“Biarkan ini menjadi cinta jika segenap rasaku dan rasamu yang berbicara.. biarkan ini menjadi nyata, jika ini adalah hatimu dan hatiku yang jadi jembatannya”
Setiap mendengar lagu Mocca, aku selalu mengingatmu. Entah mengapa setiap mendengar suara Arina hilir mudik di telingaku, aku selalu melihat hadirmu. Kamu yang sebenarnya tak pernah dan tak akan bisa kusentuh, kamu yang sebenarnya bahkan baru sekali aku temui.
Sapa lembutmu mengalir maya dalam jejaring sosial itu. Aku tidak mengerti, dengan hal sederhana, kau bisa membuatku begitu menyukai kehadiranmu. Aku suka saat-saat kita bisa meluangkan waktu sekedar untuk bercerita. Bercerita tentang aku dan kamu, yang mungkin tidak akan pernah menjadi KITA.
Awalnya semua terasa biasa saja. Kadang, aku memperhatikanmu dari balik dunia maya yang tak tersentuh, dan tak terjamah. Sikapku pun tak lebih, hanya rasa persahabatan yang tak harus memunculkan alasan dan tanda tanya.
Tapi sejak peristiwa itu, semua berubah. Hanya dengan sapa yang teretas dari mahluk tak bersuara itu, berlanjut ke obrolan-obrolan singkat, kesamaan hobi, canda tawa yang hadir lewat tulisan, hingga memiliki panggilan khusus satu sama lain, kau dan aku menjadi dekat.. seberapa kuatkah kata “HEY” itu? 1 kata, 3 huruf, tapi bisa mendekatkan aku dan kamu. Ah, terlalu tergesa-gesa rasanya kalau aku mendefenisikannya menjadi cinta. Tapi seperti itulah yang aku rasakan, seperti mercon lebaran yang diledakkan di alun-alun selatan, di bawah sinar rembulan, diiringi suara kendaraan yang lalu lalang, perasaan campur aduk yang bahkan tak bisa aku persepsikan.
Bagaimana dengan perjumpaan nyata? Aku jelas merindukanmu, walau perkenalan kita terbilang singkat dan instan. Dengan segala kemampuanmu menjentikkan jemarimu pada senar gitar itu, aku terpikat dan terjerat. Inikah jebakan yang tak sengaja kau ciptakan dalam damba semu? Kita berfantasi, seandainya aku dan kamu bisa saling menyentuh, dan saling menggenggam tangan, mengisi celah-celah kecil jemarimu lalu kita melihat bulan, sungguh tak adil jika itu semua hanya angan-angan.
Ah, bagaimana mungkin dengan cara sederhana itu kau telah membuatku jatuh cinta? Padahal mungkin sebentar lagi, hal ini akan sama-sama kita lupakan, berlalu begitu saja, karena benteng begitu tinggi yang sama-sama tidak bisa kita gapai. Perbedaan :)
Aku rasa ini hanya perasaan suka yang tak berdasar logika, hanya perasaan tertarik pada perkenalan pertama dan obrolan yang kau katakan nyaman dan “klik”.
Seandainya kamu ada disini, seandainya kotamu tak berjarak ratusan kilometer dari sini, tentu kita bisa bertemu, tanpa harus berfantasi dan bermimpi. Melihat matahari terbit dan terbenam, bernyanyi diiringi suara gitarmu, dan nada-nada hujan yang hanya bisa didengar aku dan kamu, melihat bintang yang berteman dengan bulan, lalu saling berpeluk saat dinginnya hujan.
Tuhan, lemparkanlah pandangan-Mu pada kisah aku dan dia. Ehm, tunggu, mungkin hanya aku yang menganggap ini kisah, tidak begitu denganmu. Yah, mungkin. Biarkan dia mengendap-endap berlari dari khayalanku dan memasuki dunia nyataku. Dunia nyata yang jelas-jelas tidak memungkinkan kisah ini akan ada. Tapi, saat jantungku harus berdegup kencang karena sapa mayanya, saat mataku rela tak terpejam hanya untuk membalas pesan singkatnya, di balik perasaan canggung, malu, dan rindu itu, aku temukan BAHAGIA :)
Pernahkah kau juga merasakan hal yang sama, ketika tersenyum sendiri tanpa alasan menatap layar handphone? Kamu adalah alasannya, ya kamu!!
Perasaan ini adalah sesuatu yang belum tentu dapat diciptakan Einstein dengan kemampuan 10% otaknya, yang membuat aku rela menatap handphone berjam-jam hanya untuk menunggu kabar darinya. :D
Untuk sekarang ini, tak masalah kalau nantinya kisah kita tidak tercipta. Entah karena perbedaan yang ada ini, atau mungkin memang kamu yang akhir-akhir ini sudah menciptakan batas-batas antara kita, tidak pernah punya perasaan untukku sejak awal. Ah, iya, aku ingat, kamu pernah cerita, tentang seseorang, yang kepadanya kamu memiliki ketertarikan. Aku juga menyukai wanita itu. Wajah lembutnya tak kalah menghangatkan darimu. Kamu pernah bilang suaranya juga lembut, tidak seperti aku.:) Aku suka cara sederhanamu saat bercerita semua hal tentangnya, semua cara kamu menarik perhatian dan mendekat dengannya. Aku beranggapan kalian mungkin saja orang beruntung yang digariskan Tuhan untuk saling mencintai. Aku menyukai kalian berdua, wanita cantik berwajah lembut, dan kamu pria manis yang menyukai audio romantis.
Sekarang aku tak perlu lagi memaksamu untuk mengendap-endap masuk ke dalam dunia nyataku. Aku bahagia begini adanya :)
Terimakasih sudah hadir dalam duniaku.
#DearYou seseorang yang tak tersentuh tapi ada, seseorang yang tak terlihat tapi menghasilkan rindu
0 komentar:
Posting Komentar