, ngakak kan? Tenang, bukan perayaan besar-besaran kok, cuma makan bareng di pantai. Katanya sih ini cara kita menghargai jasa ibu kartini. Peringatan atas tercetusnya emansipasi oleh kaum kita. Blah!

Apa gak nyadar ya kalau kita belum benar-benar mendapatkan pengakuan itu? Di negara tercinta kita ini, masih banyak perempuan sebagai objek. Masih ingat tentang UU Anti Pornografi? Menurut kamu, itu mendiskriminasikan perempuan gak sih? Aku sih gak keberatan kalau pemerintah mengatur pendistribusian majalah dan kaset-kaset porno, tapi kalau sampai mengatur tata busana (yang sayangnya, perempuan), itu bikin aku gerah. Ah iya, contohnya lagi, banyak pelecehan seksual di sekeliling kamu dan aku, dengan korbannya tentu saja dong kaum kita.

Eh, ga usah jauh-jauh deh.. Kamu dan aku saja, yang sedang berada di puncak kesuksesan *tsaaaahh*, justru susah mendapatkan pasangan kan? Hihihihiii.. Dengan banyak alasan, yang intinya karena kita dianggap terlalu kelas tinggi. Dari situ saja kita udah tahu, kita belum benar-benar menerima pengakuan kan? Padahal biarpun kita ini keren, berkarir cemerlang, tapi kan tetap saja kita bisa masak, bersih-bersih rumah, dan melakukan tugas lainnya kan? Hehehehe..

Kamu sering lihat di tivi gak? Artis sebut saja namanya bunga, di sisi lain, emansipasi yang dia lakukan justru membuatnya kehilangan banyak hal. Keluarga, suami, bahkan anaknya sendiripun tak mampu dia pertahankan. Dan semua terjadi karena dia memperjuangkan apa yang dia sebut sebagai emansipasi.

Eh, bentar bentar bentar.. Menurut kamu, apa benar yang Kartini inginkan itu adalah emansipasi dan kesetaraan gender? Mungkin ga, kalau katau-kata emansipasi, kesetaraan gender dan hal-hal seperti itu, kita sendiri yang ciptakan? Bisa jadi yang diinginkan Kartini bukan seperti itu. Bukan pula semakin banyak wanita berpendidikan tinggi, berkarir cemerlang, tapi banyak juga di antaranya yang justru mengabaikan kodratnya sebagai perempuan.

Oh, tapi yang jelas aku tahu, yang kita inginkan adalah sama. Kita hanya ingin menjadi perempuan yang lebih baik, untuk melahirkan anak-anak bangsa yang lebih baik di tengah bangsa yang semakin hari semakin mengenaskan ini. Kalau aku bilang ini inti dari emansipasi, kira-kira kamu setuju gak?

Aduh, udah ah! Semakin aku nulis panjang lebar, semakin aku merasa pusing. Rasanya semua terlalu rumit. Benar katamu, tak mudah memahami makna dari sesuatu, makanya lagi-lagi, aku juga heran. Kenapa hari ini aku nulis panjang lebar tapi gak jelas begini yah?

Selamat melanjutkan aktivitas Senin soremu, teman!
Jangan lupa, April ini sudah hampir habis. Emansipasi tak akan membuat kamu berhenti belajar memasak dan berdiskusi tentang hal-hal penting dan gak penting di dunia ini kan? *wink-wink*

Dari,
Aku

"Sampai sedemikian jauh, Kartini disebut-sebut di berbagai peringatan lebih banyak sebagai tokoh mitos, bukan sebagai manusia biasa, yang sudah tentu mengurangi kebesaran manusia Kartini itu sendiri serta menempatkannya dalam dunia dewa-dewa. Tambah kurang pengetahuan orang tentangnya tambah kuat kedudukannya sebagai tokoh mitos. Gambaran orang tentangnya dengan sendirinya lantas menjadi palsu, karena kebenaran tidak dibutuhkan, orang hanya menikmati candu mitos. Padahal Kartini sebenarnya jauh lebih agung dari pada total jenderal mitos-mitos tentangnya."
**Pramoedya Ananta Toer dalam kata pengantar Panggil Aku Kartini Saja
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Senin, April 22, 2013 0 komentar
Label: opini, surat, untuk sahabat

