01.43 AM waktu Indonesia bagian galau di daerah saya
Dan
saya masih terjaga di sini, di kamar memang. Di dalam sebuah rumah mungil di Medan. Loh kok belum tidur? Belum ngantuk sih. Padahal di sekeliling saya ada ibu dan adik perempuan saya yang sudah tertidur dengan pulasnya.
Sudah tanggal 14 saja ya! Ah, tidak terasa waktu cepat berlalu. Atau mungkin saya harus berkata, syukurlah. Saya rasanya ingin cepat-cepat bulan ini berakhir. Ingin cepat-cepat sembuh dan masa-masa pemulihan tulang ini berakhir. Sedikit galau memang melihat masa liburan saya yang hanya dipakai untuk bedrest masih harus ditambah 2 bulan lagi. Eh, tapi saya juga tidak ingin cepat-cepat kembali bekerja. Saya masih ingin mencari ketenangan pikiran, kelegaan hati, dan sumber inspirasi. Mengingat beberapa waktu lalu sebelum pulang ke Medan, saya teramat sibuk di kantor.
Sudah lebih 2 minggu di rumah. Jadi
beberapa hari ini saya berpikir. Kali ini minus uring-uringan. Saya
coba berpikir dengan sehat. Dengan segelas calci-forte, suplemen kalsium untuk tulang ada di tangan saya, dan Alkitab serta laptop ada di hadapan saya
Mari coba dipikirkan
Mari coba dipikirkan
Apa sih sebenarnya cita-cita saya?
Apa jadi PNS Kemenkeu itu cita-cita saya?
Well, saya punya banyak cita-cita. Sungguh banyak. Istilah gampangnya, saya ini banyak maunya. Tapi justru itu toh yang membingungkan. Dari segitu banyaknya mau saya, tapi pekerjaan sebagai "PNS" tidak masuk ke dalam daftar saya sejak kecil. Pernah saya bahas soal cita-cita dan keinginan di postingan beberapa waktu sebelumnya. Dan, oke, maaf, mungkin tulisan ini sedikit kontras dengan postingan itu, karena kali ini memang cuma sekedar pemikiran random saya yang meracau tengah malam menjelang pagi.
Saya tidak bilang saya benci dengan pekerjaan saya sekarang. Hanya rasanya kok seperti ada yang tidak tepat. Seperti seolah semua orang di dalam kantor saya berpikir dengan otak kiri. Saya? Saya berpikir dengan otak kanan. Otak kiri saya tidak mati. Dia hanya sudah lama tidak digunakan. Dan saat digunakan, rasa membosankannya membuat saya merindukan cara bekerja otak kanan.
Mungkin memang harus diimbangi.
Tentu saja. Ini kan hanya perumpamaan. Tidak mungkin otak kiri tidak berjalan sama sekali. Tidak mungkin otak kanan beroperasi sendiri. Tapi yang namanya dominasi selalu ada bukan? Jadi mengapa tidak bekerja dengan belahan otak yang mendominasi saja? Tentunya hidup akan jauh lebih mudah. Less effort, more results.
Jadi masa-masa bedrest ini pun akhirnya saya habiskan untuk bersenang-senang (baca: memanjakan otak kanan). Saya menulis sepanjang hari. Bereksperimen dengan nada lagu di kamar mandi. Karena tidak bisa hang out dengan teman yang ada di Medan ini, akhirnya saya lampiaskan dengan browsing, termasuk browsing berburu tiket promo untuk travelling berikutnya (OK, ini memang tidak ada hubungannya dengan otak kanan). Menikmati musik baru hasil berburu ilegal. Membaca koleksi buku baru yang sudah menumpuk di rak buku (adik) saya. Tidur cukup dan ngemil yang enak-enak (ya, ini kembali tidak ada hubungannya dengan pengembangan otak kanan).
Hasilnya?
Saya berharap semoga saya segera pulih dan fresh ketika kembali ke Manna dan bekerja lebih bersemangat!
Jadi saya berpikir, this can be good! Mungkin saya begini dulu untuk sementara ini. Work less, play hard. Bukankah bisa dibilang begitu, huh? Jarang sekali saya mendapat kesempatan beristirahat begitu lama di saat orang lain sibuk bekerja. Sepulang dari sini nanti, saya akan berjuang, belajar mencintai pekerjaan saya, walaupun mungkin di dalam bidang yang tidak begitu sreg dengan saya.
Nah, sementara saya akan begini dulu. Tentunya tidak berdiam diri. Sambil mencari juga dong.
Mencari apa?
Mencari dulu, apa mau saya sebenarnya, apa mau DIA, Sang Pemilik Hidup dan Otoritas tertinggi, dan yang paling penting menyesuaikan mau saya dengan apa mau Tuhan sebenarnya dalam hidup saya.
Oke, akan segera saya sign-out, sebelum ibu terbangun dan memergoki saya yang masih sakit ini belum tidur hingga selarut ini.
0 komentar:
Posting Komentar