Jumat, 12 April 2013

The One who Being Left


…is me. Yeah. I’m in mourning period. This is because one of my besties and my office mates is gonna leave this small town for taking his scholarship. And two of my ‘sisters’ in Bengkulu are also gonna leave soon. One is because she’s getting married and wanna live and work with her husband in Klaten. And another one is because she has to study in Bintaro, Jakarta, as well as my office mate.


Oh gosh, this is so sad. I’m still wondering, why am I the one who being left? Why the people I love and I like so much has to leave me? Is this some kind of curse or what? Because honestly I dont really make good friends in here. Most of my best friends live outside this little town. Hell, I don't have any boyfriend. And now those who are still live beside me have to go? Me hates it. I don't even wanna live alone, but now I'd have to.
And then the good Lord tell me this (via Henri Nouwen):
Every time we make the decision to love someone, we open ourselves to great suffering, because those we most love cause us not only great joy but also great pain.   The greatest pain comes from leaving.  When the child leaves home, when the husband or wife leaves for a long period of time or for good, when the beloved friend departs to another country or dies … the pain of the leaving can tear us apart.  
Still, if we want to avoid the suffering of leaving, we will never experience the joy of loving.  And love is stronger than fear, life stronger than death, hope stronger than despair.  We have to trust that the risk of loving is always worth taking.


Guess I have to remind myself many times, that I have to catch you up.. SOON.. Wait me there! *Oh, no, why am I crying?
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Jumat, April 12, 2013 0 komentar
Label: semacam curhat, untuk sahabat

Senin, 08 April 2013

L.i.f.e o.f. P.I





Lama sekali tidak ke Bioskop. Oh, jangan ketawain saya. Film terakhir yang saya tonton di bioskop adalah RectoVerso. Bersama seorang sohib saya melihat akting seksi Lukman Sardi. Entah mengapa saya memang bukan tipe yang rajin pergi ke bioskop. Apalagi ditambah daerah tempat saya tinggal sekarang tidak ada fasilitasnya.

Kalau berbicara soal menonton, saya lebih suka download atau copy file dan menonton film-film di DVD atau komputer saya. Dan akhirnya untuk menjawab kegelisahan diri saya sendiri, ketika cuti kemarin saya menonton Life of Pi. Sendirian. DVD yang saya beli ketika hang-out bersama 2 orang teman saya.

Saya tidak akan memberikan spoiler kepadamu tentang film Life of Pi. Saya hanya ingin menceritakan kepadamu. Bagaimana film Life of Pi merefleksikan sesuatu kepada saya.

Dua tokoh utama dalam film itu adalah Richard Parker (seekor macan Bengali) dan Pi. Terapung-apung di laut selama berpuluh-puluh hari. Di film itu digambarkan bagaimana Pi bersusah payah untuk menaklukan ketakutannya sendiri atas Richard Parker. Lalu bagaimana mereka berdua bertahan melewati hari-hari yang sangat sulit di lautan. Hanya berdua saja. Dengan semesta.

Di awal film ini Pi mengatakan kepada penulis yang hendak mengisahkan ceritanya ke dalam buku bahwa: ceritanya adalah perjalanan untuk menemukan Tuhan.

Dan coba tebak, apakah memang Tuhan bisa ditemukan dalam ceritanya.

Oh, ada sesuatu yang direfleksikan kepada saya seusai menonton film itu. Sepanjang angkot ketika saya pulang dari rumah teman. Saya terus menerus dihantui oleh sebuah statement yang diucapkan oleh Pi,

All of life is an act of letting go but what hurts the most is not taking a moment to say goodbye.

... What hurts the most is not taking a moment to say goodbye.



Pernyataan ini begitu menghantui saya.

Saya melihat hubungan Richard Parker dan Pi dalam film ini seperti hubungan laki-laki dan perempuan. Terserah yang mana yang menjadi laki-laki dan yang mana yang menjadi perempuan. Atau seperti hubungan dua orang saudara bisa juga sohib kental. Lagi-lagi terserah mau mendefenisikan yang mana. Tetapi yang mana pun itu, itu terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita memilih atau (tidak sengaja) dipilih untuk bersama seseorang. Setuju atau tidak setuju. Punya intensitas yang cukup tinggi dengan orang tersebut. Suka maupun tidak suka. Tetapi bersama.

Di dalam kebersamaan banyak hal yang terjadi. Ada perasaan utuh ketika kita bersama seseorang. Dan ada yang diambil ketika kita (tidak sengaja) berpisah atau dipisahkan dari orang tersebut. Dan ini pun yang kemudian dialami oleh Pi, ketika Richard Parker pergi dari dia tanpa sedikitpun menengok ke belakang bahkan hanya untuk mengucapkan selamat tinggal.

Ah, Pi patah hati.

Sampai di sini saya berpikir bahwa, persoalannya bukan ketika ditinggalkan atau meninggalkan. Persoalannya adalah ketika hendak meninggalkan paling tidak kita dengan berani menatap mata teman kita dan bilang "selamat tinggal."

Karena yang paling sakit adalah ketika kita tidak berani bilang selamat tinggal.

Saya begitu masuk ke dalam perasaan Pi sehingga saya tidak memikirkan perasaan Richard Parker. Oh Richard Parker ternyata punya cara lain untuk bilang “selamat tinggal” ia berjalan ke arah hutan dengan tubuhnya yang kurus, berhenti sejenak di ujung rumput sebelum masuk ke hutan ... diam, baru kemudian berlari ke dalam hutan.

Ia memang tidak menengok ke arah Pi. Ia hanya diam. Dan itu adalah caranya mengucapkan “selamat tinggal.”


Oh yang ini lain pembahasan, tapi saya mau bilang bahwa saya menemukan Tuhan dalam film ini.

Tuhan menjelma menjadi seekor macan. Richard Parker namanya. DIA tidak membiarkan Pi sendirian di tengah lautan lepas itu. DIA tidak melihat Pi dari jauh. DIA melihat Pi dari dekat. Bahkan sangat dekat.


Doubt is useful, it keeps faith a living thing. Afterall, you cannot know the strength of your faith until it is tested.


Kadang kita seperti ragu, dan merasa ditinggalkan. Tuhan seperti mengucapkan "selamat tinggal" Padahal kita tidak pernah tahu, Tuhan bisa begitu dekat. Sangat dekat.
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Senin, April 08, 2013 0 komentar
Label: film, opini

Senin, 01 April 2013

Sudah Tiga Bulan...

Saya tidak tahu dengan orang lain, tapi 2013 ini rasanya terlalu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin saya merayakan malam tahun baru dengan keluarga besar di Medan. Sekarang Maret sudah habis, dan memasuki bulan baru. 1 April 2013. Selamat April Mop! *yang artinya hari ini gajian..horeeee..* Ya, kalimat itu terdengar klise dan terlalu cepat ketika diucapkan di bulan-bulan seperti ini, yang pertengahan tahun saja belum masuk. Tapi bagi saya, ada beberapa alasan yang membuat saya mengucapkan kalimat di atas.


Teman sekaligus saudara saya di DJPB, KPPN Pangkalan Bun, Herbert, menyatakan 2013 ini tahun yang penuh masalah buat dia, padahal baru berjalan beberapa bulan saja. Saya, yang mendengar juga merasakan hal yang sama sepertinya. Tapi kalau memang harus, maka kata yang saya pilih untuk menggambarkan 2013 adalah mengagumkan. Atau agar lebih elegan, tahun ini saya gambarkan dengan satu kata dalam bahasa Inggris: outstanding. Saya tidak mau ikut-ikutan, tapi saya juga tidak mau memendam rasa syukur buat 2013 yang sedang berjalan ini. Banyak hal yang mengagumkan saya sepanjang tiga bulan ini. Meskipun kekaguman itu timbul setelah hati yang sakit, air mata yang berember-ember, mata yang bengkak di pagi hari (karena tangis di tengah malam), dan kesesakan lainnya.


Saya ingat, dulu saya pernah bilang hidup saya kok rasanya enak-enak saja. Meskipun sempat merasa minder, karena tidak punya pacar, karena saya ditempatkan di daerah yang jauh dari keramaian, jauh dari peradaban, dan jauh dari komunitas yang membangun, tapi saya punya orang-orang terbaik di sekitar saya. Bagaimana tidak? Keluarga yang sepenuhnya mendukung, suasana dan rekan sekerja di kantor yang kondusif dan hangat, teman-teman yang selalu ada buat saya, baik yang biasa saya hubungi lewat dunia maya, atau travelling bareng, bahkan yang hanya sekedar hahahihi bareng, dan semua keenakan lainnya. Jadi saya minta Tuhan memberi kejutan. Dan hebatnya Tuhan jawab di tahun ini juga. Atau mata saya saja yang baru terbuka. Entahlah, tapi saya kemudian sadar, bahwa hidup saya jauh dari “enak-enak saja”. Bayangkan, 2013 saya mulai dengan bedrest total selama dua bulan di rumah akibat patah tulang panggul karena jatuh dari motor. Di rumah selama dua bulan membawa saya kepada perenungan ini itu, *merenungkan uang saya yang sudah habis kemana saja ya… Ditambah lagi tepat di hari Valentine, 14 Februari 2013 kemarin, tragedi besar-besaran terjadi. Perasaan yang sama yang saya rasakan ketika mendengar pengumuman SPMB lebih dari lima tahun lalu. Perasaan yang sama ketika orang-orang terdekat saya mengalami kebahagiaan, tapi saya justru sebaliknya. Ketakutan ditinggal teman terdekat di daerah terpencil benar-benar mencekam saya. Perasaan malu yang teramat sangat seakan menerkam kenyamanan saya. Kekhawatiran akan masa depan kembali muncul mengganggu ketenangan jiwa dan pikiran saya. 
Untuk beberapa saat, saya sempat menjadi seseorang yang anti-sosial, sering merenung dan tersedu sendiri. Ah, sudahlah tidak usah dibahas ya. Saya memang harus siap mental untuk apapun yang terjadi. Dan terus berdoa. Ya, sesuatu yang seringnya saya tinggalkan: bersiap dan berdoa. Berita itu tidak mengharuskan saya berdoa tapi membawa saya kembali pada ketenangan jiwa yang dulu selalu saya alami ketika berdoa dan membuat saya siap untuk menghadapi apapun. Toh, Tuhan mendengar doa saya dan sudah merancang yang terbaik bagi hidup saya.


Ketika kembali ke perantauan, ketika saya ingin memulai kembali semuanya dari awal, yang saya dapati malah konflik dengan teman serumah saya (sekarang tidak lagi serumah). Teman seangkatan saya, yang seharusnya bisa menjadi sahabat sekaligus saudara dikarenakan kami hanya berdua perempuan yang penempatan di sini. Entahlah, menurut saya dia masih belum bisa saya kategorikan sebagai seorang sahabat (apalagi saudara). Maaf terkesan kasar. Meski tak penting, tapi itu benar-benar membuka mata saya untuk belajar merespon tiap orang. Dan saya seperti ditampar juga, karena ternyata pengendalian diri saya masih jauh dari kategori baik. Tidak semua orang dapat menerima saya yang apa adanya. Tidak semua orang juga dapat saya paksakan untuk cocok dengan saya. Yang saya syukuri, saya jadi tahu siapa teman saya sebenarnya.

Mengapa saya merasa ditampar dengan adanya masalah ini? Begini, saya selalu merasa saya tahu benar bagaimana memilih teman dan tahu bagaimana menjadi teman yang baik. Dan selama sekolah dan kuliah, bahkan sejak kecil, saya tidak punya masalah yang cukup besar dalam hal relasi ini. Tapi Tuhan goyangkan zona nyaman saya, dan inilah saya sekarang, mungkin jadi satu-satunya orang yang pernah diteriaki, “Kau bukan temanku lagi!” dari seseorang yang selama ini saya anggap teman yang cukup baik untuk jadi teman.

Awalnya saya menyangkal dan (setelah terisak-isak) malah mengeluarkan pernyataan, “Oke, itu kerugian dia kalau tak mau lagi berteman denganku.” Ketika saya pikir masalah itu sangat sepele, tapi mungkin karena respon saya yang salah dari awal, hingga kini pun antara saya dan dia masih terjadi perang dingin. Saya belum punya mental yang cukup kuat untuk bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Rasa sakit dan pahit itu masih ada di dalam sini *nunjuk ke hati dan merembes ke mulut*. Ah, padahal mulai bulan ini, kami resmi akan menjadi rekan kerja di seksi yang sama. Saya tidak tahu sudah sejauh apa orang di kantor tahu masalah ini dari dia, saya juga tidak tahu dia dan “pendukungnya” bilang apa tentang saya. Yang pasti, saya tidak peduli, sebab bukan mereka yang mendefenisikan saya itu seperti apa. Semoga Tuhan berkenan di 2013 yang belum berakhir ini untuk menjawab pergumulan saya tentang relasi yang satu ini dan terus menajamkan saya.

Pelajaran moral: saya semakin bersyukur untuk sahabat-sahabat sejati, yang saya sesungguhnya tidak tahu apakah mereka akan mengecewakan saya suatu waktu atau tidak. Tapi yang pasti mereka telah turut menorehkan sejarah dalam hidup saya, berperan besar membuat saya menjadi seseorang seperti saya sekarang. Dan bagaimana saya tidak beryukur untuk itu? Saya juga jadi realistis bahwa teman juga bukan sesuatu yang abadi. Dan, meski tidak ada istilah mantan teman, tapi bukan hal yang mustahil untuk bilang, “Oh iya, dia temanku dulu.” *Englishnya, “somebody that I used to know”..okesipp! Pinter…


Satu hal yang bisa jadi “pengalihan isu” dari kekecewaan demi kekecewaan ini mungkin adanya issue beasiswa internal S1 dan Program Pertukaran Pemuda Antar Negara. Tapi lagi-lagi sangat disayangkan, Surat Edaran dari Kantor Pusat yang keluar beberapa waktu lalu seolah “melarang” angkatan saya untuk ikut seleksi beasiswa internal, dengan adanya syarat khusus minimal 2D (yang baru dipersyaratkan tahun ini saja). Lalu apa respon saya? Mungkin sama seperti respon sebagian besar teman-teman seperjuangan seangkatan saya. Marah? Sedih? Kecewa? Jelas! Tapi nasi sudah menjadi bubur, pilihannya sekarang hanya tinggal membuat bubur ayam yang lezat. Di saat saya benar-benar merasa “down”, ingin segera melarikan diri dari kantor ini, dari daerah ini, dari rutinitas yang membosankan, dan dari orang-orang yang memuakkan di kantor, Tuhan malah seolah menyuruh saya untuk tetap bertahan di sana. Ya, saya menyebutnya Kelas Padang Gurun. Saya anggap ini jadi ajang pembentukan karakter dan pengungkapan karakter sebenarnya dari diri saya. Saya bersyukur kepada Tuhan karena melalui ini, saya bisa melatih pikiran saya untuk tetap positif dan satu kalimat yang saya imani dan amini sesaat sebelum menulis tulisan ini adalah: “If God lead you to it, He will lead you through it.” Maka, terpujilah Tuhan. Itu semua karena Engkau.

Ah, iya, Pendaftaran dan seleksi Program Pertukaran Pemuda Antar Negara perwakilan Provinsi Bengkulu sebentar lagi. Saya sangat tertarik dengan program yang diadakan Kemenpora ini. Apapun yang terjadi saya akan berjuang semaksimal mungkin untuk bisa ikut serta. Sekali lagi, “If God lead you to it, He will lead you through it.”


Oh, dan lagi, dari semua itu yang paling saya syukuri adalah saya tidak sendirian merayakan sukacita Paskah kemarin. Betapa saya bersyukur karena di masa-masa kelas padang gurun inilah saya menemukan komunitas baru di kota ini. Dalam hal mencari-menemukan komunitas dan pelayanan juga jadi masa pembelajaran yang berharga. Setelah sempat vacuum dalam pelayanan dan belum menemukan komunitas, sekarang saya sudah kembali, Tuhan kembali tuntun saya ke dunia pelayanan anak Sekolah Minggu di Gekisia Efata Manna. Tuhan juga pertemukan saya dengan pemuda-pemudi yang luar biasa, yang menyambut saya yang masih baru bergabung ini, dengan begitu hangatnya dalam persekutuan mereka. Tiga hari kemarin (29-31 Maret 2013) saya merasakan sukacita yang luar biasa dalam Tuhan bisa berkumpul bersama mereka. Saya sadar betul bahwa kami, saya dan mereka masih butuh banyak belajar, tentang firman Tuhan, tentang kasih-Nya, tentang bagaimana menjadi pemuda yang bertumbuh dalam iman dan karakter, saling menajamkan, saling membangun, saling mendukung, dan saling mendoakan. Komunitas kecil di kota yang kecil tapi berdampak besar. Doa saya, semoga saya bisa menjadi berkat bagi gereja dan daerah ini, Tuhan.



Saya tidak tahu apakah hingga akhir tahun 2013 Tuhan masih mengijinkan saya berada di sini, di kota ini, di kantor ini, dan di gereja ini. Apakah saya masih bersama dengan orang-orang yang sama, atau ada banyak orang lain yang datang silih berganti, dan menorehkan bekas di hati saya. Apakah saya masih mendampingi dan mengajari anak-anak Sekolah Minggu atau tidak. Apakah saya akhirnya punya pacar, sehingga tahun depan tidak mendapat gelar jomblo perak.. Apakah saya tiba-tiba mendapat SK Mutasi.. Ah, terlalu banyak rasanya yang tidak saya ketahui. Yang saya tahu, rancangan Tuhan itu pasti. Iya dan amin. Tahun 2013 masih panjang. dan di hari-hari, bulan-bulan, bahkan tahun-tahun mendatang, saya selalu punya Bapa yang sempurna, yang tak pernah meninggalkan saya, yang memelihara saya, dan yang abadi, ketika orang-orang dan hal-hal yang terjadi dalam hidup saya hanya bersifat sementara. Dan jujur hingga kini, saya masih berharap saya bisa sekolah lagi dan bekerja sesuai passion saya, dan tidak tinggal jauh dari keluarga seperti ini. Eh, tapi hey, bukankah setiap Minggu saya berdoa, “jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga”? Biarlah saya tunduk pada kehendak Bapa yang sempurna itu. Karena saya, kamu, dan kita memang diciptakan oleh Dia dan untuk kemuliaan-Nya. Terpujilah Allah Bapa, kini dan selamanya.


Selamat Paskah 2013, sahabat.. :)
>>Baca selengkapnya ya
Diposting oleh Grace Hasibuan di Senin, April 01, 2013 0 komentar
Label: me and my GOD, semacam curhat, untuk sahabat
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod | Distributed by Deluxe Templates